11 Januari 2008

MANUSIA SEBAGAI PEMAIN DALAM PERTUNJUKAN

Q.S. al-Insan (76) ayat 2 :
“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari setetes mani yang bercampur yang Kami hendak mengujinya (dengan Perintah dan Larangan), karena itu Kami jadikan dia mendengar dan melihat”.

Ayat di atas, memberikan gambaran kepada manusia bahwa manusia tadinya merupakan makhluk yang tidak terkenal, yang tidak jadi sebutan di alam raya kemudian menjadi makhluk yang hidup.
Asal usul kejadiannya adalah dari setetes mani yang bercampur yaitu bercampur antara benih lelaki dengan benih perempuan atau nuthfah.
Nuthfah ini adalah bibit halus dari mani laki-laki dengan bibit halus dari mani perempuan. Apabila ke dua mani ini telah bertemu, maka mereka saling melekat, yaitu antara bibit dari laki-laki pada bibit dari perempuan.
Kemudian, apabila mereka telah melekat, mereka tidak berpisah lagi. Mereka telah dikumpulkan, dicampurkan menjadi satu yaitu yang disebut nuthfah tadi. Nuthfah itu kemudian dieramkan atau disimpan secara rapi di dalam rahim (peranakan) perempuan. Ini, adalah bibit manusia.
Kemudian pada waktu tertentu yaitu selama sembilan bulan sepuluh hari. Secara berpola terjadilah proses, maka melalui proses yang luar biasa itulah lalu lahirlah anak manusia.
Anak manusia ini, sebagaimana telah diuraikan di atas berasal dari nutfah sebagai bibit manusia. Bibit manusia ini apabila dipersatukan dengan bibit yang bukan pasangannya, maka tidak akan menjadi manusia. Misalnya dipersatukan dengan bibit Macan, atau dengan bibit Kera, maka tidak akan menjadi bibit manusia. Jadi bibit manusia memang seharusnya dipersatukan dengan bibit manusia juga. Hal ini sudah merupakan ketentuan dari Allah SWT. Itulah sebabnya, bibit atau mani dari seekor Kera Betina tidaklah akan dicampurkan (dipersatukan) atau dinuthfahkan dengan bibit atau mani dari seeorang laki-laki, demikian sebaliknya.
Di dalam bibit dari mani laki-laki dan bibit mani perempuan itu pula telah terjadi persediaan seorang anak akan menurut bentuk ayahnya atau ibunya, malahan ada juga “kombinasi” warna kulit ayah dengan warna kulit ibu.
Setelah keluar atau lahir dari perut ibunya, dia bergerak dan menangis. Hidup yang senang dalam suhu teratur dalam rahim atau kandungan ibunya, tiba-tiba berubah. Mulailah dia menantang udara !. Dia menangis karena dia terkejut dan dia bergerak menandakan ingin hidup.
Kemudian, manusia melahirkan keturunan-keturunan dari suatu generasi ke generasi berikutnya serta berkembang dan menyebar keseluruh dunia. Mereka ditautkan satu sama lain melalui perkawinan dan berketurunan, sehingga tercipta hubungan kekeluargaan dari hasil perkawinan itu melalui hubungan darah maupun hubungan kekerabatan lain. Sejak saat itu manusia “menjadi pemain dalam pertunjukan”