Seperti biasanya, siang itu matahari menyinari kota Surabaya dengan amat terik. Hari itu Vega baru saja pulang sekolah. Di rumahnya sudah ada teman-temannya menunggu untuk mengajak main Catur di rumah Anton. Setelah meletakkan tas sekolahnya, tanpa ganti pakaian dan tanpa makan terlebih dahulu serta-merta Vega minta izin ibunya bermain Catur dengan teman-temannya di rumah Anton.
Melihat hal yang demikian itu, kemudian ibunya mengingatkan supaya ganti pakaian dan makan terlebih dahulu. Ibu mengingatkan dengan lemah lembut. Vega menjawab tidak sopan, “Lagi menyalurkan hobi !”. Mendengar penuturan Vega, Ibunya hanya menggeleng-gelengkan kepalanya.
Malam harinya, setelah Vega pulang, ibunya menyuruh mandi, ganti pakaian dan baru kemudian makan. Setelah itu, Vega tidur karena kelelahan. Pelajaran yang diperoleh di sekolah tidak pernah di pelajari ulang di rumah.
Sudah berulang kali ibunya mengingatkan agar Vega disiplin belajar setiap hari, walaupun dia bermain Catur untuk menyalurkan hobi, namun kewajiban utama sebagai siswa atau pelajar harus tetap diutamakannya.
Ibu Vega mengatakan : “Belajar apa saja sangat dianjurkan, asalkan harus tahu waktu !”. Namun, Vega tidak pernah mendengarkan nasehat ibunya apalagi mematuhinya. Suatu ketika ujian sudah dekat, sedangkan pelajaran di sekolah belum banyak yang dimengerti oleh Vega. Yang ada di pikirannya hanya Catur, Catur dan Catur.
Ketika ujian akhir tiba, Vega tak tahu bagaimana mengatur antara belajar tentang pelajaran sekolah dengan belajar Catur sebagai penyaluran hobinya. Akhirnya, dia mengalami kegagalan. Kini, penyesalan tiada lagi berarti.
Waktu yang hilang (sudah berlalu) tak bisa kembali lagi. Yang utama sekarang bagaimana Vega mencoba membangun kesuksesan dengan belajar dari kegagalannya.