Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) sangat berpengaruh terhadap seluruh sendi kehidupan manusia.
Perubahan sendi kehidupan ini membutuhkan pengetahuan, sikap dan perilaku tertentu yang dapat membuat seseorang mampu mengikuti perkembangan IPTEK serta perubahan-perubahan yang telah terjadi dalam sendi kehidupannya itu.[1]
Dengan demikian dapat dipahami bahwa lembaga pendidikan sebagai lembaga pendidikan formal (resmi) yang kedua setelah lembaga pendidikan informal (keluarga), diharapkan mampu membekali anak didiknya dengan pengetahuan, keterampilan dan keteladanan.[2]
Atas dasar itulah, maka keberadaan guru pun menjadi sangat penting dan utama. Sebab, sampai saat ini kehadiran guru itu memang belum dapat digantikan dengan alat apapun, misalnya : dengan mesin, radio, tape recorder ataupun dengan komputer sekalipun. Hal tersebut didasarkan pada kenyataan bahwa dalam suatu kegiatan pembelajaran masih sangat banyak diperlukan unsur-unsur manusiawinya, seperti: sikap dan perilaku, nilai-nilai, perasaan, kepribadian dan motivasi. Semuanya itu dibutuhkan untuk menggelorakan semangat belajar anak didik dan memberikan prakarsa yang terus menerus, berencana, berkesinambungan serta memberikan keteladanan yang baik bagi anak didik.[3]
Perlu juga kita sadari bersama bahwa tidak ada kehidupan yang tidak dijamah oleh guru. Tidak seorangpun di dunia ini yang tidak membutuhkan bimbingan seorang guru. Itulah sebabnya, di dalam konteks pembelajaran di sekolah yang perlu diprioritaskan pada era sekarang ini adalah kinerja mengajar guru secara lebih optimal, efektif dan efisien.[4]
Dalam kaitannya dengan itu, maka di dalam kegiatan pembelajaran Sosiologi sebagai suatu bidang studi yang menitik beratkan pada pembelajaran tentang kemasyarakatan, peneliti selaku guru bidang studi Sosiologi berupaya mengembangkan metode yang dapat menarik minat dan mempermudah anak didik di dalam mengikuti dan menerima bahan pembelajaran Sosiologi.
Itulah sebabnya, untuk mendukung hal tersebut di atas, maka terlebih dahulu peneliti sajikan kajian definisi mengenai metode pembelajaran, sebagai berikut:
Metode Pembelajaran
Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian metode adalah cara-cara yang teratur dan terpikir baik-baik yang dipergunakan untuk melaksanakan suatu kegiatan dalam rangka mencapai tujuan.[5]
Metode juga berarti cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai suatu tujuan.[6]
Adapun didalam kaitannya dengan pembelajaran, maka metode pembelajaran berarti cara yang dipergunakan oleh seorang guru di dalam menyampaikan bahan pembelajarannya.[7]
Dengan kata lain, metode pembelajaran adalah cara yang teratur dan sistematis yang harus dilakukan oleh guru didalam menyampaikan suatu bahan pembelajaran.[8]
Itulah sebabnya, metode pembelajaran mempunyai peranan penting dalam mencapai keberhasilan suatu pembelajaran. Apabila pemilihan metode dalam suatu pembelajaran kurang tepat, maka tentunya tujuan yang hendak dicapai akan sulit diwujudkan.[9]
Ini artinya, bahwa salah satu keberhasilan suatu pembelajaran terletak pada ketepatan dalam memilih metode pembelajaran. Dengan demikian setiap memilih metode yang akan dilaksanakan di dalam suatu pembelajaran haruslah mempunyai kesesuaian dengan bentuk-bentuk belajar tertentu. Selain itu juga harus didasarkan atas kepentingannya terhadap tujuan pembelajaran yang hendak dicapai. Dalam praktek, seringkali penggunaan suatu metode divariasikan dengan metode yang lain sehingga apabila dalam suatu kegiatan pembelajaran menggunakan metode yang tepat dengan perpaduan metode lain yang tepat pula maka akan benar-benar dapat menumbuhkan minat belajar, motivasi belajar, mengefektifkan kegiatan pembelajaran, serta lebih memudahkan anak didik didalam memahami suatu bahan pembelajaran.[10]
Peranan Metode Pembelajaran
Berdasarkan uraian singkat mengenai metode pembelajaran di atas maka dapatlah dipahami bahwa suatu metode dalam pembelajaran menempati peranan yang penting, sebab tidak ada satupun kegiatan pembelajaran yang tidak menggunakan metode.
Adapun mengenai peranan penting yang peneliti maksud, adalah bahwa metode pembelajaran merupakan alat yang dapat:
Ø menumbuhkan minat belajar kepada anak didik
Ø memberikan motivasi belajar kepada anak didik
Ø mengefektifkan kegiatan pembelajaran
Ø memudahkan anak didik di dalam memahami suatu bahan pembelajaran
Ø sebagai strategi dan alat untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Gaya mengajar guru, juga memainkan peranan penting di dalam suatu pembelajaran. Oleh karena itu apabila dilakukan dengan tepat, maka akan sangat berguna untuk menarik minat dan mendorong semangat anak didik dalam pembelajaran.[11]
Misalnya, seperti yang peneliti akses dari situs www.teachersrock.net/pdkt.htm-27k [12] mengenai strategi pembelajaran, sebagai berikut:
1. Penggunaan variasi suara, dengan cara merubah nada suara yang keras menjadi lemah, dari tinggi menjadi rendah, dari cepat berubah menjadi lambat, dari suara gembira menjadi sedih, dan sebaliknya, ataupun memberikan tekanan pada kata-kata atau kalimat tertentu adalah salah satu dari gaya mengajar guru ketika melaksanakan kegiatan pembelajaran. Di dalam menyampaikan pokok-pokok penting bahan pembelajaran, diharapkan guru memberi tekanan suara. Selain itu juga diharapkan dapat mengucapkan pokok-pokok penting bahan pembelajaran secara lambat sehingga dapat diikuti dengan jelas.
2. Pemusatan perhatian dapat dilakukan oleh guru dengan kalimat-kalimat tertentu. Misalnya: ”perhatikan baik-baik”, “nah, ini sangat penting”, “dengar baik-baik”, ini agak sukar dipahami”, “jangan lupa yang ini perlu lebih diperhatikan”, dan berbagai ungkapan kata-kata atau kalimat lain yang senada dengan itu. Pada umumnya cara pemusatan dengan ungkapan kata-kata atau kalimat ini diikuti dengan isyarat seperti menunjuk pada gambar yang tergantung pada dinding, atau pada papan tulis, kadangkala dapat dilakukan menyanyikan sebuah lagu yang ada hubungannya dengan bahan pembelajaran, ataupun dengan gerak tari, dan sebagainya.
3. Kesenyapan atau kesunyian/keheningan yang disengaja ketika guru menyampaikan suatu bahan pembelajaran merupakan gaya yang cukup baik untuk menarik perhatian. Adanya perubahan rangsangan dari adanya suara dalam kondisi tenang atau senyap atau sebaliknya dari kondisi adanya kesibukan/kegiatan lalu dihentikan, akan dapat menarik perhatian, sebab anak didik ingin mengetahui apa yang sedang terjadi. Tentu saja perubahan tersebut tidak perlu dilakukan apabila akan mengganggu berlangsungnya pembelajaran. Dalam hal mengajukan suatu pertanyaan, sebaiknya guru menggunakan waktu tunggu atau kesenyapan agar anak didik mempunyai kesempatan berpikir, terutama untuk menjawab pertanyaan yang memerlukan pemikiran yang mendalam.
4. Mengadakan kontak pandang ketika berbicara atau berinteraksi dengan anak didik. Kontak pandang ini sebaiknya diikuti juga dengan sorot mata yang tajam, berbinar-binar yang menunjukkan kehangatan dan kepekaan terhadap anak didik. Ketika kontak pandang menjelajahi seluruh kelas, hendaknya guru menunjukkan hubungan yang erat dengan mereka. Kontak pandang dapat dilakukan guru untuk menyampaikan informasi, seperti membelalakkan mata sebagai tanda tercengang, atau dapat juga dipergunakan untuk mengetahui perhatian dan pemahaman anak didik.
5. Gerakan badan dan ekspresi wajah, gerakan kepala, adalah aspek yang sangat penting dalam berkomunikasi. Hal ini bukan sekedar untuk menarik perhatian akan tetapi dapat menunjukkan sesuatu atau menyampaikan arti tertentu. Ekspresi wajah ini, misalnya: tersenyum, mengerutkan dahi, merapatkan bibir, menaikkan alis, menampakkan ketertarikan terhadap sesuatu, dan sebagainya. Gerakan kepala dapat dilakukan dengan berbagai cara, misalnya: mengangguk, menggeleng, mengangkat atau merendahkan kepala. Jari dapat dipergunakan untuk menunjukkan ukuran, jarak, arah, ataupun menyentik untuk menarik perhatian anak didik. Menggoyang-goyangkan tangan berarti “tidak”, mengangkat tangan keduanya dapat diartikan “apa lagi”, dan sebagainya. Guru dapat mengangkat bahu, berdiri di dekat bangku anak didik, berdiri diam, duduk di kursi depan ataupun di bangku anak didik yang kosong, berjalan mengelilingi bangku, mendekati ataupun juga menjauhi anak didik, ataupun juga bisa melakukan gerak kaki (sesekali dihentakkan, seperti tentara berbaris), dan sebagainya.
6. Pergantian posisi dalam kelas dapat dilakukan untuk mempertahankan perhatian anak didik. Pergantian posisi yang dimaksudkan adalah ke arah depan atau ke arah belakang, ke bagian kiri samping anak didik ataupun ke bagian kanannya. Kadang-kadang guru berdiri dan kadang-kadang duduk.
[1] Umar Tirtarahardja dan La Sula. 2000. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta, h. 132.
[2] Dasim Budimansyah. 2003. Model Pembelajaran Sosiologi. Bandung: Ganesindo, h. 7.
[3] E. Mulyasa. 2005. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya, h. 3-15.
[4] Umar Tirtarahardja dan La Sula. Op.Cit. h. 132-133.
[5] Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1990. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, h. 581.
[6] Tim Penyusun Kamus. 1994. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, h. 652.
[7] Endang. Daniel. 2005. Strategi dan Metode Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta: DEPDIKNAS, h. 17.
[8] Langkah Pengembangan Silabus. Diakses dari situs
http://www.bptpdisdik-jabar.go.id/pub/00004.pdf-309k.
[9] Sulipan. Pembelajaran yang Bermutu. Diakses dari situs http://www.geocities.com.cbet/kumpulan2.html-94k.
[10] Pendidikan. Diakses dari situs http://www.meta-mind.com/kenal.html-5k.
[11] Gaya Mengajar Guru di Kelas. Diakses dari situs
http://www.homepagez.com/izaac/tipsmengajar2.html-6k.
[12] Strategi Pembelajaran. Diakses dari situs http://www.teachersrock.net/pdkt.htm-27k