15 Oktober 2007

KETIKA PENDIDIKAN MELAHIRKAN AIRMATA

Rosal Rusud wrote:
Dear all,
Semoga bisa menj adi bahan renungan dan pemacu semangat untuk menj adi yang lebih baik.
Regards,
R. Ibnu Rusud
Marketing & Communication Officer
Sampoerna Foundation Teacher Institute
Sampoerna Strategic Square
Tower B, 5th and 6th Floor
Jl. Jend. Surdirman Kav. 45
Jakarta 12930, Indonesia
Tel. +62 21 577 2275 ext. 7536
Fax. +62 21 577 2276
Mobile +62 811 969 107
Website: www.sf-teacher. org
Email: rosal.rusud@ sampoernafoundat ion.org

KETIKA PENDIDIKAN HANYA MELAHIRKAN AIR MATA

Aku mencoba melacak kembali asal usul sekolah
Aku memikirkan ulang peran dan tanggung jawab orang tua dan masyarakat
Aku mencoba mengurai peran dan tanggung jawab pengajar persekolahan
Dan mempertanyakan peran ¡¥mahluk¡¦ yang bernama kepala sekolah
Khususnya dalam wacana otonomi pendidikan yang membingungkan itu
Ketika pendidikan hanya menghasilkan air mata
Aku ingin menemukan kembali ¡¥Sekolah Dasar Kehidupan¡¦
Di mana anak-anak diterima dan dicintai apa adanya
Di mana anak-anak tak lagi dilarang bermain dan bercanda
Di mana anak-anak tak lagi ¡¥dibuang¡¦ ke keranjang ¡¥sekolah¡¦ dan ¡¥kursus¡¦
Di mana anak-anak tak lagi stress dan tertekan oleh segudang ¡¥pelajaran¡¦
Di mana orang tua berhenti menghukum anaknya untuk ¡¥belajar¡¦
Di mana orang tua bersedia belajar bersama anak-anaknya
Di mana orang tua mendampingi anaknya ¡¥bergaul¡¦ dengan khaliknya
Di mana orang tua mendemonstrasikan kerukunan diantara mereka
Di mana orang tua sadar, tak ada pihak yang dapat menggantikan mereka sepenuhnya
Ketika pendidikan hanya melahirkan air mata
Aku rindu pengajar-pengajar yang ramah namun berwibawa
Yang tak sudi lagi ditumpulkan otaknya oleh penatar-penatar pesanan
Yang tak perlu dipaksa-paksa untuk belajar mengikuti perkembangan ilmu
Yang tak lagi bers eli ngkuh dengan penerbit buku ajaran untuk dapat obyekan
Yang tak menerima lagi gajinya disunat sesuak hati irokrat penghianat
Yang tak takut ujian ulang untuk mendapatkan lisensi mengajar terstand ari sasi baik mutunya
Yang cintanya pada murid-murid itu tak kalah dengan cinta ibu pada anak kandungnya
Yang tahu bahwa keunggulan otak bukanlah segala-galanya, meski mungkin penting
Yang sadar bahwa manusia yang satu tidak pernah unggul dengan yang lainnya
Yang percaya bahwa setiap murid itu punya fitrah, homo imago dei
Yang hanya ingin membantu murid menemukan jatidirinya sebagai manusia
Yang mampu mendampingi anak-anak itu mengenal bakat dan keunikannya masing-masing
Yang memberikan teladan hidup bersama dalam kerukunan di tengah sejuta perbedaan
Yang kerelaannya berkorba tak lagi boleh dimanipulasi oleh pejabat birokrasi
Yang iman dan ketakwaannya mempesona setiap prib adi anak didiknya
Yang selalu mengajar belajar bukan mengajar menghafal saja
Ketika pendidikan hanya menghasilkan air mata
Aku menc ari sosok mahluk bernama kepala sekolah
Dan bertanya-tanya apa saja yang mereka lakukan selama ini?
Adakah mereka berusaha memahami kebutuhan masyarakat sekitarnya?
Adakah mereka selalu menc ari masukan d ari lingkungan di sekitar sekolah?
Adakah mereka punya keberanian untuk memulai pembaharuan?
Adakah mereka menyad ari pentingnya mitra sekolah dan komite sekolah?
Dan adakah tekad bulat untuk menj adi kan sekolahnya otonom, tanpa banyak cincong?
Serta adakah inisiatif-kreatif untuk tidak lagi menunggu petunjuk d ari pusat?

ANDREAS HAREFA
¡¥Manusia Pembelajar dalam Pembelajaran di Era Serba Otonomi¡¦
__._,_.___

07 Oktober 2007

Begitu susah-kah bersekolah ?

From: Mamay Kamaludin Sent: Wednesday, October 03, 2007 9:04 AMTo: Aditya Dharma ; Carolina S ari ; Deasy Ariani ; Desiree Desiree ; Evy Akmal ; Gusman Yahya ; Jalu Noor Cahyanto ; Joko Basoeki ; Juni Sinta Ekaningsih ; Kartika Yulianti ; Nurhasanah Nur ; Obert Hoseanto ; Raymond Setiawan ; Riris Lumban Tobing ; Rosal Rusud ; Srie Sety adi ; Susilowati Susilowati ; Syeron Syahril ; Tatang Suratno ; Wendy ArmunandoSubject: FW: Begitu susah-kah bersekolah ?
Ini kisah nyata tentang sepuluh anak kampung di Pulau B eli tong,Sumatera. Mereka bersekolah di sebuah SD yang bangunannya ny ari srubuh dan kalau malam j adi kandang ternak. Sekolah itu ny ari s ditutupkarena muridnya tidak sampai sepuluh sebagai persyaratan minimal.Pada h ari pendaftaran murid baru, kepala sekolah dan ibu guru satu-satunya yang mengajar di SD itu tegang. Sebab sampai siang jumlahmurid baru sembilan. Kepala sekolah bahkan sudah menyiapkan naskahpidato penutupan SD tersebut. Namun pada saat kritis, seorang ibumendaftarkan anaknya yang mengalami keterbelakangan mental. ''Mohonagar anak saya bisa diterima. Sebab Sekolah Luar Biasa hanya ada diBangka ,'' mohon sang ibu. Semua gemb ira . Harun, nama anak itu,menyelamatkan SD tersebut. Sekolah pun tak j adi ditutup walausepanjang beroperasi muridnya cuma sebelas.Kisah luar biasa tentang anak-anak Pulau B eli tong itu diangkat dalamnovel dengan judul 'Laskar Pelangi' oleh Andrea H ira ta, salah satud ari sepuluh anak itu. Di buku tersebut Andrea mengangkat ceritabagaimana semangat anak-anak kampung miskin itu belajar dalam segalaketerbatasan. Mereka bersekolah tanpa alas kaki, baju tanpa kancing,atap sekolah yang bocor jika hujan, dan papan tulis yang berlubanghingga terpaksa ditambal dengan poster Rhoma Irama.Kisah yang t adi nya bukan untuk diterbitkan itu ternyata mampumenginsp ira si banyak orang. Seorang ibu di Bandung , misalnya,mengirim surat ke Kick Andy. Isinya minta agar kisah tersebutdiangkat di Kick Andy karena anaknya yang membaca buku Laskar Pelangikini bertobat dan keluar d ari jerat narkoba. ''Setiap malam sayamendengar suara tangis d ari kamar Niko anak saya. Setelah saya intip,dia sedang membaca sebuah novel. Setelah itu, Niko berubah. Dia j adisemangat untuk ikut rehabilitasi. Kini Niko berhasil berhenti sebagaipecandu narkoba setelah membaca buku Laskar Pelangi,'' ungkapWindarti Kosasih, sang ibu.Sementara Sisca yang h adi r di Kick Andy mengaku setelah membaca novelitu, terdorong untuk memperbaiki hubungannya dengan sang ayah yangselama ini rusak. Begitu juga Febi, salah satu pembaca, langsungterinsp ira si untuk membantu menyumbangkan buku untuk sekolah-sekolahmiskin di beberapa tempat. ''Saya kagum karena anak-anak yangdiceritakan di buku itu penuh semangat walau fasilitas di sekolah itujauh d ari memadai,'' ujar Febi yang juga datang ke Kick Andy untukbersaksi.Andrea sendiri mengaku novel itu awalnya hanya merupakan catatankenangannya terhadap masa kecilnya di B eli tong. Dia selalu teringatsahabat-sahabatnya di masa kecil, terutama Lintang. Sebab tokohLintang merupakan murid yang cerdas dan penuh semangat walau hidupdalam kemiskinan. Setiap h ari Lintang harus mengayuh sepeda tua yangsaering putus rantainya ke sekolah. Pulang pergi sejauh 80 km. Bahkanharus melewati sungai yang banyak buayanya.Sayang, cita-cita Lintang untuk bisa sekolah ke luar negeri, sepertiyang sering didorong oleh guru mereka, terpaksa kandas. Lintangbahkan tak tamat SMP karena orangtuanya yang nelayan tidak mampumembiayai. ''Lintang adalah sosok yang menginsp ira si saya. Karenaitu, saya bertekad meneruskan cita-cita Lintang,'' ujar Andrea, yangsekian puluh tahun kemudian berhasil mendapat beasiswa sekolah keSorbonne, Prancis.Tim Kick Andy yang mendatangi kampung tempat SD itu berdiri, diB eli tong, berhasil 'menemukan' beberapa d ari tokoh anak-anak di dalamnovel tersebut. Mereka kini sudah dewasa. Namun kenangan tentang masakecil itu sangat kuat membekas. Terutama pada ibu guru Muslimah yangsangat mereka cintai. ''Buku Laskar Pelangi memang saya persembahkanuntuk Ibu Mus yang sangat tabah dan pantang menyerah dalam mendidikkami,'' ujar Andrea.Maka sungguh men ari k menyaksikan bagaimana Kick Andy mempertemukanAndrea dengan Ibu Guru Muslimah di studio Metro TV. Apalagi ketika BuMus membawa barang-barang yang mempunyai kenangan tersendiri bagiAndrea dan teman-teman kecilnya dulu di kampung. Kenangan yangdiceritakan kembali oleh Andrea dengan jenaka. Juga termasuk d ari manaAndrea mengambil nama yang dipakainya hingga sekarang ini.Sungguh sebuah novel -- yang diangkat d ari kisah nyata -- yang sangatmenggugah. Novel yang membuat siapa pun yang membaca akan merasabersalah dan berdosa jika tidak mensyukuri hidup. Itu pula sebabnyasutradara Riri Reza dan Produser M ira Lesmana tert ari k untukmengangkat kisah ini ke layar film.Tayang MetroTV Kamis, 04 Oktober 2007 22.05 WIB dan Minggu pukul15.05 WIB

dari kiriman seorang sahabat: 5 PELAJARAN BERHARGA

1. Pelajaran Penting ke-1 Pada bulan ke-2 diawal kuliah saya, seorang Profesor memberikan quiz mendadak pada kami. Karena kebetulan cukup menyimak semua kuliah-kuliahnya, saya cukup cepat menyelesaikan soal-soal quiz, sampai pada soal yang terakhir. Isi Soal terakhir ini adalah : Siapa nama depan wanita yang menjadi petugas pembersih sekolah ?.Saya yakin soal ini cuma "bercanda". Saya sering melihat perempuan ini. Tinggi,berambut gelap dan berusia sekitar 50-an, tapi bagaimana saya tahu nama depannya... ? Saya kumpulkan saja kertas ujian saya, tentu saja dengan jawaban soal terakhir kosong. Sebelum kelas usai, seorang rekan bertanya pada Profesor itu, mengenai soal terakhir akan "dihitung" atau tidak. "Tentu Saja Dihitung !!" kata si Profesor. "Pada perjalanan karirmu, kamu akan ketemu banyak orang. Semuanya penting!. Semua harus kamu perhatikan dan pelihara, walaupun itu cuma dengan sepotong senyuman, atau sekilas "hallo"! Saya selalu ingat pelajaran itu. Saya kemudian tahu, bahwa nama depan ibu pembersih sekolah adalah "Dorothy". 2. Pelajaran Penting ke-2 Penumpang yang Kehujanan Malam itu , pukul setengah dua belas malam. Seorang wanita negro rapi yang sudah berumur, sedang berdiri di tepi jalan tol Alabama . Ia nampak mencoba bertahan dalam hujan yang sangat deras, yang hampir seperti badai. Mobilnya kelihatannya lagi rusak, dan perempuan ini sangat ingin menumpang mobil. Dalam keadaan basah kuyup, ia mencoba menghentikan setiap mobil yang lewat. Mobil berikutnya dikendarai oleh seorang pemuda bule, dia berhenti untuk menolong ibu ini. Kelihatannya si bule ini tidak paham akan konflik etnis tahun 1960-an, yaitu pada saat itu.. Pemuda ini akhirnya membawa si ibu negro selamat hingga suatu tempat, untuk mendapatkan pertolongan, lalu mencarikan si ibu ini taksi. Walaupun terlihat sangat tergesa-gesa, si ibu tadi bertanya tentang alamat si pemuda itu, menulisnya, lalu mengucapkan terima kasih pada si pemuda. 7 hari berlalu, dan tiba-tiba pintu rumah pemuda bule ini diketuk Seseorang. Kejutan baginya, karena yang datang ternyata kiriman sebuah televisi set besar berwarna (1960-an !) khusus dikirim kerumahnya. Terselip surat kecil tertempel di televisi, yang isinya adalah : "Terima kasih nak, karena membantuku di jalan Tol malam itu. Hujan tidak hanya membasahi bajuku, tetapi juga jiwaku. Untung saja anda datang dan menolong saya. Karena pertolongan anda, saya masih sempat untuk hadir disisi suamiku yang sedang sekarat...hingga wafatnya. Tuhan memberkati anda,karena membantu saya dan tidak mementingkan dirimu pada saat itu" Tertanda Ny.Nat King Cole. Catatan : Nat King Cole, adalah penyanyi negro tenar thn. 60-an di USA 3. Pelajaran penting ke-3 :Selalulah perhatikan dan ingat, pada semua yang anda layani. Di zaman eskrim khusus (ice cream sundae) masih murah, seorang anak laki-laki umur 10-an tahun masuk ke Coffee Shop Hotel, dan duduk di meja. Seorang pelayan wanita menghampiri, dan memberikan air putih dihadapannya. Anak ini kemudian bertanya "Berapa ya,... harga satu ice cream sundae?" katanya. "50 sen..." balas si pelayan. Si anak kemudian mengeluarkan isi sakunya dan menghitung dan mempelajari koin-koin di kantongnya.. .. "Wah... Kalau ice cream yang biasa saja berapa?" katanya lagi. Tetapi kali ini orang-orang yang duduk di meja-meja lain sudah mulai banyak... dan pelayan ini mulai tidak sabar. "35 sen" kata si pelayan sambil uring-uringan. Anak ini mulai menghitungi dan mempelajari lagi koin-koin yang tadi dikantongnya. "Bu... saya pesen yang ice cream biasa saja ya...."ujarnya. Sang pelayan kemudian membawa ice cream tersebut, meletakkan kertas kuitansi di atas meja dan terus melengos berjalan. Si anak ini kemudian makan ice-cream, bayar di kasir, dan pergi. Ketika si Pelayan wanita ini kembali untuk membersihkan meja si anak kecil tadi, dia mulai menangis terharu. Rapi tersusun disamping piring kecilnya yang kosong, ada 2 buah koin 10-sen dan 5 buah koin 1-sen. Anda bis a lihat... anak kecil ini tidak bisa pesan Ice-cream Sundae, karena tidak memiliki cukup untuk memberi sang pelayan uang tip yang "layak"..... . 4. Pelajaran penting ke-4 - Penghalang di Jalan Kita Zaman dahulu kala, tersebutlah seorang Raja, yang menempatkan sebuah batu besar di tengah-tengah jalan. Raja tersebut kemudian bersembunyi, untuk melihat apakah ada yang mau menyingkirkan batu itu dari jalan. Beberapa pedagang terkaya yang menjadi rekanan raja tiba ditempat, untuk berjalan melingkari batu besar tersebut. Banyak juga yang datang, kemudian memaki-maki sang Raja, karena tidak membersihkan jalan dari rintangan.Tetapi tidak ada satupun yang mau melancarkan jalan dengan menyingkirkan batu itu. Kemudian datanglah seorang petani, yang menggendong banyak sekali sayur mayur. Ketika semakin dekat, petani ini kemudian meletakkan dahulu bebannya, dan mencoba memindahkan batu itu kepinggir jalan. Setelah banyak mendorong dan mendorong, akhirnya ia berhasil menyingkirkan batu besar itu. Ketika si petani ingin mengangkat kembali sayurnya, ternyata ditempat batu tadi ada kantung yang berisi banyak uang emas dan surat Raja. Surat yang mengatakan bahwa emas ini hanya untuk orang yang mau menyingkirkan batu tersebut dari jalan. Petani ini kemudian belajar, satu pelajaran yang kita tidak pernah bisa mengerti. Bahwa pada dalam setiap rintangan, tersembunyi kesempatan yang bisa dipakai untuk memperbaiki hidup kita. 5. Pelajaran penting ke-5 - Memberi, ketika dibutuhkan. Waktu itu, ketika saya masih seorang sukarel awan yang bekerja di sebuah rumah sakit, saya berkenalan dengan seorang gadis kecil yang bernama Liz, seorang penderita satu penyakit serius yang sangat jarang. Kesempatan sembuh, hanya ada pada adiknya, seorang pria kecil yang berumur 5 tahun, yang secara mujizat sembuh dari penyakit yang sama. Anak ini memiliki antibodi yang diperlukan untuk melawan penyakit itu. Dokter kemudian mencoba menerangkan situasi lengkap medikal tersebut ke anak kecil ini, dan bertanya apakah ia siap memberikan darahnya kepada kakak perempuannya. Saya melihat si kecil itu ragu-ragu sebentar, sebelum mengambil nafas panjang dan berkata "Baiklah... Saya akan melakukan hal tersebut.... asalkan itu bisa menyelamatkan kakakku". Mengikuti proses tranfusi darah, si kecil ini berbaring di tempat tidur,disamping kakaknya. Wajah sang kakak mulai memerah, tetapi Wajah si kecil mulai pucat dan senyumnya menghilang. Si kecil melihat ke dokter itu, dan bertanya dalam suara yang bergetar...katanya "Apakah saya akan langsung mati dokter... ?"Rupanya si kecil sedikit salah pengertian. Ia merasa, bahwa ia harus menyerahkan semua darahnya untuk menyelamatkan jiwa kakaknya. Lihatlah...bukankah pengertian dan sikap adalah segalanya... .