Forum Guru
www.pikiran-rakyat.com/cetak/2005/1105/22/1104.htm - 20kKepedulian Pemerintah
Oleh A. SUDALIM GYMNASTHIAR
Kita bisa pandai, menulis dan membaca karena siapa
Kita bisa pandai, beraneka bidang ilmu dari siapa
Kita bisa pandai, dibimbing Pak Guru
Kita bisa pandai, dibimbing Bu Guru
Guru bak pelita penerang dalam gulita, jasamu tiada tara
DARI syair lagu di atas, dapat kiranya kita katakan, bahwa tanpa guru mungkin tidak akan ada ilmu pengetahuan (knowledge) dan teknologi (technology). Tanpa guru, tidak mungkin seseorang menjadi ketua MPR, presiden, menteri, gubernur, bupati, camat, lurah, dokter, hakim, insinyur, teknokrat, pengusaha, wartawan, dan lain-lain. Tanpa guru, tidak mungkin suatu negara bisa berkembang dengan baik.
Kita bisa belajar dari sejarah, bagaimana bangsa Jepang membangun kembali negaranya yang hancur lebur dibom atom (Nagasaki, Hirosima) oleh sekutu pada perang dunia kedua. Yang ditanyakan oleh Sang Kaisar, ketika perang usai, bukan berapa senjata yang tersedia. Tetapi, berapa jumlah guru yang masih tersisa (hidup) untuk mulai membangun negerinya yang kalah dalam perang dunia kedua itu. Realitanya, dengan kebijakan mengedepankan guru (pendidikan) sebagai langkah awal membangun sebuah peradaban, telah mengantarkan Jepang menjadi negara maju dan modern.
Dengan demikian, guru memiliki peran strategis dalam menentukan kemajuan bangsa. Namun, peran yang strategis itu tampaknya belum mendapat perhatian dan penghargaan yang setimpal dengan tugas dan kewajiban yang diembannya. Jabatan guru masih dipandang sebagai "profesi pengabdian", yang seakan-akan tidak patut diberi kesejahteraan yang layak. Hal ini bisa dilihat dari tingkat kesejahteraan para guru Indonesia yang relatif rendah, jika dibandingkan dengan profesi lain pada umumnya.
Memang, jika merujuk pasal 7 UU No. 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian, setiap pegawai negeri dan BUMN memiliki standar gaji yang sama. Namun, pada praktiknya masih diskriminatif, masih ada perlakuan tidak adil antara tenaga fungsional satu dengan lainnya. Dan posisi guru yang paling tidak menguntungkan. Akibatnya, wajar jika kesungguhan guru dalam mendidik, membimbing, dan mengajar mengalami penurunan, karena harus memikirkan hal lain, untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari yang tidak bisa dipenuhi dari gaji yang diterima sebagai guru..
Research yang dilakukan penulis di Kecamatan Sukra, Kabupaten Indramayu (2005), untuk memenuhi kekurangan ekonomi, para guru rela menjadi tukang ojek, calo, pengamen jalanan, dan profesi lain yang eksistensinya kurang mendukung kewibawaan sebuah profesi. Akibatnya, tidak hanya tercipta mutu pendidikan yang rendah, melainkan hancurnya peradaban suatu bangsa.
Secara yuridis formal, undang-undang menyatakan bahwa sektor pendidikan, dansubsektor kesejahteraan guru mendapat alokasi dana 20 persen dari APBN. Tetapi realitanya, belum ada realisasi yang real terhadap pernyataan tersebut. Itu artinya, pemerintah belum sungguh-sungguh memperhatikan pendidikan dan subsektor kesejahteraan guru.
Konsep pemerintah kita memang berbeda dengan negara-negara yang telah maju seperti AS, Prancis, Australia, Jerman yang memprioritaskan sektor pendidikan dan subsektor kesejahteraan guru pada skala prioritas dalam APBN-nya. Misalnya di Prancis, perbedaan gaji guru dengan pegawai lain mencapai 157%, di AS 128%, Australia 116%, Selandia Baru 185%, dan Belanda 111%. Malahan, dibandingkan dengan rata-rata gaji pegawai di sektor industri, gaji guru SD dan sekolah lanjutan jauh lebih tinggi lagi. Di Swedia 235%, di Jerman Barat (sebelum reunifikasi) 213%, Belanda 126%, dan Australia 155%.
Dengan kesejahteraan yang relatif memadai tersebut, para guru di negara lain dapat menjalankan tugasnya secara "aman" dan "nyaman". Mereka dapat mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, karena sanggup membeli buku-buku dan referensi lain yang mendukung tugasnya di depan kelas. Para guru yang menerima gaji lumayan cukup tinggi dapat melengkapi diri dengan peralatan canggih, seperti komputer, note book, internet, dan lain-lain yang menjadikan dirinya tidak tertinggal teknologi. Banyak guru di negara-negara maju memiliki perpustakaan pribadi di rumah.
Dengan keadaan seperti itu, wajar kalau mereka memiliki rasa kebanggaan terhadap profesi yang disandangnya. Di sisi yang lain, mereka pun mempunyai perasaan superioritas (superiority feeling) yang memadai untuk mengembangkan diri. Perasaan bangga dan perasaan superioritas (dalam konotasi positif) itulah modal para guru untuk mendidik siswa secara profesional.
Guru-guru Indonesia adalah manusia biasa, yang tidak cukup disanjung dengan julukan pahlawan tanpa tanda jasa. Mereka membutuhkan sandang, pangan, papan, dan pendidikan yang layak sebagaimana orang hidup dengan profesi lain di luar guru. Namun, harapan seperti ini, belum bisa dipenuhi dari profesi sebagai guru. Sebagai puncak kekesalan mereka, tanggal 10 April 2000, ribuan guru dari Jawa Barat menduduki Gedung DPR/MPR di Jakarta, menuntut keadilan atas nasib mereka yang terus-menerus berada di garis kemiskinan.
Alhasil, ada collective bargaining (perjanjian bersama) antara PGRI dan pemerintah, di samping peningkatan kesejahteraan. Tetapi, lagi-lagi pemerintah belum begitu signifikan memperhatikan nasib guru. Walau sudah turun ke jalan (demonstrasi), toh nasib mereka masih tersia-siakan. Pertanyaannya, apakah pemerintah menginginkan seluruh guru Indonesia datang ke Jakarta untuk menggugat rasa ketidakadilan pemerintah terhadap guru? Tentu saja, bagi guru sangat bisa untuk melakukan manuver seperti itu. Kalau memang pemerintah masih terus tidak mendengar jeritan kesengsaraan guru. Tapi, alangkah bijak jika pemerintah memiliki kesadaran, bahwa untuk mewujudkan negara yang kuat, perlu SDM yang hebat. SDM yang hebat dapat dibentuk lewat tangan guru. Dengan demikian, guru adalah penentu terdepan dalam mewujudkan hal itu. Jadi, jika negara ini ingin maju, tidak ada pilihan lain kecuali ada kemauan (political will) pemerintah untuk menempatkan pembangunan pendidikan dan subsektor kesejahteraan guru pada skala prioritas.
Di Hari Ulang Tahun Persatuan Guru Republik Indonesia yang ke-60, tanggal 25 November 2005 yang dipusatkan di Solo, Jawa Tengah, para guru berharap agar pemerintah, dalam hal ini Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, terketuk hatinya untuk memprioritaskan sektor pendidikan dan subsektor kesejahteraan guru, diawali penandatanganan Undang-Undang Guru, di samping merealisasikan 20% APBN untuk sektor pendidikan seperti amanat undang-undang.*** Penulis, Guru SMA PGRI 2 Sindang, Vice Director of Monitoring Implementation Committee of Regional Autonomy Kabupaten Indramayu.
BLOG INI SEBAGAI BAGIAN DARI PEMBELAJARAN, INFORMASI DAN RUANG EKSPRESI SERTA IMAJINASI. OLEH KARENA ITU TEGUR-SAPA, SARAN-KRITIK YANG BERSIFAT MEMBANGUN SANGAT DIHARAPKAN. SEIRING DENGAN ITU, TENTU AKAN DAKU TERIMA DENGAN SEGALA SENANG HATI.
08 Februari 2008
TEORI-TEORI
A. S I K A P
Sikap (attitude), merupakan pandangan atau kecenderungan mental yang relatif menetap untuk bereaksi dengan cara baik atau buruk terhadap orang atau barang tertentu. Sikap dapat mengarahkan perilaku seseorang. Jadi, sikap itu menentukan reaksi seseorang yang ditampilkan dengan cara baik maupun cara yang buruk.[1]
B. PERILAKU
Dalam dunia pendidikan, “Perilaku” didefinisikan dengan memadukan antara paham holistik dengan paham behavioristik yang saling melengkapi. Aspek intrinsik (niat, tekad) seseorang merupakan faktor penentu untuk menumbuhkan perilaku tertentu, meskipun tidak ada perangsang (stimulus) dari lingkungan (environmentalistik). Sedangkan menurut paham behavioristik menekankan bahwa pola-pola perilaku itu dapat dibentuk melalui proses pembiasaan dan pengukuhan dengan mengkondisikan stimulus (conditioning) dalam lingkungan (environmentalistik).[2]
Perilaku seseorang dapat dikelompokkan menjadi 3 (tiga) kategori. Pengelompokan tersebut dikenal dengan “Taxonomi Bloom”, yaitu ranah Kognitif, Afektif, dan Psikomotor. Pakar Pendidikan Indonesia, Ki Hajar Dewantoro, menggunakan istilah cipta (penalaran), rasa (penghayatan), dan karsa (pengamalan). [3]
Secara garis besar Taxonomi Bloom, dijabarkan dalam bentuk tabel sebagai berikut :
THE COGNITIF DOMAIN (KAWASAN KOGNITIF)
THE AFFECTIVE DOMAIN (KAWASAN AFEKTIF)
THE PSYCHOMOTOR DOMAIN (KAWASAN KONATIF)
Knowledge (pengetahuan)
Comprehension (pemahaman)
Application (penerapan)
Analysis (Penguraian)
Synthesis (Memadukan)
Evaluation (Penilaian)
Receiving (Penerimaan)
Responding (Sambutan)
Valuing (Penghargaan)
Organization (Pengorganisasian)
Characterization by Value Complex (Karakterisasi, Internalisasi, Penjelmaan)
Gross Body Movement (Gerakan Jasmaniah Biasa) Finely Coodinated Movement (Gerakan Indah) Non Verbal Communication Sets (Komunikasi Non Verbal) Speech Behavior (Perilaku Verbal)
Menurut Bloom, perilaku adalah tindakan / perbuatan yang layak bagi manusia. Perilaku mengacu pada tindakan atau aktivitas. Perilaku sosial seseorang menggambarkan sistem sikap dalam mengevaluasi obyek positif atau negatif. Unsur perilaku ada 3 (tiga), yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor. Kognitif mencakup perilaku yang berkenaan dengan aspek inteletualitas seseorang. Terjadinya perilaku di kawasan kognitif belum menjamin timbulnya rasa suka seseorang dalam melakukan sesuatu. Karena itu perubahan perilaku yang berhubungan dengan suka atau tidak suka, senang atau tidak senang termasuk dalam kawasan afektif. Perubahan perilaku pada kawasan psikomotorik terjadi jika seseorang telah melaksanakan apa yang telah menjadi sikapnya.
Schneider dalam Social Psychology mengemukakan juga tentang perilaku. Menurut beliau Perilaku adalah :
“In short, any specific behavior may be affected by a variety of factors. However, fishbein and ajzen do show that attitudes do predict a behavioral index quite well. In their study, religius attitudes predicted specific religius behaviors (e.g. praying before meals) relatively poorly; however any index based on the number of religius behavior engaged in (praying, going to church, etc.) was well predicted by attitudes. There are probably no behavior linked exclusive to single attitudes (and certainly tha reserve is true) one can be relatively sure that people with particular attitudes perform more relevant behaviors consistent with the attitudes but not necessary know which specific behaviors they will perform”.[4]
C. MOTIVASI
Motivasi berarti seni mendorong peserta didik untuk terdorong melakukan kegiatan belajar sehingga tujuan pembelajaran tercapai. Dalam dunia pendidikan motivasi adalah usaha dari pihak luar dalam hal ini adalah
guru untuk mendorong mengaktifkan dan menggerakkan peserta didiknya secara sadar untuk terlibat aktif dalam proses belajar - mengajar. [5]
Menurut Donald O. Hebb, ada empat cara yang dapat dilakukan setiap guru untuk memotivasi peserta didiknya [6] , yaitu:
1. Arousal, yaitu membangkitkan minat belajar
Dengan arousal guru mencoba menciptakan suasana hati yang menggembirakan, kesiapsiagaan selalu untuk belajar, responsive terhadap tugas-tugas yang diberikan dan tiada hari tanpa belajar.
2. Expectancy (memberikan dan menimbulkan harapan)
Expectancy adalah suatu keyakinan yang secara seketika timbul untuk terpenuhinya suatu harapan yang mendorong seseorang untuk melakukan suatu kegiatan.
3. Incentives (dorongan semangat atau memberikan sesuatu)
Dorongan semangat atau memberikan sesuatu dapat penghargaan atau tercapainya tujuan belajar kepada peserta didik agar belajar lebih giat dalam belajar dan melakukan kompetisi dengan sesamanya.
4. Punishment (Hukuman)
Dalam suatu percobaan yang dilakukan kepada tiga orang yang sedang belajar bagaimana pengaruh hukuman terhadap diri mereka dapat dituturkan sebagai berikut : Solomon mengadakan tiga macam kegiatan, yaitu pelajaran menjauhkan diri (escape training), pelajaran cara-cara mengindarkan diri (avoidance training) dan prosedur hukuman (punishment procedure). Ketiga macam percobaan ini menggunakan tikus dengan sebuah kotak balapan (start box) sepanjang 1,8 meter atau enam kaki. Pada kedua ujung kotak ini dapat dua jalur, yaitu jalur akhir balapan dan jalur tujuan balapan.
Dalam latihan melepaskan diri (escape) tikus ini diberi shock atau kejuatan secara tiba-tiba begitu pintu kotak start dibuka. Tikus ini dengan cepat belajar menuruni jalur balapan. Dalam latihan menghindarkan diri (awidance Training) diberi waktu selama lima menit mencapai tujuan balapan setelah pintu dibuka. Tikus ini dengan cepat mengindari shock atau kejutan yang diberikan kepadanya. Pada percobaan ketiga, yaitu memberikan hukuman, tikus cobaan ini diajar lari ke tujuan jalur balapan yang ada makanan di sana. Setelah tingkah lakunya mantap, kemudian diberikan kejutan di jalur tujuan dengan panggang daging yang beraliran listrik. Tikus ini dengan cepat belajar tidak bergerak dari tempat start-nya. Dari percobaan ini ada perbedaan yang sangat menarik, yaitu antara melarikan dan mengindarkan diri pada satu pihak dan pada pihak lain dengan hukuman. Pada percobaan golongan pertama, yaitu melepaskan diri dan menghindarkan diri pada satu pihak dan pada pihak lain dengan hukuman. Pada percobaan golongan pertama, yaitu melepaskan diri dan menghindarkan diri, tikus diajar apa yang dilakukannya sedangkan percobaan golongan kedua ia tidak diajar melakukan sesuatu yang harus dilakukannya. Dari hasil percobaan ini kita memperoleh kesamaan antara tikus dengan manusia dalam mengendalikan tingkah lakunya.
Menurut Solomon, bahwa pengaruh hukuman besar sekali terhadap sikap belajar peserta didik, karena umumnya mereka akan berupaya tidak memperoleh hukuman bila hasil belajarnya tidak baik. Secara psikologis semua manusia tidak senang dan menghidarkan diri dari hukuman.
D. B E L A J A R
Pengertian Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamnnya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.[7] Ciri utama orang yang belajar adalah terjadinya perubahan dalam sikap dan perilaku. Perubahan utama itu adalah terbentuknya response atau reaksi terhadap suatu perangsang atau stimulus, baik berupa suara, gerak, rasa, bentuk, gejala dan sebagainya yang diterima oleh alat indera (five senses) melalui sistem persyarafan yang selanjutnya diolah dan disimpulkan oleh simpul syaraf utama yaitu otak, yang terdiri dari 20 milyar sel otak. Setiap sel otak tersebut mempunyai fungsi masing-masing dalam kehidupan psikhis manusia yang selanjutnya tampil dalam bentuk :
S _ O _ R (S = stimulus; O = organisma; R = respons). [8]
Menurut kajian psikologi, bahwa kegiatan belajar adalah kegiatan-kegiatan rukhani yang didukung oleh jasmani. Psikologi berkembang menjadi ilmu pengetahuan mengenai kehidupan mental atau jiwa manusia atau the science of life. Belajar (to learning) berbeda dengan Mengetahui (to know). Belajar (to learning) berarti : Memperoleh ilmu pengetahuan atau penguasaan ilmu melalui pengalaman, memantapkan ilmu ke dalam jiwa atau mengingat, penguasaan ilmu melalui pengalaman, memperoleh ilmu pengetahuan atau mendapat informasi. Adapun Mengetahui (to know) berarti : Menyerap segala sesuatu secara langsung melalui alat indera atau jiwa, memperoleh kejelasan tertentu, memperoleh dan menerima sesuatu yang dulu diragukan, kemampuan membedakan mengenal dan kenal kembali.[9] Dengan demikian belajar adalah memperoleh ilmu pengetahuan melalui pengalaman.
Ada beberapa Definisi Belajar menurut pakar-pakar,[10] sebagai berikut :
E.R. Hilgard dan D.G. Marquis, mendefinisikan belajar sebagai proses mencari ilmu yang terjadi dalam diri seseorang melalui latihan, pembelajaran dan sebagainya, sehingga terjadi perubahan dalam diri. Baik belajar itu dilakukan dalam laboratorium di bawah bimbingan guru atau usaha sendiri dan lingkungan alami dimana proses belajar itu terjadi.
James L. Mursell dalam bukunya Succesful Teaching, berpendapat bahwa belajar adalah upaya yang dilakukan dilakukan dengan mengalami sendiri.
Henry E. Garrett dalam General Psychology, mengatakan bahwa belajar merupakan proses yang berlangsung dalam jangka waktu lama melalui latihan maupun pengalaman yang membawa kepada perubahan diri dan perubahan cara mereaksi terhadap suatu perangsang tertentu..
Lester D. Crow dan Aliace Crow, mendefinisikan belajar adalah upaya untuk memperoleh kebiasaan-kebiasaan, pengetahuan dan sikap-sikap.
Robert M. Gagne, mengemukakan bahwa belajar adalah perubahan yang terjadi dalam kemampuan manusia yang terjadi setelah belajar secara terus menerus.
Gordon H. Bower and Ernest R. Hilgard, mengemukakan bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku yang terjadi pada diri seseorang yang disebabkan oleh situasi tertentu yang terjadi berulang-kali, walaupun sifat masalah dihadapi tidak sama.
J.A. Mc. Geoch melihat bahwa perubahan yang terjadi pada penampilan orang yang belajar dapat diamati dari tingkah laku nya
Definisi yang agak spesifik adalah yang dikemukakan oleh Henry Clay Lindgren. Menurut Lindgren, orang yang belajar akan terbebas dari ilusi dan delusi (angan-angan, khayalan dan kecorobohan). Pengamatannya makin tajam dan mampu melakukan perbedaan secara rasional dan emosional. Orang yang belajar menurut Lindgren akan menghadapi kenyataan hidup ini sebagai suatu masalah yang harus dipecahkan, bukan untuk ditakuti (threats). Ia akan menggunakan pikirannya, tidak egoistis, akan mengembangkan keinginan tahuan yang aktif (an active curiousty), minat serta keinginan yang kuat untuk belajar selanjutnya. Jadi ia tidak akan berhenti belajar setelah ia tahu, tapi rasa ingin tahu selanjutnya disalurkan melalui menambah wawasan intelektualnya.
Tiga orang sarjana Psikologi yaitu Harry F. Harlow (Univ. Wisconsin), James L. McGaugh dan Richard F. Thompson, mengemukakan bahwa belajar adalah perubahan sebagai hasil dari pengalaman yang diperoleh dan perubahan tersebut relatif menetap dalam diri.
Berelson dan Steiner, mengemukakan bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku yang terjadi akibat dari pengalaman berdasarkan situasi yang sama pada masa lampau.
Menurut J.P. Chaplin, belajar adalah usaha yang dilakukan untuk mengubah tingkah laku yang relatif tetap melalui pengalaman dan praktek mengenai hal-hal tertentu. Misalnya usaha memperoleh persoalan-persoalan tertentu. Hasil dari praktek pengalaman ini akan mengubah cara berpikir dan mereaksi orang yang bersangkutan.
[1] Eva L. Baker. 1993. Bagaimana Mengajar secara Sistematis. Jakarta : Kanisius : 114.
[2] Abid Syamsudin Makmun. 1999. Psikologi Pendidikan. Bandung : Rosda Karya. 24.
[3] Muhibbin Syah. 1996. Psikologi Pendidikan suatu Pendekatan Baru. Bandung : Rosda Karya. 27.
[4] David J. Scheneider. 1976. Social Psychology. Texas : Addison Wesley Publishing Company.393.
[5] Aminuddin Rasyad. 2003. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : UHAMKA Press. 92.
[6] Rasyad. Ibid. 93 – 101.
[7] Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhinya. Jakarta : Rineka Cipta. 2.
[8] Rasyad. Op.cit. 23.
[9] Rasyad. Ibid. 105-108.
[10] Ibi. 27-41.
Sikap (attitude), merupakan pandangan atau kecenderungan mental yang relatif menetap untuk bereaksi dengan cara baik atau buruk terhadap orang atau barang tertentu. Sikap dapat mengarahkan perilaku seseorang. Jadi, sikap itu menentukan reaksi seseorang yang ditampilkan dengan cara baik maupun cara yang buruk.[1]
B. PERILAKU
Dalam dunia pendidikan, “Perilaku” didefinisikan dengan memadukan antara paham holistik dengan paham behavioristik yang saling melengkapi. Aspek intrinsik (niat, tekad) seseorang merupakan faktor penentu untuk menumbuhkan perilaku tertentu, meskipun tidak ada perangsang (stimulus) dari lingkungan (environmentalistik). Sedangkan menurut paham behavioristik menekankan bahwa pola-pola perilaku itu dapat dibentuk melalui proses pembiasaan dan pengukuhan dengan mengkondisikan stimulus (conditioning) dalam lingkungan (environmentalistik).[2]
Perilaku seseorang dapat dikelompokkan menjadi 3 (tiga) kategori. Pengelompokan tersebut dikenal dengan “Taxonomi Bloom”, yaitu ranah Kognitif, Afektif, dan Psikomotor. Pakar Pendidikan Indonesia, Ki Hajar Dewantoro, menggunakan istilah cipta (penalaran), rasa (penghayatan), dan karsa (pengamalan). [3]
Secara garis besar Taxonomi Bloom, dijabarkan dalam bentuk tabel sebagai berikut :
THE COGNITIF DOMAIN (KAWASAN KOGNITIF)
THE AFFECTIVE DOMAIN (KAWASAN AFEKTIF)
THE PSYCHOMOTOR DOMAIN (KAWASAN KONATIF)
Knowledge (pengetahuan)
Comprehension (pemahaman)
Application (penerapan)
Analysis (Penguraian)
Synthesis (Memadukan)
Evaluation (Penilaian)
Receiving (Penerimaan)
Responding (Sambutan)
Valuing (Penghargaan)
Organization (Pengorganisasian)
Characterization by Value Complex (Karakterisasi, Internalisasi, Penjelmaan)
Gross Body Movement (Gerakan Jasmaniah Biasa) Finely Coodinated Movement (Gerakan Indah) Non Verbal Communication Sets (Komunikasi Non Verbal) Speech Behavior (Perilaku Verbal)
Menurut Bloom, perilaku adalah tindakan / perbuatan yang layak bagi manusia. Perilaku mengacu pada tindakan atau aktivitas. Perilaku sosial seseorang menggambarkan sistem sikap dalam mengevaluasi obyek positif atau negatif. Unsur perilaku ada 3 (tiga), yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor. Kognitif mencakup perilaku yang berkenaan dengan aspek inteletualitas seseorang. Terjadinya perilaku di kawasan kognitif belum menjamin timbulnya rasa suka seseorang dalam melakukan sesuatu. Karena itu perubahan perilaku yang berhubungan dengan suka atau tidak suka, senang atau tidak senang termasuk dalam kawasan afektif. Perubahan perilaku pada kawasan psikomotorik terjadi jika seseorang telah melaksanakan apa yang telah menjadi sikapnya.
Schneider dalam Social Psychology mengemukakan juga tentang perilaku. Menurut beliau Perilaku adalah :
“In short, any specific behavior may be affected by a variety of factors. However, fishbein and ajzen do show that attitudes do predict a behavioral index quite well. In their study, religius attitudes predicted specific religius behaviors (e.g. praying before meals) relatively poorly; however any index based on the number of religius behavior engaged in (praying, going to church, etc.) was well predicted by attitudes. There are probably no behavior linked exclusive to single attitudes (and certainly tha reserve is true) one can be relatively sure that people with particular attitudes perform more relevant behaviors consistent with the attitudes but not necessary know which specific behaviors they will perform”.[4]
C. MOTIVASI
Motivasi berarti seni mendorong peserta didik untuk terdorong melakukan kegiatan belajar sehingga tujuan pembelajaran tercapai. Dalam dunia pendidikan motivasi adalah usaha dari pihak luar dalam hal ini adalah
guru untuk mendorong mengaktifkan dan menggerakkan peserta didiknya secara sadar untuk terlibat aktif dalam proses belajar - mengajar. [5]
Menurut Donald O. Hebb, ada empat cara yang dapat dilakukan setiap guru untuk memotivasi peserta didiknya [6] , yaitu:
1. Arousal, yaitu membangkitkan minat belajar
Dengan arousal guru mencoba menciptakan suasana hati yang menggembirakan, kesiapsiagaan selalu untuk belajar, responsive terhadap tugas-tugas yang diberikan dan tiada hari tanpa belajar.
2. Expectancy (memberikan dan menimbulkan harapan)
Expectancy adalah suatu keyakinan yang secara seketika timbul untuk terpenuhinya suatu harapan yang mendorong seseorang untuk melakukan suatu kegiatan.
3. Incentives (dorongan semangat atau memberikan sesuatu)
Dorongan semangat atau memberikan sesuatu dapat penghargaan atau tercapainya tujuan belajar kepada peserta didik agar belajar lebih giat dalam belajar dan melakukan kompetisi dengan sesamanya.
4. Punishment (Hukuman)
Dalam suatu percobaan yang dilakukan kepada tiga orang yang sedang belajar bagaimana pengaruh hukuman terhadap diri mereka dapat dituturkan sebagai berikut : Solomon mengadakan tiga macam kegiatan, yaitu pelajaran menjauhkan diri (escape training), pelajaran cara-cara mengindarkan diri (avoidance training) dan prosedur hukuman (punishment procedure). Ketiga macam percobaan ini menggunakan tikus dengan sebuah kotak balapan (start box) sepanjang 1,8 meter atau enam kaki. Pada kedua ujung kotak ini dapat dua jalur, yaitu jalur akhir balapan dan jalur tujuan balapan.
Dalam latihan melepaskan diri (escape) tikus ini diberi shock atau kejuatan secara tiba-tiba begitu pintu kotak start dibuka. Tikus ini dengan cepat belajar menuruni jalur balapan. Dalam latihan menghindarkan diri (awidance Training) diberi waktu selama lima menit mencapai tujuan balapan setelah pintu dibuka. Tikus ini dengan cepat mengindari shock atau kejutan yang diberikan kepadanya. Pada percobaan ketiga, yaitu memberikan hukuman, tikus cobaan ini diajar lari ke tujuan jalur balapan yang ada makanan di sana. Setelah tingkah lakunya mantap, kemudian diberikan kejutan di jalur tujuan dengan panggang daging yang beraliran listrik. Tikus ini dengan cepat belajar tidak bergerak dari tempat start-nya. Dari percobaan ini ada perbedaan yang sangat menarik, yaitu antara melarikan dan mengindarkan diri pada satu pihak dan pada pihak lain dengan hukuman. Pada percobaan golongan pertama, yaitu melepaskan diri dan menghindarkan diri pada satu pihak dan pada pihak lain dengan hukuman. Pada percobaan golongan pertama, yaitu melepaskan diri dan menghindarkan diri, tikus diajar apa yang dilakukannya sedangkan percobaan golongan kedua ia tidak diajar melakukan sesuatu yang harus dilakukannya. Dari hasil percobaan ini kita memperoleh kesamaan antara tikus dengan manusia dalam mengendalikan tingkah lakunya.
Menurut Solomon, bahwa pengaruh hukuman besar sekali terhadap sikap belajar peserta didik, karena umumnya mereka akan berupaya tidak memperoleh hukuman bila hasil belajarnya tidak baik. Secara psikologis semua manusia tidak senang dan menghidarkan diri dari hukuman.
D. B E L A J A R
Pengertian Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamnnya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.[7] Ciri utama orang yang belajar adalah terjadinya perubahan dalam sikap dan perilaku. Perubahan utama itu adalah terbentuknya response atau reaksi terhadap suatu perangsang atau stimulus, baik berupa suara, gerak, rasa, bentuk, gejala dan sebagainya yang diterima oleh alat indera (five senses) melalui sistem persyarafan yang selanjutnya diolah dan disimpulkan oleh simpul syaraf utama yaitu otak, yang terdiri dari 20 milyar sel otak. Setiap sel otak tersebut mempunyai fungsi masing-masing dalam kehidupan psikhis manusia yang selanjutnya tampil dalam bentuk :
S _ O _ R (S = stimulus; O = organisma; R = respons). [8]
Menurut kajian psikologi, bahwa kegiatan belajar adalah kegiatan-kegiatan rukhani yang didukung oleh jasmani. Psikologi berkembang menjadi ilmu pengetahuan mengenai kehidupan mental atau jiwa manusia atau the science of life. Belajar (to learning) berbeda dengan Mengetahui (to know). Belajar (to learning) berarti : Memperoleh ilmu pengetahuan atau penguasaan ilmu melalui pengalaman, memantapkan ilmu ke dalam jiwa atau mengingat, penguasaan ilmu melalui pengalaman, memperoleh ilmu pengetahuan atau mendapat informasi. Adapun Mengetahui (to know) berarti : Menyerap segala sesuatu secara langsung melalui alat indera atau jiwa, memperoleh kejelasan tertentu, memperoleh dan menerima sesuatu yang dulu diragukan, kemampuan membedakan mengenal dan kenal kembali.[9] Dengan demikian belajar adalah memperoleh ilmu pengetahuan melalui pengalaman.
Ada beberapa Definisi Belajar menurut pakar-pakar,[10] sebagai berikut :
E.R. Hilgard dan D.G. Marquis, mendefinisikan belajar sebagai proses mencari ilmu yang terjadi dalam diri seseorang melalui latihan, pembelajaran dan sebagainya, sehingga terjadi perubahan dalam diri. Baik belajar itu dilakukan dalam laboratorium di bawah bimbingan guru atau usaha sendiri dan lingkungan alami dimana proses belajar itu terjadi.
James L. Mursell dalam bukunya Succesful Teaching, berpendapat bahwa belajar adalah upaya yang dilakukan dilakukan dengan mengalami sendiri.
Henry E. Garrett dalam General Psychology, mengatakan bahwa belajar merupakan proses yang berlangsung dalam jangka waktu lama melalui latihan maupun pengalaman yang membawa kepada perubahan diri dan perubahan cara mereaksi terhadap suatu perangsang tertentu..
Lester D. Crow dan Aliace Crow, mendefinisikan belajar adalah upaya untuk memperoleh kebiasaan-kebiasaan, pengetahuan dan sikap-sikap.
Robert M. Gagne, mengemukakan bahwa belajar adalah perubahan yang terjadi dalam kemampuan manusia yang terjadi setelah belajar secara terus menerus.
Gordon H. Bower and Ernest R. Hilgard, mengemukakan bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku yang terjadi pada diri seseorang yang disebabkan oleh situasi tertentu yang terjadi berulang-kali, walaupun sifat masalah dihadapi tidak sama.
J.A. Mc. Geoch melihat bahwa perubahan yang terjadi pada penampilan orang yang belajar dapat diamati dari tingkah laku nya
Definisi yang agak spesifik adalah yang dikemukakan oleh Henry Clay Lindgren. Menurut Lindgren, orang yang belajar akan terbebas dari ilusi dan delusi (angan-angan, khayalan dan kecorobohan). Pengamatannya makin tajam dan mampu melakukan perbedaan secara rasional dan emosional. Orang yang belajar menurut Lindgren akan menghadapi kenyataan hidup ini sebagai suatu masalah yang harus dipecahkan, bukan untuk ditakuti (threats). Ia akan menggunakan pikirannya, tidak egoistis, akan mengembangkan keinginan tahuan yang aktif (an active curiousty), minat serta keinginan yang kuat untuk belajar selanjutnya. Jadi ia tidak akan berhenti belajar setelah ia tahu, tapi rasa ingin tahu selanjutnya disalurkan melalui menambah wawasan intelektualnya.
Tiga orang sarjana Psikologi yaitu Harry F. Harlow (Univ. Wisconsin), James L. McGaugh dan Richard F. Thompson, mengemukakan bahwa belajar adalah perubahan sebagai hasil dari pengalaman yang diperoleh dan perubahan tersebut relatif menetap dalam diri.
Berelson dan Steiner, mengemukakan bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku yang terjadi akibat dari pengalaman berdasarkan situasi yang sama pada masa lampau.
Menurut J.P. Chaplin, belajar adalah usaha yang dilakukan untuk mengubah tingkah laku yang relatif tetap melalui pengalaman dan praktek mengenai hal-hal tertentu. Misalnya usaha memperoleh persoalan-persoalan tertentu. Hasil dari praktek pengalaman ini akan mengubah cara berpikir dan mereaksi orang yang bersangkutan.
[1] Eva L. Baker. 1993. Bagaimana Mengajar secara Sistematis. Jakarta : Kanisius : 114.
[2] Abid Syamsudin Makmun. 1999. Psikologi Pendidikan. Bandung : Rosda Karya. 24.
[3] Muhibbin Syah. 1996. Psikologi Pendidikan suatu Pendekatan Baru. Bandung : Rosda Karya. 27.
[4] David J. Scheneider. 1976. Social Psychology. Texas : Addison Wesley Publishing Company.393.
[5] Aminuddin Rasyad. 2003. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : UHAMKA Press. 92.
[6] Rasyad. Ibid. 93 – 101.
[7] Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhinya. Jakarta : Rineka Cipta. 2.
[8] Rasyad. Op.cit. 23.
[9] Rasyad. Ibid. 105-108.
[10] Ibi. 27-41.
ANTARA ASA DAN KENYATAAN
Apabila kita membaca di media cetak ataupun mendengarkan berita-berita dari media radio serta melihat berbagai tayangan dari media televisi maupun media elektronik lainnya, terdapat berita-berita yang membawa kengerian sangat dalam di lubuk hati kita, terutama berita mengenai sikap dan perilaku menyimpang anak-anak dan remaja serta para pelajar. Sikap dan perilaku mereka semakin hari semakin menjadi lebih tidak terarah dan bahkan mengarah kepada kebrutalan.
Dibeberapa daerah sering terjadi tawuran pelajar antar sekolah, yang tak jarang sampai memacetkan lalu lintas, bahkan ada yang sampai menelan korban jiwa. Putaw dan obat-obat terlarang berkembang dengan cepat di kalangan mereka. Ketergantungan terhadap obat terlarang pun menjadi agenda tambahan yang harus diperhatikan. Belum lagi perilaku remaja puteri yang menjadikan mal-mal sebagai terminal mereka sepulang sekolah dan berbagai perilaku negatif.
Selain itu nampak gejala terhadap Motivasi belajar siswa yang mengalami penurunan sangat tajam. Jangankan untuk menguasai Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, sedangkan belajar untuk menguasai materi pelajaran sekolah pun tak lagi dihiraukan. Hal ini menambah deretan panjang kemrosotan moral dan motivasi belajar anak-anak, remaja dan para pelajar sebagai generasi penerus bangsa.
Kondisi ini mestinya menyadarkan kita, bahwa fenomena-fenomena yang tengah kita hadapi ini akan terus berlangsung dan akan bertambah parah cenderung ke kondisi yang serba kelabu dan kemungkinan akan terjadi semakin terpuruk berkepanjangan apabila tidak segera diatasi. Sebab, nampaknya perkelahian pelajar maupun perkelahian mahasiswa sudah menjadi "trend" atau "mode". Bahkan dari hasil obrolan antara peneliti dengan beberapa siswa di wilayah Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta, peneliti mendapat informasi dan penuturan bahwa sebagian besar kalangan pelajar menganggap hari Jum'at dan hari Sabtu adalah hari ketrampilan perkelahian (tawuran). Dengan kata lain bahwa perkelahian pelajar oleh sebagian besar pelajar DKI Jakarta merupakan salah satu mata pelajaran ketrampilan dan memiliki jadwal tersendiri yaitu hari Jum'at dan hari Sabtu. Selain itu dengan bangganya mereka mennturkan pendapatnya bahwa perkelahian (tawuran) pelajar merupakan suatu mata pelajaran yang menarik dan banyak diminati oleh siswa. Hal senada juga dituturkan oleh beberapa orang tua di pinggiran kota Jakarta. Sesuatu yang merupakan kebetulan juga bahwa pada tanggal 7 Pebruari 2004, peneliti terjebak kemacetan lalu lintas di jalan arteri Pondok Indah. Setelah peneliti turun dari kendaraan dan mencari sebab terjadinya kemacetan ternyata penyebabnya karena sedang terjadi perkelahian pelajar.
Apalagi, pelaksanaan pembelajaran di sekolah yang diharapkan mampu memberikan pendidikan dalam bingkai keagamaan secara holistik, yaitu Pendidikan Agama yang bukan hanya sekedar pemberian materi-materi Agama dalam bentuk kognitif di dalam kelas, akan tetapi juga harus menjadi Pendidikan Agama dalam bentuk keteladanan dengan lingkungan sekolah yang kondusif, sebagai suatu refleksi dari ranah afektif dan psikomotor. Hal ini masih belum dilaksanakan sepenuhnya.
Dalam kaitannya dengan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi sangat berpengaruh terhadap semua sistem kehidupan manusia. Perubahan sistem kehidupan itu membutuhkan pengetahuan, sikap dan tindakan tertentu yang dapat membuat seseorang mampu mengikuti perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dan perubahan dalam sistem kehidupannya. Pengetahuan yang memadai akan membantu seseorang bersikap dan berperilaku benar. Dasar-dasar pengetahuan dan juga perkembangan pengetahuan dapat diperoleh anak di lembaga pendidikan atau sekolah melalui pengajaran.
Disisi lain, interaksi antar warga sekolah yang menjadi fokus sentral sebagai cerminan bagi siswa belum dapat diandalkan. Demikian pula halnya dengan pelaksanaan pembelajaran di dalam kelas, konteks pembelajarannya masih belum memberikan pembelajaran secara integral dengan kehidupan sehari-hari. Hal lain, yang menjadi pemicu kemerosotan moral dan motivasi belajar anak-anak, remaja, dan pelajar adalah manajemen sekolah yang tidak dilaksanakan secara fungsional, professional, bebas dan kreatif, sebab Manajemen Sekolah merupakan kekuatan di dalam penyelenggaraan suatu sekolah. Artinya, bahwa manajemen sekolah yang baik, tentu saja akan meningkatkan mutu sekolah. Sekolah yang bermutu haruslah memiliki kerangka kerja yang meliputi fleksibilitas dalam mengatur semua sumber daya sesuai dengan kebutuhan sekolah, akuntabilitas kepada masyarakat maupun pemerintah, standar kurikulum yang telah ditentukan secara nasional, pembinaan yang terus menerus secara professional terhadap staf kepala sekolah (wakil kepala sekolah dan staf lainnya), Guru dan warga sekolah lainnya, yaitu para satuan pengaman sekolah, pengelola kantin, pesuruh dan penjaga sekolah. Jadi, manajemen sekolah yang amburadul akan menjadikan warga sekolah bekerja tidak maksimal. Hal ini tentu saja akan sangat berpengaruh terhadap sikap, perilaku dan motivasi belajar siswa.
Dibeberapa daerah sering terjadi tawuran pelajar antar sekolah, yang tak jarang sampai memacetkan lalu lintas, bahkan ada yang sampai menelan korban jiwa. Putaw dan obat-obat terlarang berkembang dengan cepat di kalangan mereka. Ketergantungan terhadap obat terlarang pun menjadi agenda tambahan yang harus diperhatikan. Belum lagi perilaku remaja puteri yang menjadikan mal-mal sebagai terminal mereka sepulang sekolah dan berbagai perilaku negatif.
Selain itu nampak gejala terhadap Motivasi belajar siswa yang mengalami penurunan sangat tajam. Jangankan untuk menguasai Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, sedangkan belajar untuk menguasai materi pelajaran sekolah pun tak lagi dihiraukan. Hal ini menambah deretan panjang kemrosotan moral dan motivasi belajar anak-anak, remaja dan para pelajar sebagai generasi penerus bangsa.
Kondisi ini mestinya menyadarkan kita, bahwa fenomena-fenomena yang tengah kita hadapi ini akan terus berlangsung dan akan bertambah parah cenderung ke kondisi yang serba kelabu dan kemungkinan akan terjadi semakin terpuruk berkepanjangan apabila tidak segera diatasi. Sebab, nampaknya perkelahian pelajar maupun perkelahian mahasiswa sudah menjadi "trend" atau "mode". Bahkan dari hasil obrolan antara peneliti dengan beberapa siswa di wilayah Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta, peneliti mendapat informasi dan penuturan bahwa sebagian besar kalangan pelajar menganggap hari Jum'at dan hari Sabtu adalah hari ketrampilan perkelahian (tawuran). Dengan kata lain bahwa perkelahian pelajar oleh sebagian besar pelajar DKI Jakarta merupakan salah satu mata pelajaran ketrampilan dan memiliki jadwal tersendiri yaitu hari Jum'at dan hari Sabtu. Selain itu dengan bangganya mereka mennturkan pendapatnya bahwa perkelahian (tawuran) pelajar merupakan suatu mata pelajaran yang menarik dan banyak diminati oleh siswa. Hal senada juga dituturkan oleh beberapa orang tua di pinggiran kota Jakarta. Sesuatu yang merupakan kebetulan juga bahwa pada tanggal 7 Pebruari 2004, peneliti terjebak kemacetan lalu lintas di jalan arteri Pondok Indah. Setelah peneliti turun dari kendaraan dan mencari sebab terjadinya kemacetan ternyata penyebabnya karena sedang terjadi perkelahian pelajar.
Apalagi, pelaksanaan pembelajaran di sekolah yang diharapkan mampu memberikan pendidikan dalam bingkai keagamaan secara holistik, yaitu Pendidikan Agama yang bukan hanya sekedar pemberian materi-materi Agama dalam bentuk kognitif di dalam kelas, akan tetapi juga harus menjadi Pendidikan Agama dalam bentuk keteladanan dengan lingkungan sekolah yang kondusif, sebagai suatu refleksi dari ranah afektif dan psikomotor. Hal ini masih belum dilaksanakan sepenuhnya.
Dalam kaitannya dengan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi sangat berpengaruh terhadap semua sistem kehidupan manusia. Perubahan sistem kehidupan itu membutuhkan pengetahuan, sikap dan tindakan tertentu yang dapat membuat seseorang mampu mengikuti perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dan perubahan dalam sistem kehidupannya. Pengetahuan yang memadai akan membantu seseorang bersikap dan berperilaku benar. Dasar-dasar pengetahuan dan juga perkembangan pengetahuan dapat diperoleh anak di lembaga pendidikan atau sekolah melalui pengajaran.
Disisi lain, interaksi antar warga sekolah yang menjadi fokus sentral sebagai cerminan bagi siswa belum dapat diandalkan. Demikian pula halnya dengan pelaksanaan pembelajaran di dalam kelas, konteks pembelajarannya masih belum memberikan pembelajaran secara integral dengan kehidupan sehari-hari. Hal lain, yang menjadi pemicu kemerosotan moral dan motivasi belajar anak-anak, remaja, dan pelajar adalah manajemen sekolah yang tidak dilaksanakan secara fungsional, professional, bebas dan kreatif, sebab Manajemen Sekolah merupakan kekuatan di dalam penyelenggaraan suatu sekolah. Artinya, bahwa manajemen sekolah yang baik, tentu saja akan meningkatkan mutu sekolah. Sekolah yang bermutu haruslah memiliki kerangka kerja yang meliputi fleksibilitas dalam mengatur semua sumber daya sesuai dengan kebutuhan sekolah, akuntabilitas kepada masyarakat maupun pemerintah, standar kurikulum yang telah ditentukan secara nasional, pembinaan yang terus menerus secara professional terhadap staf kepala sekolah (wakil kepala sekolah dan staf lainnya), Guru dan warga sekolah lainnya, yaitu para satuan pengaman sekolah, pengelola kantin, pesuruh dan penjaga sekolah. Jadi, manajemen sekolah yang amburadul akan menjadikan warga sekolah bekerja tidak maksimal. Hal ini tentu saja akan sangat berpengaruh terhadap sikap, perilaku dan motivasi belajar siswa.
INFORMASI WEB TENTANG STANDARD TES BAKU
EATING ATTITUDE TEST :
http://www.communities-Disorders/concernedcounseling/eat/EAT.htm
GEOGRAPHY TEST 9 : CANADA :
http://www.nrdowling.com/zip/709 test.pdf
SKILLED WORKER SELF ASSESSMENT :
http://www.gc.ca/english/skilled/assess/Education.asp
STANDARDIZED TEST HOLDINGS : COMPLETE LIST :
http://www.bridgew.edu/Handbook/Tuition-Fees.pdf
ATTITUDE TEST :
http://www.Lochlyn.org.htm
THE GULLIBILITY TEST : HISTORY AND CULTURE :
http://www.museumofhoaxes.com/test2.html
STANDARDS OF ECONOMICS SURVEY :
http://www.Store.ncee.net/teofeclit//.html
ATTITUDE TEST :
http://www.sai-service.org/html/bvikas/ACTIVITIE/attitude TestAhimsa.html
AMERICAN HISTORY TEST :
http://www.museumofhoaxes.com/test2.html
EATING ATTITUDE TEST : STUDENTS HEALTH SERVICES :
http://www.mnsu.edu/heathsv/events/eatingdisorderquiz.html
SAMPLE ATTITUDE TEST QUESTION :
http://www.njatc.org/apprentice/aptest.htm
THE ARMED WOMEN’S ATTITUDE TEST :
http://www.datek.net/Humor/the%20Armed%20women’s%20Attitude%20Test
STANDARDIZED TEST HOLDINGS : COMPLETE TEST :
http://www.bridgew.edu/Handbook/Tuition-Fees.pdf
http://www.communities-Disorders/concernedcounseling/eat/EAT.htm
GEOGRAPHY TEST 9 : CANADA :
http://www.nrdowling.com/zip/709 test.pdf
SKILLED WORKER SELF ASSESSMENT :
http://www.gc.ca/english/skilled/assess/Education.asp
STANDARDIZED TEST HOLDINGS : COMPLETE LIST :
http://www.bridgew.edu/Handbook/Tuition-Fees.pdf
ATTITUDE TEST :
http://www.Lochlyn.org.htm
THE GULLIBILITY TEST : HISTORY AND CULTURE :
http://www.museumofhoaxes.com/test2.html
STANDARDS OF ECONOMICS SURVEY :
http://www.Store.ncee.net/teofeclit//.html
ATTITUDE TEST :
http://www.sai-service.org/html/bvikas/ACTIVITIE/attitude TestAhimsa.html
AMERICAN HISTORY TEST :
http://www.museumofhoaxes.com/test2.html
EATING ATTITUDE TEST : STUDENTS HEALTH SERVICES :
http://www.mnsu.edu/heathsv/events/eatingdisorderquiz.html
SAMPLE ATTITUDE TEST QUESTION :
http://www.njatc.org/apprentice/aptest.htm
THE ARMED WOMEN’S ATTITUDE TEST :
http://www.datek.net/Humor/the%20Armed%20women’s%20Attitude%20Test
STANDARDIZED TEST HOLDINGS : COMPLETE TEST :
http://www.bridgew.edu/Handbook/Tuition-Fees.pdf
ANALISIS SOAL
Secara umum Analisis Soal merupakan suatu tindakan atau proses menentukan Reliabilitas dan Validitas suatu soal, Fungsi Pengecoh dari soal yang telah di tes kan kepada peserta didik atau siswa. Analisis Soal yang dilaksanakan itu tentu saja mempunyai tujuan, antara lain adalah untuk mengetahui seberapa besar atau seberapa tinggi Tingkat Kesukaran suatu soal yang telah di tes kan kepada peserta didik atau siswa. Selain itu Analisis Soal dilaksanakan agar dapat diketahui Daya Pembedanya dan memberikan gambaran secara empirik dihitung reliabilitasnya.
Analisis Soal seharusnya dilaksanakan oleh guru pada setiap selesai mengadakan tes (Analisis Soal lebih tepat dilaksanakan setelah tes semester). Akan tetapi hal ini jarang terjadi. Bahkan penyusun pernah menjumpai seorang guru tidak pernah melaksanakan Analisis Soal. Hal ini dimungkinkan karena berbagai hal atau faktor penyebab. Diantaranya adalah karena tidak tahu cara menyusun Analisis Soal. Ketidak tahuan cara menyusun Analisis Sosial ini tidak hanya dialami oleh penyusun saja, nampaknya oleh sebagian besar guru, termasuk penyusun.
Itulah sebabnya, timbul suatu pertanyaan : Bagaimana cara menganalisis suatu soal !?!. Akhirnya dengan berbagai kekurangan, penyusun mencoba menyusun suatu Analisis Soal, baik yang Kualitatif maupun yang Kuantitatif.
Tujuan penyusunan Analisis Soal ini adalah, antara lain :
Untuk mengidentifikasi soal dalam rangka menentukan Tingkat Kesukaran dan Daya Pembeda soal yang di tes kan, sehingga dapat diketahui mana soal yang baik, mana soal yang kurang baik yang memerlukan perbaikan dan mana soal yang jelek yang tidak boleh dipakai.
Untuk memberikan kontribusi terhadap peningkatan efektifitas di dalam penyusunan soal, sehingga soal memiliki Realibilitas dan Validitas yang dapat dipertanggung jawabkan.
Untuk mengetahui berfungsi atau tidak terhadap soal yang di tes kan kepada peserta didik, untuk mengambil langkah-langkah di dalam peningkatan kualitas suatu soal.
Analisis Soal terhadap yang telah di tes kan, tentu saja mempunyai manfaat, antara lain :
Analisis Soal bermanfaat sebagai alat untuk mengukur seberapa besar Daya Pembeda dan Tingkat Kesukaran terhadap soal yang telah disusun serta telah dilaksanakan tes.
Analisis Soal bermanfaat sebagai pedoman di dalam penyusunan soal yang akan datang beradasarkan hasil tes, sehingga tercapai penyempurnaan soal-soal tes untuk kepentingan lebih lanjut.
Untuk memberikan informasi yang jelas mengenai Reabilitas dan Validitas suatu soal yang telah di tes kan.
ANALISIS KUALITATIF
Analisis Kualitatif lazim disebut sebagai Validitas Logis, yaitu Penelaahan terhadap suatu soal ditinjau dari segi teknis, isi dan editorial. Analisis secara teknis adalah penelaahan ditinjau dari prinsip-prinsip pengukuran dan format penulisan soal.
Analisis secara isi adalah penelaahan khusus berkaitan dengan kelayakan pengetahuan yang ditanyakan.
Analisis secara editorial adalah penelaahan khususnya berkaitan dengan keseluruhan format dan keajegan editorial dari soal yang satu ke soal yang lainnya.
Tinjauan lainnya dapat dikategorikan dari segi materi, konstruksi dan bahasa.
Tinjauan materi berkaitan dengan substansi keilmuan yang ditanyakan di dalam soal serta tingkat kemampuan yang sesuai dengan soal.
Tingkat kemampuan yang diukur soal dapat berupa ranah kognitif seperti yang diuraikan dalam taksonomi Bloom, yaitu mulai dari ingatan sampai pada evaluasi atau kemampuan. Tinjauan konstruksi umumnya berkaitan dengan teknik penulisan soal.
Melalui analisis kualitatif dapat diketahui berfungsi tidaknya sebuah soal.
ANALISIS KUANTITATIF
Setelah soal selesai ditulis dan dianalisis secara kualitatif (direview), maka langkah selanjutnya adalah mengumpulkan data empiris melalui ujicoba sebagai landasan atau sebagai pedoman untuk melihat lebih berfungsinya sebuah soal.
Hasil analisis dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana soal dapat membedakan antara peserta didik yang kemampuannya tinggi dalah hal yang didefinisikan oleh kriteria dengan peserta didik yang kemampuannya rendah.
Dalam hal memilih kriteria yang akan digunakan orang menginginkan adanya ukuran yang baik untuk kemampuan ataupun keterampilan yang diukur oleh soal.
Analisis soal secara kuantitatif menekankan pada analisis karakteristik internal tes melalui data yang diperoleh secara empiris.
Karekterisrik internal secara kuantitatif dimaksudkan meliputi tingkat kesukaran, daya pembeda (validitas), dan reliabilitas.
Khusus mengenai soal pilihan ganda, dua tambahan karakteristik yaitu dilihat dari peluang untuk menebak atau menjawab soal benar dan apakah semua option sudah berfungsi secara baik yaitu penyebaran semua alternatif jawaban dari subyek-subyek yang dites.
a. TINGKAT KESUKARAN
Tingkat Kesukaran adalah suatu hasil analisis soal yang ditentukan oleh kedalaman soal, kompleksitas, atau hal-hal lain yang berkaitan dengan kemampuan yang diukur oleh soal. Namun demikian, ketika kita mengkaji lebih mendalah terhadap tingkat kesukaran soal, akan sangat sulit menentukan mengapa sebuah soal lebih sukar dibandingkan dengan soal yang lain.
Para psikometrisian menentukan tingkat kesukaran berdasarkan seberapa banyak peserta tes dapat menjawab benar pada soal yang diberikan. Jika semua peserta tes dapat menjawab benar pada satu soal, maka soal tersebut dikatakan mudah.
Sebaliknya jika dari 100 orang hanya satu orang saja yang dapat menjawab benar pada satu soal, maka soal tersebut dikategorikan sangat sukar.
Secara umum, menurut teori klasik, tingkat kesukaran dapat dinyatakan melalui beberapa cara diantaranya : Proporsi menjawab benar, Skala Kesukaran Linier, Indeks Davis, Skala Bivariat.
Adapun Proporsi jawaban benar (p), yaitu : Jumlah peserta tes yang menjawab benar pada butir soal yang dianalisis dibandingkan dengan jumlah peserta tes seluruhnya merupakan tingkat kesukaran yang paling umum digunakan.
Persamaan yang digunakan untuk menentukan tingkat kesukaran adalah :
∑x
p= ---------------
S m N
p = Proporsi menjawab benar atau tingkat kesukaran
∑x = Banyaknya peserta tes yang menjawab benar
Sm = Skor maksimum
N = Jumlah peserta tes
b. VALIDITAS SOAL
Dengan penelitian empiris dan pembuktian-pembuktiannya bergantung kepada macam validitas yang digunakan. Validitas tes perlu dilakukan untuk mengetahui kualitas sub tes dalam kaitannya untuk menyatakan bahwa suatu tes mengukur hal yang seharusnya diukur. Data analisis yang baik sesuai dengan apa adanya disebut : Data Valid. Agar dapat diperoleh data yang valid, maka instrumennya harus valid.
Menurut Anastasi (1988) Validitas adalah suatu tingkatan yang menyatakan bahwa suatu alat ukur telah sesuai dengan apa yang diukur. Sedangkan Gronlund (1985) mengatakan bahwa validitas berkaitan dengan hasil suatu alat ukur, menunjukkan tingkatan, dan bersifat khusus sesuai dengan tujuan pengukuran yang akan dilakukan.
Para pengembang tes memiliki tanggung jawab dalam mebuat tes yang benar-benar reliable dan valid. Oleh karena itu validitas dapat digunakan dalam memeriksa secara langsung seberapa jauh suatu alat telah berfungsi.
Anastasi (1988) membedakan validitas kedalam tiga bagian yaitu : Content-Related Validity, Criterion-Related-Validity, Construct-Related Validity.
Validitas juga dapat dibedakan menjadi beberapa bagian yaitu
(1). Face Validity, (2). Content Validity, (3). Construct Validity, (4). Predictive Validity, (5). Concurrent Validity, 6. Factorial Validity.
Face Validity mengandung arti bahwa suatu alat ukur dipandang valid apabila nampaknya telah mengukur apa yang hendak diukur.
Content Validity mengandung arti bahwa suatu alat ukur dipandang valid apabila sesuai dengan isi yang hendak diukur.
Construct Validity mengandung arti bahwa suatu alat ukur dikatakan valid apabila telah cocok dengan konstruksi teoritik dimana tes itu dibuat.
Predicitive Validity menunjuk kepada hubungan antara tes skor yang diperoleh peserta didik dengan keadaan yang akan terjadi di waktu yang akan datang.
Concurent Validity menunjuk pada hubungan antara tes skor dengan yang dicapai dengan dengan keadaan sekarang.
Factorial Validity adalah suatu tinjauan valid tidaknya tes diuji dari faktor-faktor yang akan diukur.
c. RELIABILITAS SOAL
Reabilitas adalah suatu hal yang sangat penting pada suatu alat pengukuran yang standar. Dengan demikian penelitian mengenai reabilitas perlu dilakukan dalam pengembangan alat ukur yang baku seperti dalam pengembangan ataupun penggunaan perangkat ujian.
Menurut teori klasik Reabilitas dihubungkan dengan pengertian adanya ketepatan suatu tes dalam pengukurannya. Nunnaly (1970), Allen dan Yen (1979), dan Anastasi (1986) menyatakan bahwa Reabilitas adalah kestabilan skor yang diperoleh orang yang sama ketika diuji ulang dengan tes yang sama pada situasi yang berbeda atau dari satu pengukuran ke pengukuran lainnya. Jadi Reabilitas dapat menyatakan sebagai tingkat konsistensi atau kemantapan hasil dari hasil dua pengukuran terhadap hal yang sama. Hasil pengukuran itu diharapkan akan sama apabila pengukuan itu diulangi.
Reabilitas memiliki dua konsistensi.
1. Konsistensi yang pertama adalah Konsistensi Internal, yakni tingkat sejauh mana butir soal itu homogen baik dari segi tingkat kesukaran maupun bentuk soalnya.
2. Konsistensi yang ke dua yaitu Konsistensi Eksternal, yakni tingkat sejauh mana skor dihasilkan tetap sama sepanjang kemampuan orang yang diukur belum berubah.
Ada berbagai macam Teknik Korelasi yang dikenal dalam menentukan Reabilitas, antara lain : Internal Konsistensi. Teknik ini didasarkan pada Homogenitas atau Korelasi antar skor jawaban pada setiap butir tes.
Nunnaly (1972) menyatakan bahwa tehnik ini didasarkan pada Homogenitas atau Korelasi antara skor jawaban pada setiap butir tes.
Analisis Soal seharusnya dilaksanakan oleh guru pada setiap selesai mengadakan tes (Analisis Soal lebih tepat dilaksanakan setelah tes semester). Akan tetapi hal ini jarang terjadi. Bahkan penyusun pernah menjumpai seorang guru tidak pernah melaksanakan Analisis Soal. Hal ini dimungkinkan karena berbagai hal atau faktor penyebab. Diantaranya adalah karena tidak tahu cara menyusun Analisis Soal. Ketidak tahuan cara menyusun Analisis Sosial ini tidak hanya dialami oleh penyusun saja, nampaknya oleh sebagian besar guru, termasuk penyusun.
Itulah sebabnya, timbul suatu pertanyaan : Bagaimana cara menganalisis suatu soal !?!. Akhirnya dengan berbagai kekurangan, penyusun mencoba menyusun suatu Analisis Soal, baik yang Kualitatif maupun yang Kuantitatif.
Tujuan penyusunan Analisis Soal ini adalah, antara lain :
Untuk mengidentifikasi soal dalam rangka menentukan Tingkat Kesukaran dan Daya Pembeda soal yang di tes kan, sehingga dapat diketahui mana soal yang baik, mana soal yang kurang baik yang memerlukan perbaikan dan mana soal yang jelek yang tidak boleh dipakai.
Untuk memberikan kontribusi terhadap peningkatan efektifitas di dalam penyusunan soal, sehingga soal memiliki Realibilitas dan Validitas yang dapat dipertanggung jawabkan.
Untuk mengetahui berfungsi atau tidak terhadap soal yang di tes kan kepada peserta didik, untuk mengambil langkah-langkah di dalam peningkatan kualitas suatu soal.
Analisis Soal terhadap yang telah di tes kan, tentu saja mempunyai manfaat, antara lain :
Analisis Soal bermanfaat sebagai alat untuk mengukur seberapa besar Daya Pembeda dan Tingkat Kesukaran terhadap soal yang telah disusun serta telah dilaksanakan tes.
Analisis Soal bermanfaat sebagai pedoman di dalam penyusunan soal yang akan datang beradasarkan hasil tes, sehingga tercapai penyempurnaan soal-soal tes untuk kepentingan lebih lanjut.
Untuk memberikan informasi yang jelas mengenai Reabilitas dan Validitas suatu soal yang telah di tes kan.
ANALISIS KUALITATIF
Analisis Kualitatif lazim disebut sebagai Validitas Logis, yaitu Penelaahan terhadap suatu soal ditinjau dari segi teknis, isi dan editorial. Analisis secara teknis adalah penelaahan ditinjau dari prinsip-prinsip pengukuran dan format penulisan soal.
Analisis secara isi adalah penelaahan khusus berkaitan dengan kelayakan pengetahuan yang ditanyakan.
Analisis secara editorial adalah penelaahan khususnya berkaitan dengan keseluruhan format dan keajegan editorial dari soal yang satu ke soal yang lainnya.
Tinjauan lainnya dapat dikategorikan dari segi materi, konstruksi dan bahasa.
Tinjauan materi berkaitan dengan substansi keilmuan yang ditanyakan di dalam soal serta tingkat kemampuan yang sesuai dengan soal.
Tingkat kemampuan yang diukur soal dapat berupa ranah kognitif seperti yang diuraikan dalam taksonomi Bloom, yaitu mulai dari ingatan sampai pada evaluasi atau kemampuan. Tinjauan konstruksi umumnya berkaitan dengan teknik penulisan soal.
Melalui analisis kualitatif dapat diketahui berfungsi tidaknya sebuah soal.
ANALISIS KUANTITATIF
Setelah soal selesai ditulis dan dianalisis secara kualitatif (direview), maka langkah selanjutnya adalah mengumpulkan data empiris melalui ujicoba sebagai landasan atau sebagai pedoman untuk melihat lebih berfungsinya sebuah soal.
Hasil analisis dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana soal dapat membedakan antara peserta didik yang kemampuannya tinggi dalah hal yang didefinisikan oleh kriteria dengan peserta didik yang kemampuannya rendah.
Dalam hal memilih kriteria yang akan digunakan orang menginginkan adanya ukuran yang baik untuk kemampuan ataupun keterampilan yang diukur oleh soal.
Analisis soal secara kuantitatif menekankan pada analisis karakteristik internal tes melalui data yang diperoleh secara empiris.
Karekterisrik internal secara kuantitatif dimaksudkan meliputi tingkat kesukaran, daya pembeda (validitas), dan reliabilitas.
Khusus mengenai soal pilihan ganda, dua tambahan karakteristik yaitu dilihat dari peluang untuk menebak atau menjawab soal benar dan apakah semua option sudah berfungsi secara baik yaitu penyebaran semua alternatif jawaban dari subyek-subyek yang dites.
a. TINGKAT KESUKARAN
Tingkat Kesukaran adalah suatu hasil analisis soal yang ditentukan oleh kedalaman soal, kompleksitas, atau hal-hal lain yang berkaitan dengan kemampuan yang diukur oleh soal. Namun demikian, ketika kita mengkaji lebih mendalah terhadap tingkat kesukaran soal, akan sangat sulit menentukan mengapa sebuah soal lebih sukar dibandingkan dengan soal yang lain.
Para psikometrisian menentukan tingkat kesukaran berdasarkan seberapa banyak peserta tes dapat menjawab benar pada soal yang diberikan. Jika semua peserta tes dapat menjawab benar pada satu soal, maka soal tersebut dikatakan mudah.
Sebaliknya jika dari 100 orang hanya satu orang saja yang dapat menjawab benar pada satu soal, maka soal tersebut dikategorikan sangat sukar.
Secara umum, menurut teori klasik, tingkat kesukaran dapat dinyatakan melalui beberapa cara diantaranya : Proporsi menjawab benar, Skala Kesukaran Linier, Indeks Davis, Skala Bivariat.
Adapun Proporsi jawaban benar (p), yaitu : Jumlah peserta tes yang menjawab benar pada butir soal yang dianalisis dibandingkan dengan jumlah peserta tes seluruhnya merupakan tingkat kesukaran yang paling umum digunakan.
Persamaan yang digunakan untuk menentukan tingkat kesukaran adalah :
∑x
p= ---------------
S m N
p = Proporsi menjawab benar atau tingkat kesukaran
∑x = Banyaknya peserta tes yang menjawab benar
Sm = Skor maksimum
N = Jumlah peserta tes
b. VALIDITAS SOAL
Dengan penelitian empiris dan pembuktian-pembuktiannya bergantung kepada macam validitas yang digunakan. Validitas tes perlu dilakukan untuk mengetahui kualitas sub tes dalam kaitannya untuk menyatakan bahwa suatu tes mengukur hal yang seharusnya diukur. Data analisis yang baik sesuai dengan apa adanya disebut : Data Valid. Agar dapat diperoleh data yang valid, maka instrumennya harus valid.
Menurut Anastasi (1988) Validitas adalah suatu tingkatan yang menyatakan bahwa suatu alat ukur telah sesuai dengan apa yang diukur. Sedangkan Gronlund (1985) mengatakan bahwa validitas berkaitan dengan hasil suatu alat ukur, menunjukkan tingkatan, dan bersifat khusus sesuai dengan tujuan pengukuran yang akan dilakukan.
Para pengembang tes memiliki tanggung jawab dalam mebuat tes yang benar-benar reliable dan valid. Oleh karena itu validitas dapat digunakan dalam memeriksa secara langsung seberapa jauh suatu alat telah berfungsi.
Anastasi (1988) membedakan validitas kedalam tiga bagian yaitu : Content-Related Validity, Criterion-Related-Validity, Construct-Related Validity.
Validitas juga dapat dibedakan menjadi beberapa bagian yaitu
(1). Face Validity, (2). Content Validity, (3). Construct Validity, (4). Predictive Validity, (5). Concurrent Validity, 6. Factorial Validity.
Face Validity mengandung arti bahwa suatu alat ukur dipandang valid apabila nampaknya telah mengukur apa yang hendak diukur.
Content Validity mengandung arti bahwa suatu alat ukur dipandang valid apabila sesuai dengan isi yang hendak diukur.
Construct Validity mengandung arti bahwa suatu alat ukur dikatakan valid apabila telah cocok dengan konstruksi teoritik dimana tes itu dibuat.
Predicitive Validity menunjuk kepada hubungan antara tes skor yang diperoleh peserta didik dengan keadaan yang akan terjadi di waktu yang akan datang.
Concurent Validity menunjuk pada hubungan antara tes skor dengan yang dicapai dengan dengan keadaan sekarang.
Factorial Validity adalah suatu tinjauan valid tidaknya tes diuji dari faktor-faktor yang akan diukur.
c. RELIABILITAS SOAL
Reabilitas adalah suatu hal yang sangat penting pada suatu alat pengukuran yang standar. Dengan demikian penelitian mengenai reabilitas perlu dilakukan dalam pengembangan alat ukur yang baku seperti dalam pengembangan ataupun penggunaan perangkat ujian.
Menurut teori klasik Reabilitas dihubungkan dengan pengertian adanya ketepatan suatu tes dalam pengukurannya. Nunnaly (1970), Allen dan Yen (1979), dan Anastasi (1986) menyatakan bahwa Reabilitas adalah kestabilan skor yang diperoleh orang yang sama ketika diuji ulang dengan tes yang sama pada situasi yang berbeda atau dari satu pengukuran ke pengukuran lainnya. Jadi Reabilitas dapat menyatakan sebagai tingkat konsistensi atau kemantapan hasil dari hasil dua pengukuran terhadap hal yang sama. Hasil pengukuran itu diharapkan akan sama apabila pengukuan itu diulangi.
Reabilitas memiliki dua konsistensi.
1. Konsistensi yang pertama adalah Konsistensi Internal, yakni tingkat sejauh mana butir soal itu homogen baik dari segi tingkat kesukaran maupun bentuk soalnya.
2. Konsistensi yang ke dua yaitu Konsistensi Eksternal, yakni tingkat sejauh mana skor dihasilkan tetap sama sepanjang kemampuan orang yang diukur belum berubah.
Ada berbagai macam Teknik Korelasi yang dikenal dalam menentukan Reabilitas, antara lain : Internal Konsistensi. Teknik ini didasarkan pada Homogenitas atau Korelasi antar skor jawaban pada setiap butir tes.
Nunnaly (1972) menyatakan bahwa tehnik ini didasarkan pada Homogenitas atau Korelasi antara skor jawaban pada setiap butir tes.
PENCIPTAAN MANUSIA
Al-Qur’an adalah “Kitab Petunjuk” bagi manusia untuk kebahagian dunia dan akherat, maka tidak heran apabila di dalamnya terdapat berbagai petunjuk tersirat dan tersurat yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan, guna mendukung fungsinya sebagai kitab petunujuk.
Hakikat-hakikat ilmu pengetahuan di dalam al-Qur’an dipaparkan dengan redaksi yang singkat dan sarat makna yang perlu pemikiran dan perenungan, diantaranya adalah “Ihwal Reproduksi Manusia” .
“Ihwal Repruduksi Manusia” tersebar dibeberapa ayat dalam al-Qur’an, antara lain di dalam Q.S. AL – MU’MINUUN (23) : 12 – 16, Q.S. AL – ‘ALAQ (96) : 2, Q.S. AL – INSAAN (76) : 2, Q.S. AL – FURQAN (25) : 54.
Q.S. AL – MU’MINUUN (23) ayat 12 – 16, Q.S. AL – ‘ALAQ (96) ayat 2, Q.S. AL – INSAAN (76) ayat 2, Q.S. AL – FURQAN (25) ayat 54 akan penyusun analisis pada bab berikut.
ANALISA Q.S. AL – MU’MINUUN (23) AYAT 12 – 16
لَقَدْ خَلَقْنَا اْلأِنْسَانَ مِنْ سُلَ لَةٍ مِّنْ طِيْن ٍ
ثُمَّ جَعَلْنَا هُ نُطْفَةً فِى قُرَارٍ مُّكِيْنٍ
ثُمَّ خَلَقْنَا النَّطْفةً عَلَقَةً فَخَلَقْنَا الْعَلَقَةَ مُضْغَةً فَخَلَقْنَا الْمُضْغَةَ عِظَامًا . فَكَسَوْنَا العِظَامَ لَحْمًا ثُمَّ أَنْسَأْنَا
هُ خَلقًا اْخَرَ. فَتَبَا رَكَاللَّهُ اَهْسَنُ الْخَالِقِِيْنَ
ARTINYA :
“Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu sari pati yang (berasal) dari tanah” (12)
“Kemudian Kami jadikan sari pati itu air mani (sperma) (yang tersimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim)” (13)
“Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging, kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maha Suci Allah Pencipta Yang Paling Baik”(14)
ANALISANYA :
Q.S. al-Mu’minuun (23) ayat 12-14 menerangkan tentang proses terjadinya manusia (embriologi) dari sejak pertemuan antara spermatozoom dengan ovum sampai terbentuknya janin.
Pada Q.S. al-Mu’minuun (23) ayat 12 diterangkan bahwa manusia diciptakan dari sari pati tanah (sulala tin min thin).
Yang dimaksud dengan sari pati tanah adalah zat-zat yang antara lain mengandung molekul-molekul NH4, NH3, H2 dan H2O yang merupakan unsur-unsur penting pembentuk asam amino sebagai zat pembangun protein. Protein adalah zat pembangun protoplasma yang merupakan substansi dasar kehidupan.
Unsur-unsur molekul tersebut kemudian diserap oleh tumbuh-tumbuhan. Tumbuh-tumbuhan ini dimakan oleh hewan dan manusia. Kadang-kadang hewan dimakan oleh manusia. Zat-zat makanan (yang berasal dari tumbuhan dan hewan) yang ada dalam tubuh manusia sebagian menjadi sperma (pada pria) dan ovum (pada wanita).
Pertemuan antara sel sperma dengan sel ovum dalam tabung faloppi mengakibatkan pembuahan dan terjadilah persatuan inti sel sperma dengan inti sel ovum kemudian membentuk zigot (alaqah) yang mengandung separuh sifat ayah dan separuh sifat ibu. Selanjutnya zigot membelah sampai 32 sel yang disebut dengan morula (mudghoh), kemudian morula menyerap cairan yang dikeluarkan oleh tabung faloppi dan segera didalamnya terbentuk rongga blatasoel. Bentuk ini disebut dengan blastosit. Lapisan luar blastosit disebut trafobles ; yang merupakan dinding blastosit yang berfungsi untuk menyerap makanan calon ari-ari (plasenta).
Sedangkan masa didalamnya disebut simpul embrio atau janin (calon manusia).
Dijelaskan dalam Q.S. al-Mu’minuun (23) ayat 13-14, bahwa setelah bertemunya sel (nutfah) antara sel (nutfah) sperma dengan sel (nutfah) ovum kemudian persatuan antara sel sperma dan ovum ini menjadi segumpal darah (mudgoh), kemudian setelah beberapa waktu segumpal darah ini menjadi segumpal daging (‘alaqah), lalu segumpal daging ini menjadi tulang belulang (idzamun). Akhirnya tulang belulang ini dibungkus dengan daging. Setelah itu Allah menciptakannya menjadi bentuk lain (khalqan akhor) yaitu janin manusia.
Pada umur embrio satu bulan, panjangnya mencapai kurang lebih 5 mm. Pada embrio berumur enam minggu, panjangnya mencapai kurang lebih 12 mm; sudah berbentuk kepala, kaki dan tangan. Pada embrio berumur dua bulan panjangnya 25 mm, pada daerah kepala sudah berbentuk bakal mata, telinga dan hidung. Pada umur embrio tiga bulan, bentuk embrio manusia sudah lengkap. Hal ini dinamakan “fetus” dengan panjang kurang lebih 75 mm. Pada umur embrio lima bulan, panjangnya kurang lebih 250 mm, rambut sudah tumbuh pada tubuh dan bagian kepala. Pada bulan keenam, alis dan bulu mata tumbuh. Pada bulan ketujuh, “fetus” mirip bentuk orang tua dengan kulit merah keriput. Pada bulan kedelapan dan kesembilan, kulit terisi lemak sehingga menghilangkan keriput-keriput. Pada umur sembilan bulan, panjangnya kurang lebih mencapai 50 cm dan bayi siap untuk dilahirkan. Lamanya bayi terkandung dalam rahim ibu mencapai 280 hari (40 minggu) dari permulaan masa haid yang terakhir.
Di dalam HADITS yang diriwayatkan oleh Mas’ud menjelaskan tentang proses terbentuknya manusia sebagai berikut :
عَنْ اَبِى عَبْدِ الرَّ حْمَنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَسْعُوْ دٍ قَلَ : حَدَّ ثَنَا رَ سُوْلُ اللَّهِ وَهُوَ الصَّا دِ قُ الْمَصْدُ وْقُ : اِنَّ يُجْمَعُ جَلْقُهُ فِى بَطْنِ امُّهِ اَربِعِيْنَ يَوْمَا ، ثُمَّ يَكُوْنُ عَلَقَةً مِثْلَ ذَالِكَ , ثُمَّ يَكُوْنُ مُضْغَةً مِثْلُ ذَالِكَ ثُمَّ يُرْ سَلُ اِلَيْهِ الْمَلَكُ فَيُنْغَخُ فِيْهِ الرَّوْحُ و يُؤْمِرُ بِاَرْبَعَ كَلِمَاتٍ : بِكَتْبِ رِزْقِهِ وَاَجَلِهِ وَسَقِئىٌ اَوْسَعِدٌ . اِلَى اَخِرِ الْحَدِيْثِ رَوَاهُ الْبُخَارِ ى وَالْمُسْلِمُ
ARTINYA :
“Dari Abi Adirrahman yaitu Abdullah Bin Mas’ud ia berkata : Rasulullah menceriterakan kepadaku sesungguhnya tiap-tiap kamu kejadiannya dikumpulkan di dalam perut ibunya selama empat puluh hari, kemudian menjadi segumpal darah selama empat puluh hari juga. Setelah itu menjadi segumpal daging selama empat puluh hari. Kemudian diutuslah Malaikat untuk meniupkan ruh kepadanya dan menentukan empat hal yaitu rizkinya, ajalnya, amalnya, susah dan senangnya.”
(H.R. Bukhari dan Muslim).
Hadits ini menjelaskan proses terjadinya manusia dari sejak bertemunya (nutfah) yaitu sel sperma dan sel ovum hingga terbentuknya janin manusia sebagaimana yang diterangkan di dalam Q.S. al-Mu’minuun (23) ayat 13-14 selama kurang lebih 120 hari atau selama 4 bulan agar bayi yang kelak dilahirkannya itu menjadi manusia.
Untuk lebih jelasnya proses terjadinya manusia menurut Q.S. al-Mu’minuun (23) ayat 12-14 dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Asal mula manusia berasal dari sari pati tanah
2. Allah menjadikan sari pati tanah yang telah diserap tumbuh-tumbuhan. Tumbuh-tumbuhan dimakan hewan. Tumbuh-tumbuhan dan hewan tersebut dimakan oleh manusia, lalu menjadi sel sperma pada pria dan sel ovum pada wanita.
3. Pertemuan antara sel perma dan sel ovum yang kemudian tersimpan di dalam rahim ibu setelah melalui beberapa tahap selama 120 hari akhirnya menjadi janin manusia.
4. Ketika janin berumur 4 bulan Allah meniupkan ruh kepadanya dan ditentukan rizki serta umurnya.
5. Janin akan lahir dari rahim ibunya setelah berumur kurang lebih 9 bulan 1
Demikianlah Q.S. al-Mu’minuun (23) ayat 12-14 menyatakan tentang reproduksi manusia serta tahap-tahap terciptanya sebagai manusia, khususnya yang berkaitan dengan tahap pembuahan atau pertemuan sperma dan ovum2.
Perihal sel sperma/mani disebutkan pula dalam :
a. Q.S. al-Qiyamah (75) ayat 36 – 39 sebagai berikut :
اَيَحْسَبُاْلأِ نْسَانُ اَنْ يُّتْرَكَ سُدًى. اَلَمْ يَكُ نُطْفَةً مِّنْ مَّنِيٍّ يُّمْنَىَ. ثُمَّ كَانَ عَلَقَةً فَخَلَقَ فَسَوَّ ى. فَجَعَلَ مِنْهُ ا لزَّ وْ جَيْنِ ا لذَّكَرَ وَ أ لأُنْثَى
Artinya :
“Apakah manusia mengira bahwa ia akan ditinggalkan begitu saja (tanpa pertanggung jawaban)? Bukankah ia dahulu sel nutfah (sperma/mani) yang dituangkan (kedalam rahim), kemudian ia menjadi alaqah (segumpal daging), lalu Allah menciptakannya dan menyempurnakannya ? Lalu Allah menjadikan darinya pria dan wanita”
Dalam Q.S. al-Qiyamah (75) ayat 36 – 39 tersebut di atas secara tegas menyatakan bahwa sel (nutfah) merupakan bagian kecil dari sperma/mani yang dituangkan ke dalam rahim. Hal ini sejalan dengan penemuan ilmiah pada abad XX ini yang menginformasikan bahwa pancaran mani yang menyembur dari alat kelamin pria mengandung sekitar dua ratus juta benih manusia, sedangkan yang berhasil bertemu dengan ovum hanya satu saja.
b. Q.S. an-Najm (53) ayat 45 – 46 :
وَ اَنذَهُ جَلَقَ ا لزَّ وْ جَيْنِ ا لذَّ كَرَ وَ ا ْلأُ نْثَى . مِنْ نُّطْفَةٍ اِذَ ا تُمْنَى
Artinya :
“Dan bahwa sesungguhnya Dialah yang menciptakan berpasang-pasangan, pria dan wanita dari sel (nutfah) apabila dipancarkan”
Di dalam Q.S. an-Najm (53) ayat 45 - 46 ini menginformasikan bahwa dari nutfah yang memancar itu Allah menciptakan ke dua jenis manusia yaitu pria dan wanita.
Penelitian ilmiah membuktikan adanya dua macam kandungan sperma (mani laki-laki) yang dilambangkan dengan huruf “Y” dan kromoson perempuan yang dilambangkan dengan huruf “X”. Sedangkan ovum (milik perempuan) hanya semacam, yaitu yang dilambangkan dengan “X”. Jika yang membuahi ovum adalah sperma yang memiliki kromoson “Y”, maka anak yang dikandung adalah laki-laki. Jika “X” bertemu dengan “X” maka anak yang dikandung adalah perempuan. Jika demikian yang menentukan jenis kelamin adalah sel (nutfah) yang dituangkan sang ayah itu.
Ayat lain yang mengisyaratkan peranan sperma dalam menentukan jenis kelamin anak adalah Q.S. Al-Baqarah (2) ayat 223 :
نِسَآ ؤُ كُمْ حَرْثٌ لَّكُمْ . فَْ تُوْا حَرْ ثَكُمْ اَنَّى شِءْتُمْ
Artinya :
“Isteri-isteri kamu adalah ladang untukmu, maka garaplah ladangmu sebagaimana kamu kehendaki”
Apabila petani menanam tomat diladangnya, maka jangan harapkan yang tumbuh adalah buah selain tomat, karena ladang hanya menerima benih.
Ini berarti yang menentukan jenis tanaman yang berbuah adalah petani bukan ladangnya. Perempuan atau isteri oleh ayat di atas diibaratkan dengan ladang. Jika demikian bukan wanita yang menentukan jenis kelamin anak, tetapi yang menentukan adalah benih yang ditanam ayah ke dalam rahim.
Pada tahun 1883, Van Bender membuktikan bahwa sperma dan ovum memiliki peranan yang sama dalam pembentukan benih yang telah bertemu itu.
Pada tahun 1912, Morgan membuktikan peranan kromoson dalam pembentukan janin.
c. Q.S. al-Waqi’ah (56) ayat 58 – 59 :
ا فَرَءَيْتُمْ مَّا تُمْنُوْ نَ . ءَ اَ نْتُمْ تَخْلُقُوْ نَهُ .اَمْ نَحْنُ اْلخَا لِقُ و ن َ
Artinya :
“Maka terangkanlah kepada-Ku tentang apa yang kamu pancarkan (sperma/mani). Kamukah yang menciptakannya atau Kami ?”
Ayat ini mengisyaratkan bahwa sperma atau mani itu, sesungguhnya Allah Swt yang menciptakan. . Sungguh, Maha Kuasa Allah Swt atas segala sesuatu.
ANALISA Q.S. AL – ‘ALAQ (96) AYAT 2
خلق الإنسان من علق
ARTINYA :
“Allah Swt telah menciptakan manusia dari segumpal darah”
ANALISANYA :
Di dalam Ayat ini Allah Swt menciptakan manusia dari segumpal darah. Segumpal daging itu pada awalnya adalah air mani yang bercampur, kemudian menempel di dinding rahim.
Para pakar embriologi menegaskan bahwa fase-fase pertumbuhan manusia itu adalah setelah terjadi pembuahan, kemudian menjadi segumpal darah, dan kemudian menjadi segumpal daging. Daging itu oleh Allah Swt dijadikan tulang, tulang itu dibungkus daging.
Kemudian Allah Swt meniupkan rukh, sebagaimana Firman Allah Swt dalam Q.S. al-Hijr (15) ayat 29 yang artinya : “Maka apabila Aku telah menyempurnakan kejadian (fisiknya), dan telah meniupkan ke dalamnya Rukh (ciptaan)-Ku, …”. Setelah itu terciptalah manusia dalam bentuk yang sempurna baik secara fisik maupun non fisik. Selain itu juga secara faktual manusia dikaruniai dengan akal pikiran, perasaan, ilmu pengetahuan.
Ayat ini menyiratkan bukti bahwa Allah Swt menciptakan manusia dalam keadaan hidup dan berbicara. Manusia itu awalnya merupakan sesuatu yang tidak ada tanda-tanda kehidupannya, tidak bisa berbicara serta tidak ada bentuknya secara jelas, karena berupa segumpal darah.
Mengenai asal-usul manusia, banyak pakar ilmuwan berbeda pendapat. Namun sebagai umat Islam, kita harus yakin bahwa manusia tercipta dari segumpal darah.
Adapun mengenai Rukh, tidak usah dipertanyakan dan dipersoalkan. Sebab mengenai Rukh ini merupakan rahasia Illahi, dan Rukh inlah yang menjadikan manusia menjadi unik dibandingkan dengan makhluk-makhluk lain.
Sungguh menakjubkan manusia itu. Tubuhnya tersusun atas sejumlah sistem, setiap sistem melakukan fungsi tertentu, dan semua sistem berhubungan dan berkomunikasi satu dengan lain melalui darah dan saraf. Ada sistem rangka, yang menunjang tubuh dan melindungi organ-organ dalam, ada sistem otot, yang dengannya terjadi pergerakan baik disadari maupun tidak, ada sistem saraf yang mengirim sinyal dari dan ke otak. Ada sistem pencernaan, pernafasan, uriner dan masih banyak sistem-sistem lainnya.
Sistem tubuh terbentuk dari organ-organ yang mengandung berbagai macam jaringan. Suatu jaringan merupakan kumpulan sel-sel yang sama, yang melakukan satu fungsi tertentu. Tubuh orang dewasa mengandung lebih dari lima puluh trilun sel. Tiga milyar sel tubuh mati setiap menit, kemudian digantikan dengan yang baru.
Manusia dikaruniai sendi dan otot yang memungkinkan dia bergerak dengan kisaran yang sangat luas. Gerakan manusia sungguh menakjubkan. Sendi peluru pada bahu merupakan sendi yang memungkinkan gerakan lengan ke atas, ke bawah, ke depan, ke belakang, ke kiri dan ke kanan mengelilingi sisi tubuh. Tangan manusia, misalnya, merupakan salah satu keajaiban yang luar biasa. Sulit, bahkan mustahil dapat diciptakan oleh manusia satu alat yang serupa dengan manusia, dari segi kesederhanaan serta kemampuan dan kecepatan beraksi. Apabila kita akan membaca, maka tangan kita mengambil bacaan itu kemudian memantapkan letaknya yang sesuai, agar kita dapat nyaman dalam membaca. Tanganlah yang menyesuaikan secara otomatis. Ketika kita membalik salah satu lembaran buku, maka kita meletakkan jari-jari kita di bawah kertas dengan sangat mudah, kemudian menekannya dengan kekuatan yang memungkinkan untuk dibalik, lalu tekanan itu menghilang dari lembaran tersebut dengan sendirinya. Tangan memegang pena dan menulis, tangan juga menggunakan aneka alat, seperti sendok, pisau, atau alat tulis menulis. Tangan yang membuka dan menutup jendela, tangan juga yang membawa apa yang hendak kita bawa. Manusia dengan tangannya dapat membedakan kehalusan maupun kekasaran suatu permukaan atau barang-barang lainnya. Kedua tangan kita terdiri dari dua puluh tujuh tulang, dan sembilan kelompok otot pada masing-masing dari ke dua tangan itu. Sungguh, luar biasa dan sangat mengagumkan.
Telinga, lain pula keajaibannya. Satu bagian dari telinga manusia (telinga bagian tengah) merupakan rangkaian dari empat ribu lekukan yang sangat halus dan kompleks, yang tersusun dalam satu sistem yang sangat rapi dalam kadar dan bentuknya.Dapat dikatakan bahwa lekukan-lekukan itu mirip dengan instrumen (alat) musik.
Jelas bahwa hal itu telah dipersiapkan Allah Swtsedemikian rupa, sehingga dapat menerima dan mengirim ke otak dengan satu cara, setiap bisikan suara atau dentuman keras, demikian jug setiap geledekan guntur, atau desir daun, disamping keaneka-ragaman yang demikian indah dari nada setiap alat musik dalam satu orkestra yang kesatuannya sangat serasi. [1]
Organ-organ tubuh manusia yang demikian hebat itu, kemungkinan dimiliki pula oleh makhluk lainnya. Akan tetapi manusia memiliki keistimewaan dan kekhususan tersendiri, yaitu rukh, akal, perasaan yang tidak dimiliki oleh maklhuk lainnya. “Sungguh Maha Kuasa Allah lagi Maha Pencipta”!
ANALISA Q.S. AL – INSAAN (76) AYAT 2
انا خلقنا الإنسان من نطفة أمشاج نبتليه فجعلنه سميعا بصيرا
ARTINYA :
“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari setetes mani yang bercampur yang Kami hendak mengujinya (dengan Perintah dan Larangan), karena itu Kami jadikan dia mendengar dan melihat”
ANALISANYA :
Ayat ini memaparkan bahwa asal usul kejadian manusia adalah dari setetes mani yang bercampur yaitu bercampur antara benih lelaki (sperma) dengan benih perempuan (ovum), kemudian menjadi segumpal darah, lalu menjadi segumpal daging atau nuthfah.
Jadi, Nuthfah ini adalah bibit dari mani laki-laki (sperma) dengan bibit dari mani perempuan (oevum). Setelah ke dua mani ini telah bertemu, maka mereka saling melekat, kemudian menjadi segumpal darah dan kemudian menjadi segumpal daging, yang disebut dengan nuthfah tadi.
Nuthfah itu kemudian disimpan secara rapi dan tersembunyi di tempat yang kokoh, yaitu dalam rahim atau kandungan (peranakan) perempuan. Ini, adalah bibit manusia.
Dari bibit laki-laki (sperma) dan bibit perempuan (ovum) itu pula telah terjadi persediaan seorang anak. Seorang anak akan menyerupai bentuk seperti ayahnya atau ibunya, bahkan ada juga yang merupakan perpaduan atau “kombinasi”.
Sejak menjadi nuthfah , dia tinggal di perut ibunya dengan nyaman dan hangat dengan suhu yang teratur. Dia memperoleh makanan dari zat-zat yang telah dimakan oleh ibunya. Setelah sampai bilangan bulannya, yaitu selama sembilan bula sepuluh hari, maka lahirlah dia sebagai anak manusia bergerak dan menangis. Hidup yang senang dalam suhu teratur dalam rahim atau kandungan ibunya, tiba-tiba berubah. Sejak itu mulai dia harus menantang udara[2].
Dia menangis karena dia terkejut. Diapun bergerak, hal ini menandakan bahwa dia hidup dan ingin hidup. Melalui proses dan tahapan, dia harus mulai menyesuaikan dirinya dengan lingkungannya.
Alat pertama hanya menangis dan menangis. Akan tetapi semuanya itu dengan berangsur-angsur akan diatasinya. ……”maka Kami jadikanlah dia mendengar, lagi melihat” (akhir ayat 2).
Manusia akan bisa melalui proses kehidupan di alam raya ini, yaitu dari kecil, ia akan tumbuh semakin hari semakin besar.
Dari anak dalam pangkuan, dia akan tegak, dia akan berlari, dia akan berjuang mengatasi hidup ini. Maka Allah Swt memberikan kepada manusia dua lat yang sangat penting bagi menyambungnya kehidupan pribadinya dengan alam sekelilingnya itu.
Manusia diberi pendengaran dan penglihatan. Maka pendengaran dan penglihatan itu adalah untuk mengontakkan pribadi si manusia dengan alam sekelilingnya tadi. Supaya didengarnya suara, kemudian diperbedakannya mana yang nyaring dan mana yang tidak, mana suara yang dekat dan mana suara yang jauh.
Dengan penglihatan dilihatnya sesuatu yang besar dan sesuatu yang kecil, jauh dan dekat, atas dan bawah, indah dan buruk.
Semakin hari, dia semakin tumbuh dan berkembang.
Setelah tiba masanya untuk dapat membedakan mana yang baik dan mana yang buruk, mana yang seharuskan dilakukan dan mana yang seharusnya ditinggalkan, maka Allah Swt mengujinya dengan “Perintah dan Larangan”.
Bagi yang melanggar “Larangan” Allah Swt, maka dia akan menerima azab yang sangat pedih. Sebaliknya, bagi yang melaksanakan “Perintah” Allah Swt, maka dia akan memperoleh ganjaran yang tiada putus-putusnya dan akan meraih kebahagiaan di dunia dan akherat.
ANALISA Q.S. AL-FURQỠN (25) AYAT 54
وهو الذى خلق من الماء بشرا فجعله نسبا وصهرا وكان ربك قديرا
ARTINYA :
“Dan Dia menciptakan manusia dari air, lalu Dia jadikan manusia itu mempunyai keturunan dan mushaharah (hubungan kekeluargaan yang berasal dari perkawinan seperti menantu, ipar, mertua dan sebagainya), dan adalah Tuhanmu Maha Kuasa”
ANALISANYA :
Melalui Ayat ini Allah Swt memberitahukan kepada manusia bahwa penciptaan manusia itu berasal dari air. “Air” yang dimaksud adalah air yang berupa air mani laki-laki (sperma) dan air mani perempuan (ovum). Air ini merupakan bibit manusia, yang kemudian bercampur, lalu menjadi segumpal darah, dan kemudian menjadi segumpal daging atau “nuthfah”. Dari nuthfah ini, maka melalui tahapan-tahapan, seiring berjalannya waktu kemudian terciptalah sosok manusia yang lengkap dan sempurna.
Kemudian secara berpola terjadilah suatu proses yang kemudian melahirkan keturunan-keturunan dari suatu generasi ke generasi berikutnya. Mereka kemudian berkembang dan pada akhirnya menyebar keseluruh dunia.
Mereka ditautkan satu sama lain melalui perkawinan dan berketurunan. Dengan perkawinan terbentuklah suatu hubungan kekeluargaan. Hubungan kekeluargaan yang terbentuk sebagai hasil dari perkawinan itu, dapat berupa hubungan kekeluargaan melalui hubungan darah atau keturunan maupun hubungan kekerabatan lainnya.
Secara berangsur-angsur manusia-manusia mengalami pertumbuhan. Pertumbuhan awalnya adalah ketiadaan dengan cara kelahiran, dan kemudian akan berakhir dengan ketiadaan pula dengan cara kematian.
Setelah kematin, kemudian mereka akan dibangkitkan pada hari kiamat. Kemudian seluruh makhluk pun dihitung atau dihisab amalnya ketika masih hidup (berada) di dunia. Setiap manusia akan dibalas sesuai dengan amalnya. Apabila amalnya baik, maka dibalas dengan kebaikan dan apabila amalnya buruk, maka akan dibalas dengan keburukan. Sungguh Allah Swt Maha Adil dan Maha Bijaksana.[3]
Dari uraian tentang Ayat-Ayat tersebut di atas, maka penyusun mencoba memberikan kesimpulan sebagai berikut :
1. Bahwa proses terjadinya manusia itu asal mulanya adalah dari saripati tanah
2. Allah Swt menjadikan saripati tanah diserap oleh tumbuh-tumbuhan
3. Allah menjadikan sari pati tanah yang telah diserap tumbuh-tumbuhan itu dimakan oleh hewan.
4. Tumbuh-tumbuhan dan hewan tersebut dimakan oleh manusia
5. Makanan yang dimakan oleh manusia itu, kemudian menjadi air.
6. Air yang dimaksud adalah air yang menjadi bibit atau benih yang disebut dengan sel sperma pada pria dan sel ovum pada wanita.
7. Pertemuan antara sel perma dan sel ovum, kemudian tersimpan di dalam tempat yang tersembunyi dan kokoh, yaitu rahim atau kandungan ibu
8. Setelah melalui beberapa tahap, akhirnya menjadi janin manusia.
9. Janin manusia itu, melalui tahapan-tahapan perkembangan dan masa tertentu sampailah waktunya pada proses kelahiran. Tumbuh, berketurunan dan tersebar ke seluruh dunia. Membentuk keluarga melalui hubungan perkawinan
10. Allah Swt menganugerahkan pula pendengaran, penglihatan, akal dan perasaan
11. Dengan pendengaran, penglihatan, akal dan perasaan, manusia menghadapi tantangan hidup, seiring dengan “Perintah” dan “Larangan” dari Allah Swt
REFERENSI
- Harun, Dudung, Abdullah, “Mengenal Fase-fase Kejadian Kehidupan”, Jakarta : Kalam Mulia, 1993
- Mahmud, Musthafa, “Rahasia dalam Al-Qur’an”, Jakarta : Pustaka Azzam , 1992
- Qardhawi, Yusuf, “Al-Qur’an Akal dan Ilmu Pengetahuan”, : Jakarta : Gema Insani, Jakarta, 1999
- Shihab, Quraish, M, “Mu’jizat Al-Qur’an”, Jakarta : Mizan, 2001
- Shihab, Quraish, M, Dia Dimana-mana ‘Tangan’ Tuhan Dibalik Setiap Fenomena”, Jakarta : Lentera Hati, 2004
1 Harun, Dudung Abdullah, Mengenal fase-fase kejadian kehidupan, (Jakarta: Kalam Mulia, 1993), h.3
2 Shihab, M, Quraish, Mu’jizat Al-Qur’an, (Jakarta: Mizan, 2001), h. 167
[1] Shihab, Quraish, M, “Dia dimana-mana ‘Tangan’ Tuhan Di balik Fenomena”, (Jakarta : Lentera Hati, 2004), h. 111-115
[2] Mahmud, Musthafa, “Rahasia dalam Al-qur’an”, (Jakarta : Pustaka Azzam, 1992), h. 115-140
[3] Shihab, Quraish, M, Dia Dimana-mana ‘Tangan’ Tuhan Di balik Setiap Fenomena”, (Jakarta : Lentera Hati, 2004), h. 3-18
Hakikat-hakikat ilmu pengetahuan di dalam al-Qur’an dipaparkan dengan redaksi yang singkat dan sarat makna yang perlu pemikiran dan perenungan, diantaranya adalah “Ihwal Reproduksi Manusia” .
“Ihwal Repruduksi Manusia” tersebar dibeberapa ayat dalam al-Qur’an, antara lain di dalam Q.S. AL – MU’MINUUN (23) : 12 – 16, Q.S. AL – ‘ALAQ (96) : 2, Q.S. AL – INSAAN (76) : 2, Q.S. AL – FURQAN (25) : 54.
Q.S. AL – MU’MINUUN (23) ayat 12 – 16, Q.S. AL – ‘ALAQ (96) ayat 2, Q.S. AL – INSAAN (76) ayat 2, Q.S. AL – FURQAN (25) ayat 54 akan penyusun analisis pada bab berikut.
ANALISA Q.S. AL – MU’MINUUN (23) AYAT 12 – 16
لَقَدْ خَلَقْنَا اْلأِنْسَانَ مِنْ سُلَ لَةٍ مِّنْ طِيْن ٍ
ثُمَّ جَعَلْنَا هُ نُطْفَةً فِى قُرَارٍ مُّكِيْنٍ
ثُمَّ خَلَقْنَا النَّطْفةً عَلَقَةً فَخَلَقْنَا الْعَلَقَةَ مُضْغَةً فَخَلَقْنَا الْمُضْغَةَ عِظَامًا . فَكَسَوْنَا العِظَامَ لَحْمًا ثُمَّ أَنْسَأْنَا
هُ خَلقًا اْخَرَ. فَتَبَا رَكَاللَّهُ اَهْسَنُ الْخَالِقِِيْنَ
ARTINYA :
“Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu sari pati yang (berasal) dari tanah” (12)
“Kemudian Kami jadikan sari pati itu air mani (sperma) (yang tersimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim)” (13)
“Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging, kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maha Suci Allah Pencipta Yang Paling Baik”(14)
ANALISANYA :
Q.S. al-Mu’minuun (23) ayat 12-14 menerangkan tentang proses terjadinya manusia (embriologi) dari sejak pertemuan antara spermatozoom dengan ovum sampai terbentuknya janin.
Pada Q.S. al-Mu’minuun (23) ayat 12 diterangkan bahwa manusia diciptakan dari sari pati tanah (sulala tin min thin).
Yang dimaksud dengan sari pati tanah adalah zat-zat yang antara lain mengandung molekul-molekul NH4, NH3, H2 dan H2O yang merupakan unsur-unsur penting pembentuk asam amino sebagai zat pembangun protein. Protein adalah zat pembangun protoplasma yang merupakan substansi dasar kehidupan.
Unsur-unsur molekul tersebut kemudian diserap oleh tumbuh-tumbuhan. Tumbuh-tumbuhan ini dimakan oleh hewan dan manusia. Kadang-kadang hewan dimakan oleh manusia. Zat-zat makanan (yang berasal dari tumbuhan dan hewan) yang ada dalam tubuh manusia sebagian menjadi sperma (pada pria) dan ovum (pada wanita).
Pertemuan antara sel sperma dengan sel ovum dalam tabung faloppi mengakibatkan pembuahan dan terjadilah persatuan inti sel sperma dengan inti sel ovum kemudian membentuk zigot (alaqah) yang mengandung separuh sifat ayah dan separuh sifat ibu. Selanjutnya zigot membelah sampai 32 sel yang disebut dengan morula (mudghoh), kemudian morula menyerap cairan yang dikeluarkan oleh tabung faloppi dan segera didalamnya terbentuk rongga blatasoel. Bentuk ini disebut dengan blastosit. Lapisan luar blastosit disebut trafobles ; yang merupakan dinding blastosit yang berfungsi untuk menyerap makanan calon ari-ari (plasenta).
Sedangkan masa didalamnya disebut simpul embrio atau janin (calon manusia).
Dijelaskan dalam Q.S. al-Mu’minuun (23) ayat 13-14, bahwa setelah bertemunya sel (nutfah) antara sel (nutfah) sperma dengan sel (nutfah) ovum kemudian persatuan antara sel sperma dan ovum ini menjadi segumpal darah (mudgoh), kemudian setelah beberapa waktu segumpal darah ini menjadi segumpal daging (‘alaqah), lalu segumpal daging ini menjadi tulang belulang (idzamun). Akhirnya tulang belulang ini dibungkus dengan daging. Setelah itu Allah menciptakannya menjadi bentuk lain (khalqan akhor) yaitu janin manusia.
Pada umur embrio satu bulan, panjangnya mencapai kurang lebih 5 mm. Pada embrio berumur enam minggu, panjangnya mencapai kurang lebih 12 mm; sudah berbentuk kepala, kaki dan tangan. Pada embrio berumur dua bulan panjangnya 25 mm, pada daerah kepala sudah berbentuk bakal mata, telinga dan hidung. Pada umur embrio tiga bulan, bentuk embrio manusia sudah lengkap. Hal ini dinamakan “fetus” dengan panjang kurang lebih 75 mm. Pada umur embrio lima bulan, panjangnya kurang lebih 250 mm, rambut sudah tumbuh pada tubuh dan bagian kepala. Pada bulan keenam, alis dan bulu mata tumbuh. Pada bulan ketujuh, “fetus” mirip bentuk orang tua dengan kulit merah keriput. Pada bulan kedelapan dan kesembilan, kulit terisi lemak sehingga menghilangkan keriput-keriput. Pada umur sembilan bulan, panjangnya kurang lebih mencapai 50 cm dan bayi siap untuk dilahirkan. Lamanya bayi terkandung dalam rahim ibu mencapai 280 hari (40 minggu) dari permulaan masa haid yang terakhir.
Di dalam HADITS yang diriwayatkan oleh Mas’ud menjelaskan tentang proses terbentuknya manusia sebagai berikut :
عَنْ اَبِى عَبْدِ الرَّ حْمَنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَسْعُوْ دٍ قَلَ : حَدَّ ثَنَا رَ سُوْلُ اللَّهِ وَهُوَ الصَّا دِ قُ الْمَصْدُ وْقُ : اِنَّ يُجْمَعُ جَلْقُهُ فِى بَطْنِ امُّهِ اَربِعِيْنَ يَوْمَا ، ثُمَّ يَكُوْنُ عَلَقَةً مِثْلَ ذَالِكَ , ثُمَّ يَكُوْنُ مُضْغَةً مِثْلُ ذَالِكَ ثُمَّ يُرْ سَلُ اِلَيْهِ الْمَلَكُ فَيُنْغَخُ فِيْهِ الرَّوْحُ و يُؤْمِرُ بِاَرْبَعَ كَلِمَاتٍ : بِكَتْبِ رِزْقِهِ وَاَجَلِهِ وَسَقِئىٌ اَوْسَعِدٌ . اِلَى اَخِرِ الْحَدِيْثِ رَوَاهُ الْبُخَارِ ى وَالْمُسْلِمُ
ARTINYA :
“Dari Abi Adirrahman yaitu Abdullah Bin Mas’ud ia berkata : Rasulullah menceriterakan kepadaku sesungguhnya tiap-tiap kamu kejadiannya dikumpulkan di dalam perut ibunya selama empat puluh hari, kemudian menjadi segumpal darah selama empat puluh hari juga. Setelah itu menjadi segumpal daging selama empat puluh hari. Kemudian diutuslah Malaikat untuk meniupkan ruh kepadanya dan menentukan empat hal yaitu rizkinya, ajalnya, amalnya, susah dan senangnya.”
(H.R. Bukhari dan Muslim).
Hadits ini menjelaskan proses terjadinya manusia dari sejak bertemunya (nutfah) yaitu sel sperma dan sel ovum hingga terbentuknya janin manusia sebagaimana yang diterangkan di dalam Q.S. al-Mu’minuun (23) ayat 13-14 selama kurang lebih 120 hari atau selama 4 bulan agar bayi yang kelak dilahirkannya itu menjadi manusia.
Untuk lebih jelasnya proses terjadinya manusia menurut Q.S. al-Mu’minuun (23) ayat 12-14 dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Asal mula manusia berasal dari sari pati tanah
2. Allah menjadikan sari pati tanah yang telah diserap tumbuh-tumbuhan. Tumbuh-tumbuhan dimakan hewan. Tumbuh-tumbuhan dan hewan tersebut dimakan oleh manusia, lalu menjadi sel sperma pada pria dan sel ovum pada wanita.
3. Pertemuan antara sel perma dan sel ovum yang kemudian tersimpan di dalam rahim ibu setelah melalui beberapa tahap selama 120 hari akhirnya menjadi janin manusia.
4. Ketika janin berumur 4 bulan Allah meniupkan ruh kepadanya dan ditentukan rizki serta umurnya.
5. Janin akan lahir dari rahim ibunya setelah berumur kurang lebih 9 bulan 1
Demikianlah Q.S. al-Mu’minuun (23) ayat 12-14 menyatakan tentang reproduksi manusia serta tahap-tahap terciptanya sebagai manusia, khususnya yang berkaitan dengan tahap pembuahan atau pertemuan sperma dan ovum2.
Perihal sel sperma/mani disebutkan pula dalam :
a. Q.S. al-Qiyamah (75) ayat 36 – 39 sebagai berikut :
اَيَحْسَبُاْلأِ نْسَانُ اَنْ يُّتْرَكَ سُدًى. اَلَمْ يَكُ نُطْفَةً مِّنْ مَّنِيٍّ يُّمْنَىَ. ثُمَّ كَانَ عَلَقَةً فَخَلَقَ فَسَوَّ ى. فَجَعَلَ مِنْهُ ا لزَّ وْ جَيْنِ ا لذَّكَرَ وَ أ لأُنْثَى
Artinya :
“Apakah manusia mengira bahwa ia akan ditinggalkan begitu saja (tanpa pertanggung jawaban)? Bukankah ia dahulu sel nutfah (sperma/mani) yang dituangkan (kedalam rahim), kemudian ia menjadi alaqah (segumpal daging), lalu Allah menciptakannya dan menyempurnakannya ? Lalu Allah menjadikan darinya pria dan wanita”
Dalam Q.S. al-Qiyamah (75) ayat 36 – 39 tersebut di atas secara tegas menyatakan bahwa sel (nutfah) merupakan bagian kecil dari sperma/mani yang dituangkan ke dalam rahim. Hal ini sejalan dengan penemuan ilmiah pada abad XX ini yang menginformasikan bahwa pancaran mani yang menyembur dari alat kelamin pria mengandung sekitar dua ratus juta benih manusia, sedangkan yang berhasil bertemu dengan ovum hanya satu saja.
b. Q.S. an-Najm (53) ayat 45 – 46 :
وَ اَنذَهُ جَلَقَ ا لزَّ وْ جَيْنِ ا لذَّ كَرَ وَ ا ْلأُ نْثَى . مِنْ نُّطْفَةٍ اِذَ ا تُمْنَى
Artinya :
“Dan bahwa sesungguhnya Dialah yang menciptakan berpasang-pasangan, pria dan wanita dari sel (nutfah) apabila dipancarkan”
Di dalam Q.S. an-Najm (53) ayat 45 - 46 ini menginformasikan bahwa dari nutfah yang memancar itu Allah menciptakan ke dua jenis manusia yaitu pria dan wanita.
Penelitian ilmiah membuktikan adanya dua macam kandungan sperma (mani laki-laki) yang dilambangkan dengan huruf “Y” dan kromoson perempuan yang dilambangkan dengan huruf “X”. Sedangkan ovum (milik perempuan) hanya semacam, yaitu yang dilambangkan dengan “X”. Jika yang membuahi ovum adalah sperma yang memiliki kromoson “Y”, maka anak yang dikandung adalah laki-laki. Jika “X” bertemu dengan “X” maka anak yang dikandung adalah perempuan. Jika demikian yang menentukan jenis kelamin adalah sel (nutfah) yang dituangkan sang ayah itu.
Ayat lain yang mengisyaratkan peranan sperma dalam menentukan jenis kelamin anak adalah Q.S. Al-Baqarah (2) ayat 223 :
نِسَآ ؤُ كُمْ حَرْثٌ لَّكُمْ . فَْ تُوْا حَرْ ثَكُمْ اَنَّى شِءْتُمْ
Artinya :
“Isteri-isteri kamu adalah ladang untukmu, maka garaplah ladangmu sebagaimana kamu kehendaki”
Apabila petani menanam tomat diladangnya, maka jangan harapkan yang tumbuh adalah buah selain tomat, karena ladang hanya menerima benih.
Ini berarti yang menentukan jenis tanaman yang berbuah adalah petani bukan ladangnya. Perempuan atau isteri oleh ayat di atas diibaratkan dengan ladang. Jika demikian bukan wanita yang menentukan jenis kelamin anak, tetapi yang menentukan adalah benih yang ditanam ayah ke dalam rahim.
Pada tahun 1883, Van Bender membuktikan bahwa sperma dan ovum memiliki peranan yang sama dalam pembentukan benih yang telah bertemu itu.
Pada tahun 1912, Morgan membuktikan peranan kromoson dalam pembentukan janin.
c. Q.S. al-Waqi’ah (56) ayat 58 – 59 :
ا فَرَءَيْتُمْ مَّا تُمْنُوْ نَ . ءَ اَ نْتُمْ تَخْلُقُوْ نَهُ .اَمْ نَحْنُ اْلخَا لِقُ و ن َ
Artinya :
“Maka terangkanlah kepada-Ku tentang apa yang kamu pancarkan (sperma/mani). Kamukah yang menciptakannya atau Kami ?”
Ayat ini mengisyaratkan bahwa sperma atau mani itu, sesungguhnya Allah Swt yang menciptakan. . Sungguh, Maha Kuasa Allah Swt atas segala sesuatu.
ANALISA Q.S. AL – ‘ALAQ (96) AYAT 2
خلق الإنسان من علق
ARTINYA :
“Allah Swt telah menciptakan manusia dari segumpal darah”
ANALISANYA :
Di dalam Ayat ini Allah Swt menciptakan manusia dari segumpal darah. Segumpal daging itu pada awalnya adalah air mani yang bercampur, kemudian menempel di dinding rahim.
Para pakar embriologi menegaskan bahwa fase-fase pertumbuhan manusia itu adalah setelah terjadi pembuahan, kemudian menjadi segumpal darah, dan kemudian menjadi segumpal daging. Daging itu oleh Allah Swt dijadikan tulang, tulang itu dibungkus daging.
Kemudian Allah Swt meniupkan rukh, sebagaimana Firman Allah Swt dalam Q.S. al-Hijr (15) ayat 29 yang artinya : “Maka apabila Aku telah menyempurnakan kejadian (fisiknya), dan telah meniupkan ke dalamnya Rukh (ciptaan)-Ku, …”. Setelah itu terciptalah manusia dalam bentuk yang sempurna baik secara fisik maupun non fisik. Selain itu juga secara faktual manusia dikaruniai dengan akal pikiran, perasaan, ilmu pengetahuan.
Ayat ini menyiratkan bukti bahwa Allah Swt menciptakan manusia dalam keadaan hidup dan berbicara. Manusia itu awalnya merupakan sesuatu yang tidak ada tanda-tanda kehidupannya, tidak bisa berbicara serta tidak ada bentuknya secara jelas, karena berupa segumpal darah.
Mengenai asal-usul manusia, banyak pakar ilmuwan berbeda pendapat. Namun sebagai umat Islam, kita harus yakin bahwa manusia tercipta dari segumpal darah.
Adapun mengenai Rukh, tidak usah dipertanyakan dan dipersoalkan. Sebab mengenai Rukh ini merupakan rahasia Illahi, dan Rukh inlah yang menjadikan manusia menjadi unik dibandingkan dengan makhluk-makhluk lain.
Sungguh menakjubkan manusia itu. Tubuhnya tersusun atas sejumlah sistem, setiap sistem melakukan fungsi tertentu, dan semua sistem berhubungan dan berkomunikasi satu dengan lain melalui darah dan saraf. Ada sistem rangka, yang menunjang tubuh dan melindungi organ-organ dalam, ada sistem otot, yang dengannya terjadi pergerakan baik disadari maupun tidak, ada sistem saraf yang mengirim sinyal dari dan ke otak. Ada sistem pencernaan, pernafasan, uriner dan masih banyak sistem-sistem lainnya.
Sistem tubuh terbentuk dari organ-organ yang mengandung berbagai macam jaringan. Suatu jaringan merupakan kumpulan sel-sel yang sama, yang melakukan satu fungsi tertentu. Tubuh orang dewasa mengandung lebih dari lima puluh trilun sel. Tiga milyar sel tubuh mati setiap menit, kemudian digantikan dengan yang baru.
Manusia dikaruniai sendi dan otot yang memungkinkan dia bergerak dengan kisaran yang sangat luas. Gerakan manusia sungguh menakjubkan. Sendi peluru pada bahu merupakan sendi yang memungkinkan gerakan lengan ke atas, ke bawah, ke depan, ke belakang, ke kiri dan ke kanan mengelilingi sisi tubuh. Tangan manusia, misalnya, merupakan salah satu keajaiban yang luar biasa. Sulit, bahkan mustahil dapat diciptakan oleh manusia satu alat yang serupa dengan manusia, dari segi kesederhanaan serta kemampuan dan kecepatan beraksi. Apabila kita akan membaca, maka tangan kita mengambil bacaan itu kemudian memantapkan letaknya yang sesuai, agar kita dapat nyaman dalam membaca. Tanganlah yang menyesuaikan secara otomatis. Ketika kita membalik salah satu lembaran buku, maka kita meletakkan jari-jari kita di bawah kertas dengan sangat mudah, kemudian menekannya dengan kekuatan yang memungkinkan untuk dibalik, lalu tekanan itu menghilang dari lembaran tersebut dengan sendirinya. Tangan memegang pena dan menulis, tangan juga menggunakan aneka alat, seperti sendok, pisau, atau alat tulis menulis. Tangan yang membuka dan menutup jendela, tangan juga yang membawa apa yang hendak kita bawa. Manusia dengan tangannya dapat membedakan kehalusan maupun kekasaran suatu permukaan atau barang-barang lainnya. Kedua tangan kita terdiri dari dua puluh tujuh tulang, dan sembilan kelompok otot pada masing-masing dari ke dua tangan itu. Sungguh, luar biasa dan sangat mengagumkan.
Telinga, lain pula keajaibannya. Satu bagian dari telinga manusia (telinga bagian tengah) merupakan rangkaian dari empat ribu lekukan yang sangat halus dan kompleks, yang tersusun dalam satu sistem yang sangat rapi dalam kadar dan bentuknya.Dapat dikatakan bahwa lekukan-lekukan itu mirip dengan instrumen (alat) musik.
Jelas bahwa hal itu telah dipersiapkan Allah Swtsedemikian rupa, sehingga dapat menerima dan mengirim ke otak dengan satu cara, setiap bisikan suara atau dentuman keras, demikian jug setiap geledekan guntur, atau desir daun, disamping keaneka-ragaman yang demikian indah dari nada setiap alat musik dalam satu orkestra yang kesatuannya sangat serasi. [1]
Organ-organ tubuh manusia yang demikian hebat itu, kemungkinan dimiliki pula oleh makhluk lainnya. Akan tetapi manusia memiliki keistimewaan dan kekhususan tersendiri, yaitu rukh, akal, perasaan yang tidak dimiliki oleh maklhuk lainnya. “Sungguh Maha Kuasa Allah lagi Maha Pencipta”!
ANALISA Q.S. AL – INSAAN (76) AYAT 2
انا خلقنا الإنسان من نطفة أمشاج نبتليه فجعلنه سميعا بصيرا
ARTINYA :
“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari setetes mani yang bercampur yang Kami hendak mengujinya (dengan Perintah dan Larangan), karena itu Kami jadikan dia mendengar dan melihat”
ANALISANYA :
Ayat ini memaparkan bahwa asal usul kejadian manusia adalah dari setetes mani yang bercampur yaitu bercampur antara benih lelaki (sperma) dengan benih perempuan (ovum), kemudian menjadi segumpal darah, lalu menjadi segumpal daging atau nuthfah.
Jadi, Nuthfah ini adalah bibit dari mani laki-laki (sperma) dengan bibit dari mani perempuan (oevum). Setelah ke dua mani ini telah bertemu, maka mereka saling melekat, kemudian menjadi segumpal darah dan kemudian menjadi segumpal daging, yang disebut dengan nuthfah tadi.
Nuthfah itu kemudian disimpan secara rapi dan tersembunyi di tempat yang kokoh, yaitu dalam rahim atau kandungan (peranakan) perempuan. Ini, adalah bibit manusia.
Dari bibit laki-laki (sperma) dan bibit perempuan (ovum) itu pula telah terjadi persediaan seorang anak. Seorang anak akan menyerupai bentuk seperti ayahnya atau ibunya, bahkan ada juga yang merupakan perpaduan atau “kombinasi”.
Sejak menjadi nuthfah , dia tinggal di perut ibunya dengan nyaman dan hangat dengan suhu yang teratur. Dia memperoleh makanan dari zat-zat yang telah dimakan oleh ibunya. Setelah sampai bilangan bulannya, yaitu selama sembilan bula sepuluh hari, maka lahirlah dia sebagai anak manusia bergerak dan menangis. Hidup yang senang dalam suhu teratur dalam rahim atau kandungan ibunya, tiba-tiba berubah. Sejak itu mulai dia harus menantang udara[2].
Dia menangis karena dia terkejut. Diapun bergerak, hal ini menandakan bahwa dia hidup dan ingin hidup. Melalui proses dan tahapan, dia harus mulai menyesuaikan dirinya dengan lingkungannya.
Alat pertama hanya menangis dan menangis. Akan tetapi semuanya itu dengan berangsur-angsur akan diatasinya. ……”maka Kami jadikanlah dia mendengar, lagi melihat” (akhir ayat 2).
Manusia akan bisa melalui proses kehidupan di alam raya ini, yaitu dari kecil, ia akan tumbuh semakin hari semakin besar.
Dari anak dalam pangkuan, dia akan tegak, dia akan berlari, dia akan berjuang mengatasi hidup ini. Maka Allah Swt memberikan kepada manusia dua lat yang sangat penting bagi menyambungnya kehidupan pribadinya dengan alam sekelilingnya itu.
Manusia diberi pendengaran dan penglihatan. Maka pendengaran dan penglihatan itu adalah untuk mengontakkan pribadi si manusia dengan alam sekelilingnya tadi. Supaya didengarnya suara, kemudian diperbedakannya mana yang nyaring dan mana yang tidak, mana suara yang dekat dan mana suara yang jauh.
Dengan penglihatan dilihatnya sesuatu yang besar dan sesuatu yang kecil, jauh dan dekat, atas dan bawah, indah dan buruk.
Semakin hari, dia semakin tumbuh dan berkembang.
Setelah tiba masanya untuk dapat membedakan mana yang baik dan mana yang buruk, mana yang seharuskan dilakukan dan mana yang seharusnya ditinggalkan, maka Allah Swt mengujinya dengan “Perintah dan Larangan”.
Bagi yang melanggar “Larangan” Allah Swt, maka dia akan menerima azab yang sangat pedih. Sebaliknya, bagi yang melaksanakan “Perintah” Allah Swt, maka dia akan memperoleh ganjaran yang tiada putus-putusnya dan akan meraih kebahagiaan di dunia dan akherat.
ANALISA Q.S. AL-FURQỠN (25) AYAT 54
وهو الذى خلق من الماء بشرا فجعله نسبا وصهرا وكان ربك قديرا
ARTINYA :
“Dan Dia menciptakan manusia dari air, lalu Dia jadikan manusia itu mempunyai keturunan dan mushaharah (hubungan kekeluargaan yang berasal dari perkawinan seperti menantu, ipar, mertua dan sebagainya), dan adalah Tuhanmu Maha Kuasa”
ANALISANYA :
Melalui Ayat ini Allah Swt memberitahukan kepada manusia bahwa penciptaan manusia itu berasal dari air. “Air” yang dimaksud adalah air yang berupa air mani laki-laki (sperma) dan air mani perempuan (ovum). Air ini merupakan bibit manusia, yang kemudian bercampur, lalu menjadi segumpal darah, dan kemudian menjadi segumpal daging atau “nuthfah”. Dari nuthfah ini, maka melalui tahapan-tahapan, seiring berjalannya waktu kemudian terciptalah sosok manusia yang lengkap dan sempurna.
Kemudian secara berpola terjadilah suatu proses yang kemudian melahirkan keturunan-keturunan dari suatu generasi ke generasi berikutnya. Mereka kemudian berkembang dan pada akhirnya menyebar keseluruh dunia.
Mereka ditautkan satu sama lain melalui perkawinan dan berketurunan. Dengan perkawinan terbentuklah suatu hubungan kekeluargaan. Hubungan kekeluargaan yang terbentuk sebagai hasil dari perkawinan itu, dapat berupa hubungan kekeluargaan melalui hubungan darah atau keturunan maupun hubungan kekerabatan lainnya.
Secara berangsur-angsur manusia-manusia mengalami pertumbuhan. Pertumbuhan awalnya adalah ketiadaan dengan cara kelahiran, dan kemudian akan berakhir dengan ketiadaan pula dengan cara kematian.
Setelah kematin, kemudian mereka akan dibangkitkan pada hari kiamat. Kemudian seluruh makhluk pun dihitung atau dihisab amalnya ketika masih hidup (berada) di dunia. Setiap manusia akan dibalas sesuai dengan amalnya. Apabila amalnya baik, maka dibalas dengan kebaikan dan apabila amalnya buruk, maka akan dibalas dengan keburukan. Sungguh Allah Swt Maha Adil dan Maha Bijaksana.[3]
Dari uraian tentang Ayat-Ayat tersebut di atas, maka penyusun mencoba memberikan kesimpulan sebagai berikut :
1. Bahwa proses terjadinya manusia itu asal mulanya adalah dari saripati tanah
2. Allah Swt menjadikan saripati tanah diserap oleh tumbuh-tumbuhan
3. Allah menjadikan sari pati tanah yang telah diserap tumbuh-tumbuhan itu dimakan oleh hewan.
4. Tumbuh-tumbuhan dan hewan tersebut dimakan oleh manusia
5. Makanan yang dimakan oleh manusia itu, kemudian menjadi air.
6. Air yang dimaksud adalah air yang menjadi bibit atau benih yang disebut dengan sel sperma pada pria dan sel ovum pada wanita.
7. Pertemuan antara sel perma dan sel ovum, kemudian tersimpan di dalam tempat yang tersembunyi dan kokoh, yaitu rahim atau kandungan ibu
8. Setelah melalui beberapa tahap, akhirnya menjadi janin manusia.
9. Janin manusia itu, melalui tahapan-tahapan perkembangan dan masa tertentu sampailah waktunya pada proses kelahiran. Tumbuh, berketurunan dan tersebar ke seluruh dunia. Membentuk keluarga melalui hubungan perkawinan
10. Allah Swt menganugerahkan pula pendengaran, penglihatan, akal dan perasaan
11. Dengan pendengaran, penglihatan, akal dan perasaan, manusia menghadapi tantangan hidup, seiring dengan “Perintah” dan “Larangan” dari Allah Swt
REFERENSI
- Harun, Dudung, Abdullah, “Mengenal Fase-fase Kejadian Kehidupan”, Jakarta : Kalam Mulia, 1993
- Mahmud, Musthafa, “Rahasia dalam Al-Qur’an”, Jakarta : Pustaka Azzam , 1992
- Qardhawi, Yusuf, “Al-Qur’an Akal dan Ilmu Pengetahuan”, : Jakarta : Gema Insani, Jakarta, 1999
- Shihab, Quraish, M, “Mu’jizat Al-Qur’an”, Jakarta : Mizan, 2001
- Shihab, Quraish, M, Dia Dimana-mana ‘Tangan’ Tuhan Dibalik Setiap Fenomena”, Jakarta : Lentera Hati, 2004
1 Harun, Dudung Abdullah, Mengenal fase-fase kejadian kehidupan, (Jakarta: Kalam Mulia, 1993), h.3
2 Shihab, M, Quraish, Mu’jizat Al-Qur’an, (Jakarta: Mizan, 2001), h. 167
[1] Shihab, Quraish, M, “Dia dimana-mana ‘Tangan’ Tuhan Di balik Fenomena”, (Jakarta : Lentera Hati, 2004), h. 111-115
[2] Mahmud, Musthafa, “Rahasia dalam Al-qur’an”, (Jakarta : Pustaka Azzam, 1992), h. 115-140
[3] Shihab, Quraish, M, Dia Dimana-mana ‘Tangan’ Tuhan Di balik Setiap Fenomena”, (Jakarta : Lentera Hati, 2004), h. 3-18
Q.S. aL-INSAAN
انا خلقنا الإنسان من نطفة أمشاج نبتليه فجعلنه سميعا بصيرا
ARTINYA :
“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari setetes mani yang bercampur yang Kami hendak mengujinya(dengan Perintah dan Larangan), karena itu Kami jadikan dia mendengar dan melihat”
ANALISANYA :
Manusia yang tadinya tidak terkenal, yang tidak jadi sebutan di alam raya telah menjadi makhluk yang hidup. Asal usul kejadiannya adalah dari setetes mani yang bercampur yaitu bercampur antara benih lelaki dengan benih perempuan atau nuthfah.
Jadi, Nuthfah ini adalah bibit halus dari mani laki-laki dengan bibit halus dari mani perempuan. Apabila ke dua mani ini telah bertemu, maka mereka saling melekat, yaitu antara bibit dari laki-laki pada bibit dari perempuan.
Kemudian, apabila mereka telah melekat, mereka tidak berpisah lagi. Mereka telah dikumpulkan, dicampurkan menjadi satu yaitu yang disebut nuthfah tadi. Nuthfah itu kemudian dieramkan atau disimpan secara rapi di dalam rahim (peranakan) perempuan. Ini, adalah bibit manusia.
Kemudian pada waktu tertentu yaitu selama sembilan bulan sepuluh hari, maka melalui proses yang luar biasa lahirlah anak manusia. Bibit manusia ini apabila dicampurkan dengan bibit yang bukan pasangannya, yaitu bibit manusia juga maka tidak akan menjadi manusia. Misalnya dengan bibit Macan, Kera, akan tetapi sudah ada ketentuannya. Jadi mani dari seekor Kera Betina tidaklah akan dicampurkan (dipersatukan) atau dinuthfahkan dengan mani dari seeorang laki-laki, demikian sebaliknya. Di dalam bibit dari mani laki-laki dan bibit mani perempuan itu pula telah terjadi persediaan seorang anak akan menurut bentuk ayahnya atau ibunya, malahan ada juga “kombinasi” warna kulit ayah dengan warna kulit ibu. Sejak menjadi nuthfah , setelah sampai bilangan bulannya, maka lahirlah dia sebagai anak manusia bergerak dan menangis. Hidup yang senang dalam suhu teratur dalam rahim atau kandungan ibunya, tiba-tiba berubah. Mulai dia menantang udara !. Dia menangis karena dia terkejut dan dia bergerak menandakan ingin hidup.
Sejak saat itu dia (manusia) tidak lepas dari ujian, dia kan merasakan lapar, dia akan merasakan haus, dia akan merasakan panas, dia akan merasakan dingin, dia akan buang air besar dan buang air kecil. Kuatkah dia menantang hidup ?, Dapatkah dia menyesuaikan diri dengan alam sekelilingnya ? , demikian ujian berangsur-angsur akan meningkat di dalam kehidupan manusia. Alat pertama hanya menangis dan menangis. Akan tetapi semuanya itu dengan berangsur-angsur akan diatasinya. ……”maka Kami jadikanlah dia mendengar, lagi melihat” (akhir ayat 2).
Manusia akan bisa melalui proses kehidupan di alam raya ini, yaitu dari kecil, ia akan tumbuh semakin hari semakin besar. Dari anak dalam pangkuan, dia akan tegak, dia akan berlari, dia akan berjuang mengatasi hidup ini. Maka Allah Swt memberikan kepada manusia dua lat yang sangat penting bagi menyambungnya kehidupan pribadinya dengan alam sekelilingnya itu.
Manusia diberi pendengaran dan penglihatan. Maka pendengaran dan penglihatan itu adalah untuk mengontakkan pribadi si manusia dengan alam sekelilingnya tadi. Supaya didengarnya suara, kemudian diperbedakannya mana yang nyaring dan mana yang tidak, mana suara yang dekat dan mana suara yang jauh.
Dengan penglihatan dilihatnya sesuatu yang besar dan sesuatu yang kecil, jauh dan dekat, atas dan bawah, indah dan buruk. Kian sehari kian berkembanglah bakatnya sebagai insan (manusia) dengan diperlengkapi oleh Allah Swt akal (pikiran), perasaan dan kehendak.
والله أخرجكم من بطون أمهاتكم لا تعلمون شيئا وجعل لكم السمع والأبصار والأفئدة لعلكم تشكرون
ARTINYA :
“Allah Swt mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu apapun. Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan, dan hati, agar kamu bersyukur”
ANALISANYA :
Allah Swt memberitahukan kepada manusia bahwa mereka dikeluarkan dari perut ibunya dalam kondisi tidak mengetahui apa-apa. Ini adalah suatu keajaiban yang sangat dekat di dalam kehidupan kita sehari-hari.
Kemudian Allah Swt melengkapinya dengan pendengaran, penglihatan dan hati, agar manusia dapat mengarungi samudera kehidupan ini. .
Allah Swt memberi pendengaran, penglihatan, dan hati itu dalam rangka, agar manusia dapat menjalani kehidupannya di alam raya ini dengan diirngi rasa syukurnya kepada Allah Swt.
ثم جعلنكم خلائف فى الارض من بعضهم لننظر كيف تعلمون
ARTINYA :
“Kemudian Kami jadikan kamu pengganti-pengganti (mereka) di muka bumi sesudah mereka, supaya Kami memperhatikan bagaimana kamu berbuat”
ANALISANYA :
Ayat ini merupakan ayat sambungan yang menceriterakan tentang kemusyrikan kaum sebelumnya. Kaum musyrikin itu berbuat kezholiman terhadap para Nabi dan Rasul. Oleh karena itu kemudian Allah Swt ber-Firman bahwa Allah Swt akan menjadikan kaum musyrikin itu sebagai pengganti-pengganti (mereka) di muka bumi sesudah mereka, untuk melihat perbuatan mereka.
وهو الذى خلق من الماء بشرا فجعله نسبا وصهرا وكان ربك قديرا
ARTINYA :
“Dan Dia menciptakan manusia dari air, lalu Dia jadikan manusia itu mempunyai keturunan dan mushaharah (hubungan kekeluargaan yang berasal dari perkawinan seperti menantu, ipar, mertua dan sebagainya), dan adalah Tuhanmu Maha Kuasa”
ANALISANYA :
Allah Swt memberitahukan bahwa penciptaan manusia dari air, maksudnya adalah dari air mani laki-laki dan perempuan yang kemudian menjadi nuthfah. Dengan kelembutan dan Kekuasaan Allah Swt dalam menciptakan manusia dari air mani dari satu kondisi ke kondisi berikutnya dan dari satu bentuk ke bentuk berikutnya, kemudian terciptalah sosok manusia yang lengkap dan sempurna.
Kemudian secara berpola terjadilah proses yang kemudian melahirkan keturunan-keturunan dari suatu generasi ke generasi berikutnya serta berkembang dan menyebar keseluruh dunia. Mereka ditautkan satu sama lain melalui perkawinan dan berketurunan, sehingga tercipta hubungan kekeluargaan dari hasil perkawinan itu melalui hubungan darah maupun hubungan kekerabatan lain.
Manusia-manusia itu sesungguhnya mengalami pertumbuhan pertama dari ketiadaan dan akan berakhir dengan kematian. Kemudian mereka akan dibangkitkan pada hari kiamat. Kemudian seluruh makhluk pun dihisab dan setiap manusia dibalas sesuai dengan amalnya.
Apabila amalnya baik, maka dibalas dengan kebaikan dan apabila amalnya buruk, maka akan dibalas dengan keburukan. Sungguh Allah Swt Maha Adil dan Maha Bijaksana.
ARTINYA :
“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari setetes mani yang bercampur yang Kami hendak mengujinya(dengan Perintah dan Larangan), karena itu Kami jadikan dia mendengar dan melihat”
ANALISANYA :
Manusia yang tadinya tidak terkenal, yang tidak jadi sebutan di alam raya telah menjadi makhluk yang hidup. Asal usul kejadiannya adalah dari setetes mani yang bercampur yaitu bercampur antara benih lelaki dengan benih perempuan atau nuthfah.
Jadi, Nuthfah ini adalah bibit halus dari mani laki-laki dengan bibit halus dari mani perempuan. Apabila ke dua mani ini telah bertemu, maka mereka saling melekat, yaitu antara bibit dari laki-laki pada bibit dari perempuan.
Kemudian, apabila mereka telah melekat, mereka tidak berpisah lagi. Mereka telah dikumpulkan, dicampurkan menjadi satu yaitu yang disebut nuthfah tadi. Nuthfah itu kemudian dieramkan atau disimpan secara rapi di dalam rahim (peranakan) perempuan. Ini, adalah bibit manusia.
Kemudian pada waktu tertentu yaitu selama sembilan bulan sepuluh hari, maka melalui proses yang luar biasa lahirlah anak manusia. Bibit manusia ini apabila dicampurkan dengan bibit yang bukan pasangannya, yaitu bibit manusia juga maka tidak akan menjadi manusia. Misalnya dengan bibit Macan, Kera, akan tetapi sudah ada ketentuannya. Jadi mani dari seekor Kera Betina tidaklah akan dicampurkan (dipersatukan) atau dinuthfahkan dengan mani dari seeorang laki-laki, demikian sebaliknya. Di dalam bibit dari mani laki-laki dan bibit mani perempuan itu pula telah terjadi persediaan seorang anak akan menurut bentuk ayahnya atau ibunya, malahan ada juga “kombinasi” warna kulit ayah dengan warna kulit ibu. Sejak menjadi nuthfah , setelah sampai bilangan bulannya, maka lahirlah dia sebagai anak manusia bergerak dan menangis. Hidup yang senang dalam suhu teratur dalam rahim atau kandungan ibunya, tiba-tiba berubah. Mulai dia menantang udara !. Dia menangis karena dia terkejut dan dia bergerak menandakan ingin hidup.
Sejak saat itu dia (manusia) tidak lepas dari ujian, dia kan merasakan lapar, dia akan merasakan haus, dia akan merasakan panas, dia akan merasakan dingin, dia akan buang air besar dan buang air kecil. Kuatkah dia menantang hidup ?, Dapatkah dia menyesuaikan diri dengan alam sekelilingnya ? , demikian ujian berangsur-angsur akan meningkat di dalam kehidupan manusia. Alat pertama hanya menangis dan menangis. Akan tetapi semuanya itu dengan berangsur-angsur akan diatasinya. ……”maka Kami jadikanlah dia mendengar, lagi melihat” (akhir ayat 2).
Manusia akan bisa melalui proses kehidupan di alam raya ini, yaitu dari kecil, ia akan tumbuh semakin hari semakin besar. Dari anak dalam pangkuan, dia akan tegak, dia akan berlari, dia akan berjuang mengatasi hidup ini. Maka Allah Swt memberikan kepada manusia dua lat yang sangat penting bagi menyambungnya kehidupan pribadinya dengan alam sekelilingnya itu.
Manusia diberi pendengaran dan penglihatan. Maka pendengaran dan penglihatan itu adalah untuk mengontakkan pribadi si manusia dengan alam sekelilingnya tadi. Supaya didengarnya suara, kemudian diperbedakannya mana yang nyaring dan mana yang tidak, mana suara yang dekat dan mana suara yang jauh.
Dengan penglihatan dilihatnya sesuatu yang besar dan sesuatu yang kecil, jauh dan dekat, atas dan bawah, indah dan buruk. Kian sehari kian berkembanglah bakatnya sebagai insan (manusia) dengan diperlengkapi oleh Allah Swt akal (pikiran), perasaan dan kehendak.
والله أخرجكم من بطون أمهاتكم لا تعلمون شيئا وجعل لكم السمع والأبصار والأفئدة لعلكم تشكرون
ARTINYA :
“Allah Swt mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu apapun. Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan, dan hati, agar kamu bersyukur”
ANALISANYA :
Allah Swt memberitahukan kepada manusia bahwa mereka dikeluarkan dari perut ibunya dalam kondisi tidak mengetahui apa-apa. Ini adalah suatu keajaiban yang sangat dekat di dalam kehidupan kita sehari-hari.
Kemudian Allah Swt melengkapinya dengan pendengaran, penglihatan dan hati, agar manusia dapat mengarungi samudera kehidupan ini. .
Allah Swt memberi pendengaran, penglihatan, dan hati itu dalam rangka, agar manusia dapat menjalani kehidupannya di alam raya ini dengan diirngi rasa syukurnya kepada Allah Swt.
ثم جعلنكم خلائف فى الارض من بعضهم لننظر كيف تعلمون
ARTINYA :
“Kemudian Kami jadikan kamu pengganti-pengganti (mereka) di muka bumi sesudah mereka, supaya Kami memperhatikan bagaimana kamu berbuat”
ANALISANYA :
Ayat ini merupakan ayat sambungan yang menceriterakan tentang kemusyrikan kaum sebelumnya. Kaum musyrikin itu berbuat kezholiman terhadap para Nabi dan Rasul. Oleh karena itu kemudian Allah Swt ber-Firman bahwa Allah Swt akan menjadikan kaum musyrikin itu sebagai pengganti-pengganti (mereka) di muka bumi sesudah mereka, untuk melihat perbuatan mereka.
وهو الذى خلق من الماء بشرا فجعله نسبا وصهرا وكان ربك قديرا
ARTINYA :
“Dan Dia menciptakan manusia dari air, lalu Dia jadikan manusia itu mempunyai keturunan dan mushaharah (hubungan kekeluargaan yang berasal dari perkawinan seperti menantu, ipar, mertua dan sebagainya), dan adalah Tuhanmu Maha Kuasa”
ANALISANYA :
Allah Swt memberitahukan bahwa penciptaan manusia dari air, maksudnya adalah dari air mani laki-laki dan perempuan yang kemudian menjadi nuthfah. Dengan kelembutan dan Kekuasaan Allah Swt dalam menciptakan manusia dari air mani dari satu kondisi ke kondisi berikutnya dan dari satu bentuk ke bentuk berikutnya, kemudian terciptalah sosok manusia yang lengkap dan sempurna.
Kemudian secara berpola terjadilah proses yang kemudian melahirkan keturunan-keturunan dari suatu generasi ke generasi berikutnya serta berkembang dan menyebar keseluruh dunia. Mereka ditautkan satu sama lain melalui perkawinan dan berketurunan, sehingga tercipta hubungan kekeluargaan dari hasil perkawinan itu melalui hubungan darah maupun hubungan kekerabatan lain.
Manusia-manusia itu sesungguhnya mengalami pertumbuhan pertama dari ketiadaan dan akan berakhir dengan kematian. Kemudian mereka akan dibangkitkan pada hari kiamat. Kemudian seluruh makhluk pun dihisab dan setiap manusia dibalas sesuai dengan amalnya.
Apabila amalnya baik, maka dibalas dengan kebaikan dan apabila amalnya buruk, maka akan dibalas dengan keburukan. Sungguh Allah Swt Maha Adil dan Maha Bijaksana.
Q.S. JIN
QS. JIN :
1. Qul uhiya ilayya annahustama’a nafrun minal jinni.
faqalu inna sami’na qur’anan ‘ajaba(n)
2. Yahdi ilar rusydi fa’amanna bih(i),
walan nusyrika birabbina ahada(n)
3. Wa annahu kana yaqulu safihuna ‘alalllahi syatata(n)
4. Wa anna zananna an lan taqulal insu waljinnu ‘alallahi
kaziba(n)
5. Wa annahu kana rijalun minal insi
ya’uzuna birijalin minal jinni fazaduhum rahaqa(n)
6. Wa annahum zannu kama zanantum
an lan yab’asallahu ahada(n)
7. Wa annalamasnas sama’a fawajdnaha
muli’at harasan syadidan wasyuhuba(n)
8. Wa anna kunna na’udu minha maqa’ida lissam’i,
faman yasami’il ‘ana yajid lahu syihaban rasada(n)
9. Wa anna la nadir asyarrun urida biman fil ardi
am arada bihim rabbuhum rasyada(n)
10.Wa anna minas salihuna waminna duna salik(a),
kunna tara’iqa qidada(n)
11.Wa anna minnas sarhuna
wa minna duna zalik(a)
kunna tara’iqa qidada(n)
12.Wa anna zananna
an lan nu’jizallaha fil ardi
walan nujizahu haraba(n)
13.Wa anna lamma sami’nal huda amanna bih(i),
faman yu/min birrabihi
fala yakhafu bakhsan wala rahaqa(n)
14.Wa anna minnal muslimuna
waminal qasitun(a),
faman aslama faulaika
taharrau rasyada(n)
15.Wa ammal qasituna
fakanu lijahanama hataba(n)
16.Wa an lawistaqamu
alattariqati la’asqainahum
ma’an gadaqa(n)
17.Linaftinahum fih(i)
waman yu’ri an zikri rabbihi
yasluk hu’azaban sa’ada(n)
18.Wa annal masajida lillahi
fala tad’u ma’allahi ahada(n)
19.Wa annahu lamma qama ‘abdullahi
Yad’uhu kadu yakuuna ‘alaihi libada(n)
20.Qul innama ad’u rabbi
wala usyriku bihi ahada(n)
21.Qul inni la’amliku lakum darran
wala rasyada(n)
22.Qul inni lan yujirani minallahi ahadun
walan ajida mindunihi multahda(n)
23.Ila balagan minallahi warisalatih(i),
waman ya’sillaha warasulahu
fa ‘inna lahu nara jahannama
khalidina fiha abada(n)
24.Hatta iza ma yu’aduna
fasaya’ lamuna man ad’afu nasiran
wa aqallu ‘abada(n)
25.Qul in adri aqaribun ma’tu adunna
am yaj’alu lahu rabbi amada(n)
26.’Alimul gaibi fala yuzhiru
‘ala gaibihi ahada(n)
27.Illa manirtada min rasulin
fa’ innahu yasluku min baini yadaihi
wamin khalfihi rasada(n)
28.Liya’ lama an qad’ ablagu risalati rabbihim
wa ahata bima ladaihim
wa ahsa kulla sya’in adada(n).
Alhamdulillahirrabbil ‘alamin
1. Qul uhiya ilayya annahustama’a nafrun minal jinni.
faqalu inna sami’na qur’anan ‘ajaba(n)
2. Yahdi ilar rusydi fa’amanna bih(i),
walan nusyrika birabbina ahada(n)
3. Wa annahu kana yaqulu safihuna ‘alalllahi syatata(n)
4. Wa anna zananna an lan taqulal insu waljinnu ‘alallahi
kaziba(n)
5. Wa annahu kana rijalun minal insi
ya’uzuna birijalin minal jinni fazaduhum rahaqa(n)
6. Wa annahum zannu kama zanantum
an lan yab’asallahu ahada(n)
7. Wa annalamasnas sama’a fawajdnaha
muli’at harasan syadidan wasyuhuba(n)
8. Wa anna kunna na’udu minha maqa’ida lissam’i,
faman yasami’il ‘ana yajid lahu syihaban rasada(n)
9. Wa anna la nadir asyarrun urida biman fil ardi
am arada bihim rabbuhum rasyada(n)
10.Wa anna minas salihuna waminna duna salik(a),
kunna tara’iqa qidada(n)
11.Wa anna minnas sarhuna
wa minna duna zalik(a)
kunna tara’iqa qidada(n)
12.Wa anna zananna
an lan nu’jizallaha fil ardi
walan nujizahu haraba(n)
13.Wa anna lamma sami’nal huda amanna bih(i),
faman yu/min birrabihi
fala yakhafu bakhsan wala rahaqa(n)
14.Wa anna minnal muslimuna
waminal qasitun(a),
faman aslama faulaika
taharrau rasyada(n)
15.Wa ammal qasituna
fakanu lijahanama hataba(n)
16.Wa an lawistaqamu
alattariqati la’asqainahum
ma’an gadaqa(n)
17.Linaftinahum fih(i)
waman yu’ri an zikri rabbihi
yasluk hu’azaban sa’ada(n)
18.Wa annal masajida lillahi
fala tad’u ma’allahi ahada(n)
19.Wa annahu lamma qama ‘abdullahi
Yad’uhu kadu yakuuna ‘alaihi libada(n)
20.Qul innama ad’u rabbi
wala usyriku bihi ahada(n)
21.Qul inni la’amliku lakum darran
wala rasyada(n)
22.Qul inni lan yujirani minallahi ahadun
walan ajida mindunihi multahda(n)
23.Ila balagan minallahi warisalatih(i),
waman ya’sillaha warasulahu
fa ‘inna lahu nara jahannama
khalidina fiha abada(n)
24.Hatta iza ma yu’aduna
fasaya’ lamuna man ad’afu nasiran
wa aqallu ‘abada(n)
25.Qul in adri aqaribun ma’tu adunna
am yaj’alu lahu rabbi amada(n)
26.’Alimul gaibi fala yuzhiru
‘ala gaibihi ahada(n)
27.Illa manirtada min rasulin
fa’ innahu yasluku min baini yadaihi
wamin khalfihi rasada(n)
28.Liya’ lama an qad’ ablagu risalati rabbihim
wa ahata bima ladaihim
wa ahsa kulla sya’in adada(n).
Alhamdulillahirrabbil ‘alamin
POSISI MANUSIA DIHADAPAN ALLAH SWT
Manusia adalah makhluk yang lain daripada yang lain.
Kalau kita hanya sekedar memandang sistem pernafasan, peredaran darah, serta bagaimana dia makan dan mengolah makanan dan kemudia memandang bagaimana manusia membuang sisanya, maka dapat dikatakan bahwa manusia itu adalah sejenis hewan atau binatang.[1]
Namun demikian, apabila kita memandang manusia dengan nilai hakiki yang merupakan keistimewaan manusia dari hewan-hewan lain, yaitu memiliki bentuk yang sebaik-baiknya yaitu bentuk lahir dan bentuk batin, bentuk tubuh dan bentuk rukhani.
Bentuk tubuh manusia melebihi keindahan bentuk tubuh hewan atau binatang. Sedangkan ukuran manusia itu diciptakan Allah dalam proporsi yang harmonis dan seimbang dengan wajah yang mengandung kegembiraan.
Hal ini tergambar di dalam Q.S. at-Tiin (95) : 4 :
“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya”).[2]
Tidak hanya terbaik dalam bentuk saja, manusia dilengkapi pula dengan kemuliaan dan keistimewaan lainnya. Kemuliaan dan keistimewaan manusia yang dimaksud adalah karena akal manusia diperlengkapi oleh Allah dengan daya khayal dan daya pikir untuk memikirkan zamannya yang lampau, yang sekarang dan akan datang. Serta diperlengkapi dengan perasaan dan kehendak.
Manusia merupakan makhluk yang mulia apabila dibandingkan dengan hewan atau binatang, sebab makan dengan jarinya, tidak dengan mulutnya yang langsung dijulurkan ke tanah. Manusia istimewa karena pandai membedakan sesuatu. Manusia istimewa karena berdirinya tegak lurus, tidak memanjang seperti kerbau atau menjalar seperti ular. Manusia istimewa karena memiliki wajah yang cantik dan ganteng. Manusia istimewa karena suka tersenyum, berbeda dengan hewan-hewan atau binatang-binatang yang tidak pernah bisa tersenyum, seperti : kera, anjing, kucing, tikus, dan sebagainya.[3]
Kemuliaan ini oleh Allah difirmankan dalam :
Q.S. al-Isra’ (17) : 70 :
“Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam” .[4]
Tidak sedikit ayat-ayat al-Qur’an membicarakan tentang manusia.
Al-Qur’an menjelaskan bahwa manusia terdiri dari dua unsur pokok. Dua unsure pokok yang dimaksud adalah : gumpalan tanah dan hembusan rukh, sebagaimana difirmankan Allah dalam :
Q.S. as-Shad (38) : 71-72 :
Ø “Ketika Tuhanmu berkata kepada Malaikat : “Aku hendak menciptakan manusia dari tanah liat (71)
Ø “Ketika telah Kubentuk ia. Dan Kutiupkan rukhKu dalam dirinya, Hendaklah kamu tunduk bersujud kepada-Nya (72)“.[5]
Q.S. al-Baqarah (2) : 30 :
“Dan tatkala Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat :
“Aku hendak jadikan khalifah di muka bumi; Mereka bertanya : “Apakah Kau tempat orang yang merusak di sana. Dan menumpahkan darah, sedangkan kami bertasbih memuji Engkau. Dan menguduskan nama-Mu?” (Tuhan menjawab dan) berfirman “Sungguh Aku tahu apa yang tiada kamu tahu”. [6]
Dalam ayat tersebut dijelaskan bahwa sebelum Allah menciptakan manusia, Allah telah menyampaikan rencana penciptaannya ini kepada Malaikat, yaitu agar manusia menjadi khalifah di bumi.
Dari sini jelas bahwa posisi manusia dihadapan Allah adalah sebagai ciptaan Allah, dan ini artinya bahwa manusia itu adalah hamba Allah.[7]
[1] Mahmud, Musthafa, Rahasia dalam al-Qur’an, (Pustaka Azzam : Jakarta, 2000), 118.
[2] Quthb, Sayyid, Tafsir Fi Zhilalil Qur’an (Di bawah naungan Qur’an), Jilid 24, (Gema Insani : Jakarta, 2002), 172-174.
[3] Mahmud, Musthafa, op.cit, 120 -122.
[4] Jassin, H, B, Bacaan Mulia, (Djambatan : Jakarta, 1977), 390.
[5] Jassin, H, B, Ibid, 637.
[6] Jassin, H, B, Ibid, 6
[7] Jassin, H, B, Ibid, 6.
Sebagai hamba Allah, dia diwajibkan melaksanakan tugas kekhalifahan yaitu membangun dan mengolah bumi sesuai dengan petunjuk dan kehendak Allah.
Oleh karena itu ditetapkannyalah tujuan hidup manusia, yaitu mengabdi kepada Allah sebagaimana difirmankan Allah dalam Q.S. adz-Dzariat (51) : 56 :
“Dan Aku telah menciptakan Jin dan Manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku”).[1]
Untuk mensukseskan tugas-tugasnya selaku khalifah Allah di dunia, Allah melengkapi manusia dengan potensi-potensi tertentu, antara lain :
Kemampuan untuk mengetahui sifat-sifat, fungsi dan kegunaan segala macam benda. Hal ini tergambar dalam firman Allah :
Q.S. al-Baqarah (2) : 31 :
“Dia telah mengajarkan kepada Adam nama (benda-benda) seluruhnya”.
Ditundukkannya bumi, langit dan segala isinya : bintang-bintang, planet-planet dan lain sebagainya oleh Allah kepada manusia sebagaimana difirmankan Allah dalam Q.S. al-Jatsiah (45) : 12-13 :
“Allah, Dialah yang menundukkan laut bagimu, supaya berlayar di atasnya, kapal-kapal atas perintah-Nya, supaya kamu cari karunia-Nya. Dan supaya kamu bersyukur hendak-Nya (12)”.
“Dan Dia telah tundukkan bagimu. Apa yang di langit dan apa yang di bumi. Semuanya (sebagai karunia) daripada-Nya. Sungguh, itu adalah tanda-tanda bagi orang yang menggunkan pikiran (13)” .[2]
Perlu digaris bawahi di sini bahwa penaklukan tersebut dilakukan oleh Allah, bukan oleh manusia. Kedudukan manusia dengan benda-benda tersebut dari segi penundukan dan kehambaan kepada Allah adalah sama dan setingkat, yaitu memang merupakan hamba Allah.
Allah menganugerahkan kepada manusia akal pikiran serta panca indera sebagaimana difirmankan dalam Q.S. al-Mulk (67) : 23 :
“Katakanlah Dialah yang menciptakan kamu. Dan menjadikan pendengaran bagimu. Penglihatan dan hati sanubari. (Tetapi) sedikit saja kamu bersyukur” [3] .
Allah juga menganugerahkan kekuatan positif untuk mengubah corak kehidupan dunia ini sebagaimana difirmankan dalam :
Q.S. ar-Ra’ad (13) : 11 :
“Dan guntur tasbih memuji (Allah). Demikian pula para Malaikat. Penuh ketakutan pada-Nya. Dan Dia lontarkan halilintar, menimpa siapa yang Dia tuju. Sementara mereka bertengkar mengenai Allah. Tetapi (Allah) hebat kekuasaan-Nya”. [4]
Potensi-potensi inilah yang mempunyai peran penting dalam pelaksanaan tugas kekhalifahan manusia sebagai hamba Allah. Sebagai hamba Allah, manusia wajib beriman kepada Allah.
Apabila dia telah beriman kepada Allah, maka dia tidak boleh menganggur atau berpangku tangan saja. Selama nyawa dikandung badan, manusia harus ingat bahwa dengan potensi-potensi yang telah dianugerahkan Allah kepada manusia harus dipergunakan untuk mengabdikan dirinya kepada Allah. Seluruh hidupnya hendaklah dijadikan ibadah.
Menurut Ali bin Abi Thalhah, yang diterimanya dari Ibnu Abbas, arti untuk beribadah adalah mengakui dirinya sebagai hamba Allah.
Di dalam Q.S. adz-Dzariyat (51) : 56 :
“Dan Aku telah menciptakan Jin dan Manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku”.
Ayat ini memperingatkan kepada manusia bahwa manusia harus tunduk dan patuh kepada Allah.
Oleh karena itu cara yang baik bagi manusia adalah menginsyafi kegunaan hidupnya, sehingga dia pun tidak merasa keberatan mengerjakan berbagai ibadah kepada Allah.
Apabila manusia mengenal pada “budi luhur”, niscaya mengenal do’a yang dinamai “terimakasih”.
Apabila ada orang yang menolong kita melepaskan diri dari malapetaka, maka kita pun harus segera mengucapkan terimakasih. Apabila kita mengembara di suatu padang pasir dan melakukan perjalanan yang sangat jauh, di dalam perjalanan itu kita kehausan dan sukar atau sulit untuk mendapat air. Tiba-tiba disuatu tempat yang sunyi sepi kita bertemu dengan seseorang lalu seseorang itu membawakan kepada kita seteguk air maka kita pun harus segera mengucapkan terimakasih. Kita mengucapkan terimakasih hendaknya dengan rendah hati dan tulus ikhlas sebab kita telah berhutang budi kepadanya.[5]
Tidak ada manusia yang membantah keluhuran budi orang yang berterimakasih.
Maka bandingkanlah dengan seluruh anugerah atau karunia Allah. Sejak dari perut ibu kemudian lahir dan sampai menutup mata, tidaklah dapat dihitung dan dinilai betapa besar nikmat dan karunia Allah kepada manusia.
Maka timbulah pertanyaan di dalam hati kita “Apakah tidak patut manusia berterimakasih atas seluruh anugerah atau karunia Allah itu !?!”.
Di sinilah Allah membimbing manusia dan memberi pengarahan.
Allah menciptakan Jin dan Manusia tidak untuk yang lain, tetapi hanya untuk mengabdi, beribadah-Nya. Beribadah yaitu mengakui bahwa manusia itu adalah hamba Allah, tunduk kepada kehendak-Nya.
Ibadah diawali dengan “Iman”. Yaitu percaya bahwa Allah itu ada.
Percaya kepada Allah, sudah menjadi dasar hidup itu sendiri. Maka “Iman” yang telah tumbuh itu, wajib dibuktikan dengan “amal yang saleh”. Yaitu perbuatan yang baik. “Iman” dan “Amal Saleh” inilah pokok ibadah.
Apabila manusia telah mengaku beriman kepada Allah, niscaya percaya juga kepada Rasul-Nya.
Oleh karena itu firman Allah yang disampaikan oleh Rasul-Nya, wajib kita perhatikan. “Perintah-Nya” kita kerjakan dan “Larangan-Nya” kita tinggalkan. Kalau demikian, maka hendaknya seluruh hidup kita ini, kita dijadikan hanya beribadah kepada Allah. Shalat lima waktu, Puasa di bulan Ramadhan, berzakat kepada fakir miskin, adalah bagian kecil sebagai pematri dari seluruh ibadah. Semua kita kerjakan karena “Iman” kepada Allah, dan kita pun ber”amal saleh” untuk memberikan faedah kepada sesama manusia, yaitu dengan jalan menciptakan sesuatu, berusaha, mencari dan menambah ilmu serta membangun, berkemajuan dan berkebudayaan. Apabila semuanya itu kita kerjakan sebagai ibadah kita kepada Allah, dengan semata-mata menyadari bahwa posisi manusia dihadapan Allah adalah sebagai hamba Allah, maka InsyaAllah hidup manusia di dunia ini menjadi “berarti”[6].
[1] Jassin, H, B, Ibid, 733.
[2] Jassin, H, B, Ibid, 698.
[3] Jassin, H, B, Ibid, 798.
[4] Jassin, H, B, Ibid, 336.
[5] Asror, Miftahul, Kisah-kisah teladan buat anakku, (Mitra Pustaka : Yogjakarta, 2003), 66.
[6] Shihab, M, Quraish, Tafsir al-Qur’an al-Karim, (Pustaka Hidayah : Bandung, 1999), 340
Kehidupan manusia sebagai hamba Allah tidak tanpa aturan. Kalau tidak demikian, maka tidak ada bedanya dengan hewan atau binatang.
Oleh karena itu Allah memberika pedoman yang jelas di dalam al-Qur’an, bahwa untuk menjadi hamba Allah yang baik, sejahtera dunia dan akherat, maka hidupnya harus mempunyai tujuan yang jelas dan pasti sesuai dengan petunjuk dari Allah.[1]
Oleh karena itu manusia harus pula menyadari hal-hal sebagai berikut:
1. Tujuan hidupnya
Sebagai hamba Allah, tujuan hidup manusia bukan untuk hidup sekehendaknya akan. Akan tetapi bagi orang yang arif dan merenungkannya dengan seksama, maka dia pasti akan menyadari dan memahami bahwa tujuan hidup ini adalah untuk mencari ridha Allah semata.
Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam Q.S. al-An’am (6) : 162-163 :
Ø “Katakanlah : “ Shalatku, Ibadahku, Hidupku dan matiku adalah demi Tuhan semesta alam (162)”.
Ø “Tiada sekutu bagi-Nya. Demikianlah diperintahkan kepadaku. Dan akulah yang pertama dari orang yang menyerahkan diri(163)”.[2].
2. Tugas hidupnya
Sebagai hamba Allah, tugas hidup manusia adalah beribadah , yaitu mengabdikan diri kepada Allah dalam berbagai aspek kehidupan, yaitu antara lain bekerja, bermasyarakat.[3]
3. Peranan hidupnya
Sebagai hamba Allah, peranan hidup manusia sebagai khalifah di bumi, yaitu mengolah dan membangun untuk memberika faedah kepada sesama manusia sebagaimana difirmankan Allah dalam Q.S. al – An’am (6) : 165 :
“Dan Dialah yang menjadikan kamu penguasa/pengatur (khalifah) di muka bumi. Dan meninggikan sebagian kamu beberapa derajat di atas yang lain untuk menguji kamu tentang pemberian-Nya kepadamu. Sungguh, Tuhanmu amat cepat dalam menyiksa. Tetapi sungguh, Dia Maha Pengampun, Maha Penyayang”. [4]
4. Pedoman hidupnya
Sebaga hamba Allah, pedoman hidup manusia adalah al-Qur’an dan as-Sunnah. Jika hidup tanpa pedoman, tentu manusia akan kesasar yang akhirnya celaka dan binasa sebagaimana difirmankan Allah dalam Q.S. an-Nisa (4) : 59 :
“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan Ulil Amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (al-Qur’an) dan Rasul (Sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian.
Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya”). [5]
Dalam Q.S. an-Nisa (4) : 105 :
“Sesungguhnya Kami telah menurunkan Kitab kepadamu dengan membawa kebenaran, supaya kamu mengadili antara manusia dengan apa yang telah Allah wahyukan kepadamu”.[6]
5. Seseorang yang mesti diteladaninya
Sebagai hamba Allah, manusia agar hidupnya sukses maka dia harus mengambil teladan hidupnya, bercermin dan mencontoh manusia yang telah sukses serta dijamin suksesnya di dunia dan akherat. Manusia yang telah sukses tersebut adalah Muhammad Rasulullah SAW sebagaimana difirmankan Allah dalam Q.S. al-Ahzab (33) : 40 :
“Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki diantara kamu, akan tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup Nabi-Nabi. Dan Allah mengetahui segala sesuatu”. [7]
6. Seseorang yang menjadi kawan hidupnya
Sebagai hamba Allah, manusia hidup di dunia itu memang banyak kawan hidupnya. Akan tetapi untuk memperoleh sukses dalam segala hal, tentu mencari kawanpun harus benar-benar selektif serta harus sesuai dengan petunjuk Allah.
Apabila berkawan atau bersahabat dengan sembarangan, tidak memandang orang itu pendurhaka, kafir atau musyrik tentu dia akan terseret kepada golongan mereka.
Manusia yang ingin hidupnya selamat dan sukses, maka teman hidupnya adalah mukmin dan mukminat, sehingga mereka sama-sama akan berada dalam kasih sayang Allah sebagaimana tergambar didalam firman Allah Q.S. al-Hujurat (49) : 10 : “Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertaqwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rakhmat”. [8]
7. Seseorang yang menjadi lawan hidupnya
Sebagai hamba Allah, manusia hidup itu harus berhati-hati sebab ada musuh atau lawan yang sangat lihai bagai musuh dalam selimut. Dia membujuk, merayu pura-pura bersahabat padahal bermaksud jahat, dia dendam sehingga ingin manusia-manusia itu bersama dia dalam kutukan dan laknat Allah. Siapa dia ? tidak lain adalah syaitan musuh yang nyata. Hal ini tergambar dalam firman Allah Q.S. al-Baqarah (2) : 168 :
“Hai, manusia makanlah apa yang halal dan baik yang ada di bumi. Dan jangalah kamu mengikuti langkah-langkah (jejak-jejak) syaitan, karena sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu”).[9]
8. Bekal hidupnya untuk kehidupan di dunia dan akherat kelak
Sebagai hamba Allah, manusia telah dianugerahi bekal oleh Allah agar manusia hidup dengan leluasa menghirup udara segar, bisa tidur nyenyak, bisa makan enak, dan sebagainya. Bekal yang dianugerahkan Allah itu adalah segala yang ada di langit dan di bumi (Q.S. al-Jatsiyah (45) : 13 :
“Dan Dia telah tundukkan bagimu. Apa yang di langit dan apa yang di bumi. Semuanya (sebagai karunia) daripada-Nya. Sungguh, itu adalah tanda-tanda bagi orang yang menggunkan pikiran“)[10]
[1] Ibrahim, Mustafa, dkk, Tafsir Pase, (Dian Arista : Jakarta, 2001), 24
[2] Jassin, H, B, Op.cit, 197.
[3] Shihab, M, Quraish, Membumikan al-Qur’an, (Mizan : Bandung, 1999), 241.
[4] Jassin, H, B, Op.cit, 198.
[5] Jassin, H, B, Ibid, 113.
[6] Jassin, H, B, Ibid, 125.
[7] Jassin, H, B, Ibid, 584.
[8] Jassin, H, B, Ibid, 721.
[9] Jassin, H, B, Ibid, 33.
[10] Jassin, H, B, Ibid, 698.
REFERENSI
Asror, Miftahul, Kisah-kisah teladan buat anakku, Mitra Pustaka : Yogjakarta, 2003.
Jassin, H, B, Bacaan Mulia, Djambatan : Jakarta, 1977
Ibrahim, Mustafa, dkk, Tafsir Pase, Dian Arista : Jakarta, 2001
Mahmud, Musthafa, Rahasia dalam al-Qur’an, Pustaka Azzam : Jakarta, 2000.
Quthb, Sayyid, Tafsir Fi Zhilalil Qur’an (Di bawah naungan Qur’an), Jilid 24, Gema Insani : Jakarta, 2002.
Shihab, M, Quraish, Membumikan al-Qur’an, Mizan : Bandung, 1999.
-----------------------, Tafsir al-Qur’an al-Karim, Pustaka Hidayah : Bandung, 1999.
Kalau kita hanya sekedar memandang sistem pernafasan, peredaran darah, serta bagaimana dia makan dan mengolah makanan dan kemudia memandang bagaimana manusia membuang sisanya, maka dapat dikatakan bahwa manusia itu adalah sejenis hewan atau binatang.[1]
Namun demikian, apabila kita memandang manusia dengan nilai hakiki yang merupakan keistimewaan manusia dari hewan-hewan lain, yaitu memiliki bentuk yang sebaik-baiknya yaitu bentuk lahir dan bentuk batin, bentuk tubuh dan bentuk rukhani.
Bentuk tubuh manusia melebihi keindahan bentuk tubuh hewan atau binatang. Sedangkan ukuran manusia itu diciptakan Allah dalam proporsi yang harmonis dan seimbang dengan wajah yang mengandung kegembiraan.
Hal ini tergambar di dalam Q.S. at-Tiin (95) : 4 :
“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya”).[2]
Tidak hanya terbaik dalam bentuk saja, manusia dilengkapi pula dengan kemuliaan dan keistimewaan lainnya. Kemuliaan dan keistimewaan manusia yang dimaksud adalah karena akal manusia diperlengkapi oleh Allah dengan daya khayal dan daya pikir untuk memikirkan zamannya yang lampau, yang sekarang dan akan datang. Serta diperlengkapi dengan perasaan dan kehendak.
Manusia merupakan makhluk yang mulia apabila dibandingkan dengan hewan atau binatang, sebab makan dengan jarinya, tidak dengan mulutnya yang langsung dijulurkan ke tanah. Manusia istimewa karena pandai membedakan sesuatu. Manusia istimewa karena berdirinya tegak lurus, tidak memanjang seperti kerbau atau menjalar seperti ular. Manusia istimewa karena memiliki wajah yang cantik dan ganteng. Manusia istimewa karena suka tersenyum, berbeda dengan hewan-hewan atau binatang-binatang yang tidak pernah bisa tersenyum, seperti : kera, anjing, kucing, tikus, dan sebagainya.[3]
Kemuliaan ini oleh Allah difirmankan dalam :
Q.S. al-Isra’ (17) : 70 :
“Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam” .[4]
Tidak sedikit ayat-ayat al-Qur’an membicarakan tentang manusia.
Al-Qur’an menjelaskan bahwa manusia terdiri dari dua unsur pokok. Dua unsure pokok yang dimaksud adalah : gumpalan tanah dan hembusan rukh, sebagaimana difirmankan Allah dalam :
Q.S. as-Shad (38) : 71-72 :
Ø “Ketika Tuhanmu berkata kepada Malaikat : “Aku hendak menciptakan manusia dari tanah liat (71)
Ø “Ketika telah Kubentuk ia. Dan Kutiupkan rukhKu dalam dirinya, Hendaklah kamu tunduk bersujud kepada-Nya (72)“.[5]
Q.S. al-Baqarah (2) : 30 :
“Dan tatkala Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat :
“Aku hendak jadikan khalifah di muka bumi; Mereka bertanya : “Apakah Kau tempat orang yang merusak di sana. Dan menumpahkan darah, sedangkan kami bertasbih memuji Engkau. Dan menguduskan nama-Mu?” (Tuhan menjawab dan) berfirman “Sungguh Aku tahu apa yang tiada kamu tahu”. [6]
Dalam ayat tersebut dijelaskan bahwa sebelum Allah menciptakan manusia, Allah telah menyampaikan rencana penciptaannya ini kepada Malaikat, yaitu agar manusia menjadi khalifah di bumi.
Dari sini jelas bahwa posisi manusia dihadapan Allah adalah sebagai ciptaan Allah, dan ini artinya bahwa manusia itu adalah hamba Allah.[7]
[1] Mahmud, Musthafa, Rahasia dalam al-Qur’an, (Pustaka Azzam : Jakarta, 2000), 118.
[2] Quthb, Sayyid, Tafsir Fi Zhilalil Qur’an (Di bawah naungan Qur’an), Jilid 24, (Gema Insani : Jakarta, 2002), 172-174.
[3] Mahmud, Musthafa, op.cit, 120 -122.
[4] Jassin, H, B, Bacaan Mulia, (Djambatan : Jakarta, 1977), 390.
[5] Jassin, H, B, Ibid, 637.
[6] Jassin, H, B, Ibid, 6
[7] Jassin, H, B, Ibid, 6.
Sebagai hamba Allah, dia diwajibkan melaksanakan tugas kekhalifahan yaitu membangun dan mengolah bumi sesuai dengan petunjuk dan kehendak Allah.
Oleh karena itu ditetapkannyalah tujuan hidup manusia, yaitu mengabdi kepada Allah sebagaimana difirmankan Allah dalam Q.S. adz-Dzariat (51) : 56 :
“Dan Aku telah menciptakan Jin dan Manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku”).[1]
Untuk mensukseskan tugas-tugasnya selaku khalifah Allah di dunia, Allah melengkapi manusia dengan potensi-potensi tertentu, antara lain :
Kemampuan untuk mengetahui sifat-sifat, fungsi dan kegunaan segala macam benda. Hal ini tergambar dalam firman Allah :
Q.S. al-Baqarah (2) : 31 :
“Dia telah mengajarkan kepada Adam nama (benda-benda) seluruhnya”.
Ditundukkannya bumi, langit dan segala isinya : bintang-bintang, planet-planet dan lain sebagainya oleh Allah kepada manusia sebagaimana difirmankan Allah dalam Q.S. al-Jatsiah (45) : 12-13 :
“Allah, Dialah yang menundukkan laut bagimu, supaya berlayar di atasnya, kapal-kapal atas perintah-Nya, supaya kamu cari karunia-Nya. Dan supaya kamu bersyukur hendak-Nya (12)”.
“Dan Dia telah tundukkan bagimu. Apa yang di langit dan apa yang di bumi. Semuanya (sebagai karunia) daripada-Nya. Sungguh, itu adalah tanda-tanda bagi orang yang menggunkan pikiran (13)” .[2]
Perlu digaris bawahi di sini bahwa penaklukan tersebut dilakukan oleh Allah, bukan oleh manusia. Kedudukan manusia dengan benda-benda tersebut dari segi penundukan dan kehambaan kepada Allah adalah sama dan setingkat, yaitu memang merupakan hamba Allah.
Allah menganugerahkan kepada manusia akal pikiran serta panca indera sebagaimana difirmankan dalam Q.S. al-Mulk (67) : 23 :
“Katakanlah Dialah yang menciptakan kamu. Dan menjadikan pendengaran bagimu. Penglihatan dan hati sanubari. (Tetapi) sedikit saja kamu bersyukur” [3] .
Allah juga menganugerahkan kekuatan positif untuk mengubah corak kehidupan dunia ini sebagaimana difirmankan dalam :
Q.S. ar-Ra’ad (13) : 11 :
“Dan guntur tasbih memuji (Allah). Demikian pula para Malaikat. Penuh ketakutan pada-Nya. Dan Dia lontarkan halilintar, menimpa siapa yang Dia tuju. Sementara mereka bertengkar mengenai Allah. Tetapi (Allah) hebat kekuasaan-Nya”. [4]
Potensi-potensi inilah yang mempunyai peran penting dalam pelaksanaan tugas kekhalifahan manusia sebagai hamba Allah. Sebagai hamba Allah, manusia wajib beriman kepada Allah.
Apabila dia telah beriman kepada Allah, maka dia tidak boleh menganggur atau berpangku tangan saja. Selama nyawa dikandung badan, manusia harus ingat bahwa dengan potensi-potensi yang telah dianugerahkan Allah kepada manusia harus dipergunakan untuk mengabdikan dirinya kepada Allah. Seluruh hidupnya hendaklah dijadikan ibadah.
Menurut Ali bin Abi Thalhah, yang diterimanya dari Ibnu Abbas, arti untuk beribadah adalah mengakui dirinya sebagai hamba Allah.
Di dalam Q.S. adz-Dzariyat (51) : 56 :
“Dan Aku telah menciptakan Jin dan Manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku”.
Ayat ini memperingatkan kepada manusia bahwa manusia harus tunduk dan patuh kepada Allah.
Oleh karena itu cara yang baik bagi manusia adalah menginsyafi kegunaan hidupnya, sehingga dia pun tidak merasa keberatan mengerjakan berbagai ibadah kepada Allah.
Apabila manusia mengenal pada “budi luhur”, niscaya mengenal do’a yang dinamai “terimakasih”.
Apabila ada orang yang menolong kita melepaskan diri dari malapetaka, maka kita pun harus segera mengucapkan terimakasih. Apabila kita mengembara di suatu padang pasir dan melakukan perjalanan yang sangat jauh, di dalam perjalanan itu kita kehausan dan sukar atau sulit untuk mendapat air. Tiba-tiba disuatu tempat yang sunyi sepi kita bertemu dengan seseorang lalu seseorang itu membawakan kepada kita seteguk air maka kita pun harus segera mengucapkan terimakasih. Kita mengucapkan terimakasih hendaknya dengan rendah hati dan tulus ikhlas sebab kita telah berhutang budi kepadanya.[5]
Tidak ada manusia yang membantah keluhuran budi orang yang berterimakasih.
Maka bandingkanlah dengan seluruh anugerah atau karunia Allah. Sejak dari perut ibu kemudian lahir dan sampai menutup mata, tidaklah dapat dihitung dan dinilai betapa besar nikmat dan karunia Allah kepada manusia.
Maka timbulah pertanyaan di dalam hati kita “Apakah tidak patut manusia berterimakasih atas seluruh anugerah atau karunia Allah itu !?!”.
Di sinilah Allah membimbing manusia dan memberi pengarahan.
Allah menciptakan Jin dan Manusia tidak untuk yang lain, tetapi hanya untuk mengabdi, beribadah-Nya. Beribadah yaitu mengakui bahwa manusia itu adalah hamba Allah, tunduk kepada kehendak-Nya.
Ibadah diawali dengan “Iman”. Yaitu percaya bahwa Allah itu ada.
Percaya kepada Allah, sudah menjadi dasar hidup itu sendiri. Maka “Iman” yang telah tumbuh itu, wajib dibuktikan dengan “amal yang saleh”. Yaitu perbuatan yang baik. “Iman” dan “Amal Saleh” inilah pokok ibadah.
Apabila manusia telah mengaku beriman kepada Allah, niscaya percaya juga kepada Rasul-Nya.
Oleh karena itu firman Allah yang disampaikan oleh Rasul-Nya, wajib kita perhatikan. “Perintah-Nya” kita kerjakan dan “Larangan-Nya” kita tinggalkan. Kalau demikian, maka hendaknya seluruh hidup kita ini, kita dijadikan hanya beribadah kepada Allah. Shalat lima waktu, Puasa di bulan Ramadhan, berzakat kepada fakir miskin, adalah bagian kecil sebagai pematri dari seluruh ibadah. Semua kita kerjakan karena “Iman” kepada Allah, dan kita pun ber”amal saleh” untuk memberikan faedah kepada sesama manusia, yaitu dengan jalan menciptakan sesuatu, berusaha, mencari dan menambah ilmu serta membangun, berkemajuan dan berkebudayaan. Apabila semuanya itu kita kerjakan sebagai ibadah kita kepada Allah, dengan semata-mata menyadari bahwa posisi manusia dihadapan Allah adalah sebagai hamba Allah, maka InsyaAllah hidup manusia di dunia ini menjadi “berarti”[6].
[1] Jassin, H, B, Ibid, 733.
[2] Jassin, H, B, Ibid, 698.
[3] Jassin, H, B, Ibid, 798.
[4] Jassin, H, B, Ibid, 336.
[5] Asror, Miftahul, Kisah-kisah teladan buat anakku, (Mitra Pustaka : Yogjakarta, 2003), 66.
[6] Shihab, M, Quraish, Tafsir al-Qur’an al-Karim, (Pustaka Hidayah : Bandung, 1999), 340
Kehidupan manusia sebagai hamba Allah tidak tanpa aturan. Kalau tidak demikian, maka tidak ada bedanya dengan hewan atau binatang.
Oleh karena itu Allah memberika pedoman yang jelas di dalam al-Qur’an, bahwa untuk menjadi hamba Allah yang baik, sejahtera dunia dan akherat, maka hidupnya harus mempunyai tujuan yang jelas dan pasti sesuai dengan petunjuk dari Allah.[1]
Oleh karena itu manusia harus pula menyadari hal-hal sebagai berikut:
1. Tujuan hidupnya
Sebagai hamba Allah, tujuan hidup manusia bukan untuk hidup sekehendaknya akan. Akan tetapi bagi orang yang arif dan merenungkannya dengan seksama, maka dia pasti akan menyadari dan memahami bahwa tujuan hidup ini adalah untuk mencari ridha Allah semata.
Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam Q.S. al-An’am (6) : 162-163 :
Ø “Katakanlah : “ Shalatku, Ibadahku, Hidupku dan matiku adalah demi Tuhan semesta alam (162)”.
Ø “Tiada sekutu bagi-Nya. Demikianlah diperintahkan kepadaku. Dan akulah yang pertama dari orang yang menyerahkan diri(163)”.[2].
2. Tugas hidupnya
Sebagai hamba Allah, tugas hidup manusia adalah beribadah , yaitu mengabdikan diri kepada Allah dalam berbagai aspek kehidupan, yaitu antara lain bekerja, bermasyarakat.[3]
3. Peranan hidupnya
Sebagai hamba Allah, peranan hidup manusia sebagai khalifah di bumi, yaitu mengolah dan membangun untuk memberika faedah kepada sesama manusia sebagaimana difirmankan Allah dalam Q.S. al – An’am (6) : 165 :
“Dan Dialah yang menjadikan kamu penguasa/pengatur (khalifah) di muka bumi. Dan meninggikan sebagian kamu beberapa derajat di atas yang lain untuk menguji kamu tentang pemberian-Nya kepadamu. Sungguh, Tuhanmu amat cepat dalam menyiksa. Tetapi sungguh, Dia Maha Pengampun, Maha Penyayang”. [4]
4. Pedoman hidupnya
Sebaga hamba Allah, pedoman hidup manusia adalah al-Qur’an dan as-Sunnah. Jika hidup tanpa pedoman, tentu manusia akan kesasar yang akhirnya celaka dan binasa sebagaimana difirmankan Allah dalam Q.S. an-Nisa (4) : 59 :
“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan Ulil Amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (al-Qur’an) dan Rasul (Sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian.
Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya”). [5]
Dalam Q.S. an-Nisa (4) : 105 :
“Sesungguhnya Kami telah menurunkan Kitab kepadamu dengan membawa kebenaran, supaya kamu mengadili antara manusia dengan apa yang telah Allah wahyukan kepadamu”.[6]
5. Seseorang yang mesti diteladaninya
Sebagai hamba Allah, manusia agar hidupnya sukses maka dia harus mengambil teladan hidupnya, bercermin dan mencontoh manusia yang telah sukses serta dijamin suksesnya di dunia dan akherat. Manusia yang telah sukses tersebut adalah Muhammad Rasulullah SAW sebagaimana difirmankan Allah dalam Q.S. al-Ahzab (33) : 40 :
“Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki diantara kamu, akan tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup Nabi-Nabi. Dan Allah mengetahui segala sesuatu”. [7]
6. Seseorang yang menjadi kawan hidupnya
Sebagai hamba Allah, manusia hidup di dunia itu memang banyak kawan hidupnya. Akan tetapi untuk memperoleh sukses dalam segala hal, tentu mencari kawanpun harus benar-benar selektif serta harus sesuai dengan petunjuk Allah.
Apabila berkawan atau bersahabat dengan sembarangan, tidak memandang orang itu pendurhaka, kafir atau musyrik tentu dia akan terseret kepada golongan mereka.
Manusia yang ingin hidupnya selamat dan sukses, maka teman hidupnya adalah mukmin dan mukminat, sehingga mereka sama-sama akan berada dalam kasih sayang Allah sebagaimana tergambar didalam firman Allah Q.S. al-Hujurat (49) : 10 : “Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertaqwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rakhmat”. [8]
7. Seseorang yang menjadi lawan hidupnya
Sebagai hamba Allah, manusia hidup itu harus berhati-hati sebab ada musuh atau lawan yang sangat lihai bagai musuh dalam selimut. Dia membujuk, merayu pura-pura bersahabat padahal bermaksud jahat, dia dendam sehingga ingin manusia-manusia itu bersama dia dalam kutukan dan laknat Allah. Siapa dia ? tidak lain adalah syaitan musuh yang nyata. Hal ini tergambar dalam firman Allah Q.S. al-Baqarah (2) : 168 :
“Hai, manusia makanlah apa yang halal dan baik yang ada di bumi. Dan jangalah kamu mengikuti langkah-langkah (jejak-jejak) syaitan, karena sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu”).[9]
8. Bekal hidupnya untuk kehidupan di dunia dan akherat kelak
Sebagai hamba Allah, manusia telah dianugerahi bekal oleh Allah agar manusia hidup dengan leluasa menghirup udara segar, bisa tidur nyenyak, bisa makan enak, dan sebagainya. Bekal yang dianugerahkan Allah itu adalah segala yang ada di langit dan di bumi (Q.S. al-Jatsiyah (45) : 13 :
“Dan Dia telah tundukkan bagimu. Apa yang di langit dan apa yang di bumi. Semuanya (sebagai karunia) daripada-Nya. Sungguh, itu adalah tanda-tanda bagi orang yang menggunkan pikiran“)[10]
[1] Ibrahim, Mustafa, dkk, Tafsir Pase, (Dian Arista : Jakarta, 2001), 24
[2] Jassin, H, B, Op.cit, 197.
[3] Shihab, M, Quraish, Membumikan al-Qur’an, (Mizan : Bandung, 1999), 241.
[4] Jassin, H, B, Op.cit, 198.
[5] Jassin, H, B, Ibid, 113.
[6] Jassin, H, B, Ibid, 125.
[7] Jassin, H, B, Ibid, 584.
[8] Jassin, H, B, Ibid, 721.
[9] Jassin, H, B, Ibid, 33.
[10] Jassin, H, B, Ibid, 698.
REFERENSI
Asror, Miftahul, Kisah-kisah teladan buat anakku, Mitra Pustaka : Yogjakarta, 2003.
Jassin, H, B, Bacaan Mulia, Djambatan : Jakarta, 1977
Ibrahim, Mustafa, dkk, Tafsir Pase, Dian Arista : Jakarta, 2001
Mahmud, Musthafa, Rahasia dalam al-Qur’an, Pustaka Azzam : Jakarta, 2000.
Quthb, Sayyid, Tafsir Fi Zhilalil Qur’an (Di bawah naungan Qur’an), Jilid 24, Gema Insani : Jakarta, 2002.
Shihab, M, Quraish, Membumikan al-Qur’an, Mizan : Bandung, 1999.
-----------------------, Tafsir al-Qur’an al-Karim, Pustaka Hidayah : Bandung, 1999.
TES KEMAMPUAN PESERTA MGMP KABUPATEN TANGERANG 2005
TES KEMAMPUAN PESERTA
MUSYAWARAH GURU MATA PELAJARAN (MGMP) PKn
TAHUN 2005
INSTRUKTUR : HJ. TUTI J RISMARINI, M.Pd.
u
Petunjuk : Pilihlah salah satu pilihan jawaban A, B, C, D atau E yang pali benar !
Pernyataan atau butir-butir berikut ini yang sesuai pengertian strategi Pembelajaran ialah ….
a. Kendali Belajar ada pada siswa
b. Diskusi
c. Ceramah
d. Tanya Jawab
e. Contextual Teaching and Learning
Yang merupakan salah satu strategi Pembelajaran adalah ….
Partisipasi orang tua siswa
Partisipasi Kepala sekolah
Partisipasi guru
Partisipasi Siswa
Partisipasi seluruh
Yang tidak termasuk sumber yang dapat digunakan untuk menentukan Kompetensi standar adalah ……
daftar kompetensi
materi
hasil tugas
buku teks
kurikulum
Yang bukan merupakan contoh sumber belajar adalah……..
Alat
Pesan
Siswa
Orang
Media
Peserta didik mampu berbuat untuk memperkaya pengamalan belajarnya dari berbagai lingkungan dikaitkan dengan prinsip empat pilar pendidikan menurut UNESCO disebut…….
Learning to Know
Learning to do
Learning to live together
Learning to be
Learning to do and Learning to be
Salah satu prinsip pembelajaran CTL (Contextual Teaching and Learning) yang indikatornya bahwa pengetahuan diperoleh dengan menemukan, menyatukan rasa, karsa dan karya di sebut …….
inkuiri
refleksi
konstrukivisme
masyarakat belajar
behavior approach
Kegiatan pengembangan profesi yang dipandang sangat penting bagi guru PKn untuk meningkatkan wawasan dan pengembangan professional adalah ……
membuat alat peraga dan diktat
menyusun buku dan mengikuti seminar
membuat makalah dan modul
membuat metode pengajaran dan pembelajaran
penelitian ilmiah dan penulisan karya ilmiah
Empat kompetensi guru sebagai agen pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar menengah serta Pendidikan Anank Usia Dini (PAUD) meliputi ….
(1) Kompetensi pedagogic (4) kompetensi profesional
(2) Kompetensi didaktik/metodik (5) kompetensi social
(3) Kompetensi kepribadian (6) kompetensi individual
Pernyataan yang benar ditunjukkan oleh pernyataan ……….
a. (1), (2), (3), dan (4)
b. (1), (3), (4), dan (5)
c. (2), (3), (5), dan (6)
d. (1), (3), (4), dan (6)
e. (2), (3), (4), dan (6)
Otonomi yang diberikan pemerintah pusat kepada pemerintah daerah adalah menyelenggarakan pemerintahan yang mencakup kewenangan semua bidang pemerintahan, tetapi ada 5 hal yang tidak diberikan kepada daerah diantaranya adalah….
Hubungan Luar Negeri, Agama, Fiskal/Moneter, Peradilan, dan Keamanan
Keamanan, Peradilan, pendidikan, agama, dan hubungan luar negeri
Peradilan, Kesehatan, agama, hubungan luar negeri, dan keamanan
Fiskal/moneter, agama, kelautan, hubungan luar negeri, dan keamanan
Fiskal/moneter, kehutanan, agama, peradilan, dan hubungan luar negeri
Pelaksanaan Otonomi daerah (Otda) diatur dengan Undang-undang adalah …..
UU No. 22 Tahun 1999
UU No. 20 Tahun 2003
UU No. 12 Tahun 2003
UU No. 32 Tahun 2004
UU No. 33 Tahun 2004
Penyerahan urusan pemerintah atau daerah di tingkat atasnya kepada daerah dibawahnya disebut ….
Sentralisasi
Desentralisasi
Dekonsentrasi
Dekonsentralisasi
Otonomi Daerah
Agar pemerintahan desa berjalan efektif dan tidak terjadi penyimpangan, maka dibentuk badan yang bertugas mengawasi aparat desa, disebut …..
Lembaga Musyawarah Desa
Badan Perwakilan Desa
Lembaga Sosial Kemasyarakatan
Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa
Lembaga Independen Masyarakat
Salah satu cirri pokok pemerintahan demokrasi adalah …..
adanya lembaga perwakilan rakyat
adanya pemisahan kekuasaan/pembagian kekuasaan
pengangkatan pejabat melalui pemilihan
rakyat diberikan kebebasan berunjuk rasa/demontrasi
adanya pertanggungjawaban kepada penguasa
Berikut ini adalah hak asasi manusia yang tidak termasuk dalam prjanjian tentang hak ekonomi, social dan budaya adalah …..
hak atas pekerjaan
hak atas pendidikan
hak berpendapat
hak atas penghidupan yang layak
hak perlindungan dalam proses hukum
Pelaksanaan hak asasi manusia di bidang politik dalam kenyataan empirik ditemukan indicator ……
perlakuan yang sama dalam hukum
toleransi masyarakat terhadap perbedaan ras
tidak adanya monopoli dalam system hukum
pengakuan terhadap pluralisme oleh pemerintah dan masyarakat
pendidikan yang berkualitas
Tercapainya tujuan dan keberhasilan, maka kebijakan yang dikeluarkan sangat dipengaruhi ……
keikutsertaan masyarakat
sarana dan prasarana
pemimpin yang membuat kebijakan
permasalahan yang dibuat kebijakan
keikutsertaan pimpinan public
Jenis dan hierarkhi peraturan perundang-undangan menurut UU No. 10 Tahun 2004 adalah ….
UUD 1945 d. Perpu
Tap. MPR e. PP
UU
Pembukuan bahan-bahan hukum yang sejenis secara sistematis dan lengkap dalam satu kitab undang-undang disebut …..
Kodifikasi d. sinkronisasi
Peradilan e. verifikasi
Ratifikasi
Salah satu lembaga yang menyelenggarakan proses mengadili seseorang yang melanggar hukum adalah ….
Kejaksaan d. Mahkamah Agung
Peradilan e. Komisi Yudisial
Pengadilan
Alat-alat bukti yang tidak dapat digunakan dalam proses pemeriksaan perkara pidana adalah …..
Sumpah d. surat petunjuk
keterangan saksi e. pendapat hakim
keterangan ahli
Prosedur pengajuan gugatan untuk dirinya sendiri dan sekaligus mewakili sekelompok masyarakat yang memiliki kesamaan fakta dan dasar hukum antara wakil kelompok dan anggota kelompoknya disebut ……
class action d. pengampuan
perwalian e. peradilan
proteksi
Berikut ini yang bukan contoh-contoh sumber belajar adalah …..
Pesan d. siswa
Orang e. Buku paket
alat/media
Langkah-langkah penyusunan rencana pembelajaran berbasis kompetensi dimulai dengan ….
menentukan materi pelajaran d. menentukan program remedial/pengayaan
menentukan alat evaluasi e. menganalisis tujuan pembelajaran
menentukan standar kompetensi
Kebulatan kemampuan yang harus dimiliki siswa setelah selesainya proses pembelajaran di sebut ……
Kompetensi d. indicator
strategi pembelajaran e. standar kompetensi
sub kompetensi
Dasar hukum Negara Indonesia mengadakan hubungan dengan Negara lain adalah ….
Pancasila d. Proklamasi
Pembukaan UUD 1945 e. Penjelasan UUd 1945
Dekrit Presiden
Yang dianggap sebagai bapak hak asasi manusia adalah ….
John Locke d. Thomas hobbes
J.J. Rousseau e. Immanuel Kant
Voltaire
Hak menguji secara material peraturan di bawah undang-undang dilaksanakan oleh ….
Kejaksaan d. Mahkamah Konstitusi
Mahkamah Agung e. DPR
Komisi Yudisial
Sedangkan hak menguji material peraturan perundang-undangan terhadap UUD 1945 adalah ….
Kejaksaan d. Mahkamah Konstitusi
Mahkamah Agung e. DPR
Komisi Yudisial
Apabila Presiden dan Wakil Presiden berhalangan tetap, maka kedudukannya digantikan oleh ….
Menteri dalam negeri d. Mendagri, Menkeh, dan Menhan
Menteri Pertahanan e. Mendagri, Menlu, dan Menhan
Mendagri, dan Menlu
Berdasarkan UU No. 12 Tahun 2003 pelaksanaan Pemilu tahun 2004 menggunakan system ….
Distrik d. distrik perwakilan tertutup
system kuota e. campuran sistim distrik dan proporsional
proporsional
Menurut Maurice Duverger yang dimaksud dengan partai elit adalah...
partai yang banyak pendukungnya
partai yang berdasarkai idiologi tertentu
partai mempunyai tujuan tertentu
partaiyang menekankan dukungan orang-orang terkemuka
partai yang ingin merubah keadaan yang sedang berlangsung
Pendidikan Kewarganegaraan merupakan salah satu bahan kajian dalam kurikulum pendidikan dasar dan menengah serta perguruan tinggi. Ketentuan ini terdapat dalam UU Sisdiknas, yaitu …..
UU No. 20 Tahun 2003 d. UU No. 33 Tahun 2004
UU No. 3 Tahun 2003 e. UU No. 34 Tahun 2004
UU No. 34 tahun 2004
Di bawah ini yang bukan peran Advokat adalah …..
mewakili klien di luar pengadilan
melaksanakan kode etik Advokat
sebagai pengawal konstitusi
penasehat klien di dalam persidangan
menangani perkara-perkara sesuai dengan kode etik Advokat
Status Kewarganegaraan RI yang sampai saat ini berlaku diatur dalam …..
UU No. 3 Tahun 1946 d. UU No. 3 Tahun 1976
UU No. 2 tahun 1958 e. UU No. 23 Tahun 1998
UU No. 62 Tahun 1958
Asas Kewarganegaraan yang lebih banyak memberikan kesempatan kepada warga Negara asing untuk menjadi warga negaranya adalah ….
Ius Sangunis d. Reciprositas
Ius Soli e. Res Nullius
Naturalisasi
MUSYAWARAH GURU MATA PELAJARAN (MGMP) PKn
TAHUN 2005
INSTRUKTUR : HJ. TUTI J RISMARINI, M.Pd.
u
Petunjuk : Pilihlah salah satu pilihan jawaban A, B, C, D atau E yang pali benar !
Pernyataan atau butir-butir berikut ini yang sesuai pengertian strategi Pembelajaran ialah ….
a. Kendali Belajar ada pada siswa
b. Diskusi
c. Ceramah
d. Tanya Jawab
e. Contextual Teaching and Learning
Yang merupakan salah satu strategi Pembelajaran adalah ….
Partisipasi orang tua siswa
Partisipasi Kepala sekolah
Partisipasi guru
Partisipasi Siswa
Partisipasi seluruh
Yang tidak termasuk sumber yang dapat digunakan untuk menentukan Kompetensi standar adalah ……
daftar kompetensi
materi
hasil tugas
buku teks
kurikulum
Yang bukan merupakan contoh sumber belajar adalah……..
Alat
Pesan
Siswa
Orang
Media
Peserta didik mampu berbuat untuk memperkaya pengamalan belajarnya dari berbagai lingkungan dikaitkan dengan prinsip empat pilar pendidikan menurut UNESCO disebut…….
Learning to Know
Learning to do
Learning to live together
Learning to be
Learning to do and Learning to be
Salah satu prinsip pembelajaran CTL (Contextual Teaching and Learning) yang indikatornya bahwa pengetahuan diperoleh dengan menemukan, menyatukan rasa, karsa dan karya di sebut …….
inkuiri
refleksi
konstrukivisme
masyarakat belajar
behavior approach
Kegiatan pengembangan profesi yang dipandang sangat penting bagi guru PKn untuk meningkatkan wawasan dan pengembangan professional adalah ……
membuat alat peraga dan diktat
menyusun buku dan mengikuti seminar
membuat makalah dan modul
membuat metode pengajaran dan pembelajaran
penelitian ilmiah dan penulisan karya ilmiah
Empat kompetensi guru sebagai agen pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar menengah serta Pendidikan Anank Usia Dini (PAUD) meliputi ….
(1) Kompetensi pedagogic (4) kompetensi profesional
(2) Kompetensi didaktik/metodik (5) kompetensi social
(3) Kompetensi kepribadian (6) kompetensi individual
Pernyataan yang benar ditunjukkan oleh pernyataan ……….
a. (1), (2), (3), dan (4)
b. (1), (3), (4), dan (5)
c. (2), (3), (5), dan (6)
d. (1), (3), (4), dan (6)
e. (2), (3), (4), dan (6)
Otonomi yang diberikan pemerintah pusat kepada pemerintah daerah adalah menyelenggarakan pemerintahan yang mencakup kewenangan semua bidang pemerintahan, tetapi ada 5 hal yang tidak diberikan kepada daerah diantaranya adalah….
Hubungan Luar Negeri, Agama, Fiskal/Moneter, Peradilan, dan Keamanan
Keamanan, Peradilan, pendidikan, agama, dan hubungan luar negeri
Peradilan, Kesehatan, agama, hubungan luar negeri, dan keamanan
Fiskal/moneter, agama, kelautan, hubungan luar negeri, dan keamanan
Fiskal/moneter, kehutanan, agama, peradilan, dan hubungan luar negeri
Pelaksanaan Otonomi daerah (Otda) diatur dengan Undang-undang adalah …..
UU No. 22 Tahun 1999
UU No. 20 Tahun 2003
UU No. 12 Tahun 2003
UU No. 32 Tahun 2004
UU No. 33 Tahun 2004
Penyerahan urusan pemerintah atau daerah di tingkat atasnya kepada daerah dibawahnya disebut ….
Sentralisasi
Desentralisasi
Dekonsentrasi
Dekonsentralisasi
Otonomi Daerah
Agar pemerintahan desa berjalan efektif dan tidak terjadi penyimpangan, maka dibentuk badan yang bertugas mengawasi aparat desa, disebut …..
Lembaga Musyawarah Desa
Badan Perwakilan Desa
Lembaga Sosial Kemasyarakatan
Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa
Lembaga Independen Masyarakat
Salah satu cirri pokok pemerintahan demokrasi adalah …..
adanya lembaga perwakilan rakyat
adanya pemisahan kekuasaan/pembagian kekuasaan
pengangkatan pejabat melalui pemilihan
rakyat diberikan kebebasan berunjuk rasa/demontrasi
adanya pertanggungjawaban kepada penguasa
Berikut ini adalah hak asasi manusia yang tidak termasuk dalam prjanjian tentang hak ekonomi, social dan budaya adalah …..
hak atas pekerjaan
hak atas pendidikan
hak berpendapat
hak atas penghidupan yang layak
hak perlindungan dalam proses hukum
Pelaksanaan hak asasi manusia di bidang politik dalam kenyataan empirik ditemukan indicator ……
perlakuan yang sama dalam hukum
toleransi masyarakat terhadap perbedaan ras
tidak adanya monopoli dalam system hukum
pengakuan terhadap pluralisme oleh pemerintah dan masyarakat
pendidikan yang berkualitas
Tercapainya tujuan dan keberhasilan, maka kebijakan yang dikeluarkan sangat dipengaruhi ……
keikutsertaan masyarakat
sarana dan prasarana
pemimpin yang membuat kebijakan
permasalahan yang dibuat kebijakan
keikutsertaan pimpinan public
Jenis dan hierarkhi peraturan perundang-undangan menurut UU No. 10 Tahun 2004 adalah ….
UUD 1945 d. Perpu
Tap. MPR e. PP
UU
Pembukuan bahan-bahan hukum yang sejenis secara sistematis dan lengkap dalam satu kitab undang-undang disebut …..
Kodifikasi d. sinkronisasi
Peradilan e. verifikasi
Ratifikasi
Salah satu lembaga yang menyelenggarakan proses mengadili seseorang yang melanggar hukum adalah ….
Kejaksaan d. Mahkamah Agung
Peradilan e. Komisi Yudisial
Pengadilan
Alat-alat bukti yang tidak dapat digunakan dalam proses pemeriksaan perkara pidana adalah …..
Sumpah d. surat petunjuk
keterangan saksi e. pendapat hakim
keterangan ahli
Prosedur pengajuan gugatan untuk dirinya sendiri dan sekaligus mewakili sekelompok masyarakat yang memiliki kesamaan fakta dan dasar hukum antara wakil kelompok dan anggota kelompoknya disebut ……
class action d. pengampuan
perwalian e. peradilan
proteksi
Berikut ini yang bukan contoh-contoh sumber belajar adalah …..
Pesan d. siswa
Orang e. Buku paket
alat/media
Langkah-langkah penyusunan rencana pembelajaran berbasis kompetensi dimulai dengan ….
menentukan materi pelajaran d. menentukan program remedial/pengayaan
menentukan alat evaluasi e. menganalisis tujuan pembelajaran
menentukan standar kompetensi
Kebulatan kemampuan yang harus dimiliki siswa setelah selesainya proses pembelajaran di sebut ……
Kompetensi d. indicator
strategi pembelajaran e. standar kompetensi
sub kompetensi
Dasar hukum Negara Indonesia mengadakan hubungan dengan Negara lain adalah ….
Pancasila d. Proklamasi
Pembukaan UUD 1945 e. Penjelasan UUd 1945
Dekrit Presiden
Yang dianggap sebagai bapak hak asasi manusia adalah ….
John Locke d. Thomas hobbes
J.J. Rousseau e. Immanuel Kant
Voltaire
Hak menguji secara material peraturan di bawah undang-undang dilaksanakan oleh ….
Kejaksaan d. Mahkamah Konstitusi
Mahkamah Agung e. DPR
Komisi Yudisial
Sedangkan hak menguji material peraturan perundang-undangan terhadap UUD 1945 adalah ….
Kejaksaan d. Mahkamah Konstitusi
Mahkamah Agung e. DPR
Komisi Yudisial
Apabila Presiden dan Wakil Presiden berhalangan tetap, maka kedudukannya digantikan oleh ….
Menteri dalam negeri d. Mendagri, Menkeh, dan Menhan
Menteri Pertahanan e. Mendagri, Menlu, dan Menhan
Mendagri, dan Menlu
Berdasarkan UU No. 12 Tahun 2003 pelaksanaan Pemilu tahun 2004 menggunakan system ….
Distrik d. distrik perwakilan tertutup
system kuota e. campuran sistim distrik dan proporsional
proporsional
Menurut Maurice Duverger yang dimaksud dengan partai elit adalah...
partai yang banyak pendukungnya
partai yang berdasarkai idiologi tertentu
partai mempunyai tujuan tertentu
partaiyang menekankan dukungan orang-orang terkemuka
partai yang ingin merubah keadaan yang sedang berlangsung
Pendidikan Kewarganegaraan merupakan salah satu bahan kajian dalam kurikulum pendidikan dasar dan menengah serta perguruan tinggi. Ketentuan ini terdapat dalam UU Sisdiknas, yaitu …..
UU No. 20 Tahun 2003 d. UU No. 33 Tahun 2004
UU No. 3 Tahun 2003 e. UU No. 34 Tahun 2004
UU No. 34 tahun 2004
Di bawah ini yang bukan peran Advokat adalah …..
mewakili klien di luar pengadilan
melaksanakan kode etik Advokat
sebagai pengawal konstitusi
penasehat klien di dalam persidangan
menangani perkara-perkara sesuai dengan kode etik Advokat
Status Kewarganegaraan RI yang sampai saat ini berlaku diatur dalam …..
UU No. 3 Tahun 1946 d. UU No. 3 Tahun 1976
UU No. 2 tahun 1958 e. UU No. 23 Tahun 1998
UU No. 62 Tahun 1958
Asas Kewarganegaraan yang lebih banyak memberikan kesempatan kepada warga Negara asing untuk menjadi warga negaranya adalah ….
Ius Sangunis d. Reciprositas
Ius Soli e. Res Nullius
Naturalisasi
Langganan:
Postingan (Atom)