20 Februari 2008

Puisi buat Bapak

Pak
Sejak bapak pergi
Hati terasa sangat sunyi
Seringkali tuti menangis dalam hati
Selalu ingat bapak dalam sehari-hari

Pak
Bapak telah menghadap Sang Illahi
Bapak pergi sebelum tuti membalas budi
Bapak pergi ketika tuti belum berbuat apa-apa

Pak
Detik-detik berlalu
Menit-menit pun berlalu
Jam-jam juga berlalu
Hari-hari demikian pula berlalu
Hati tuti terasa hampa
Terbelenggu oleh waktu dulu

Pak
Baru kini tuti menyadari
Betapa berat perjuangan bapak selama ini
Untuk mempertahankan jati diri
Menoreh kewibawaan kepada kami

Pak
Sembah sujud dan doa tuti keharibaan Illahi
Semoga bapak diampuni segala dosa
Menempati singgasana Surgawi

17 Februari 2008

Metode & Peranan Pembelajaran

Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) sangat berpengaruh terhadap seluruh sendi kehidupan manusia.
Perubahan sendi kehidupan ini membutuhkan pengetahuan, sikap dan perilaku tertentu yang dapat membuat seseorang mampu mengikuti perkembangan IPTEK serta perubahan-perubahan yang telah terjadi dalam sendi kehidupannya itu.[1]
Dengan demikian dapat dipahami bahwa lembaga pendidikan sebagai lembaga pendidikan formal (resmi) yang kedua setelah lembaga pendidikan informal (keluarga), diharapkan mampu membekali anak didiknya dengan pengetahuan, keterampilan dan keteladanan.[2]
Atas dasar itulah, maka keberadaan guru pun menjadi sangat penting dan utama. Sebab, sampai saat ini kehadiran guru itu memang belum dapat digantikan dengan alat apapun, misalnya : dengan mesin, radio, tape recorder ataupun dengan komputer sekalipun. Hal tersebut didasarkan pada kenyataan bahwa dalam suatu kegiatan pembelajaran masih sangat banyak diperlukan unsur-unsur manusiawinya, seperti: sikap dan perilaku, nilai-nilai, perasaan, kepribadian dan motivasi. Semuanya itu dibutuhkan untuk menggelorakan semangat belajar anak didik dan memberikan prakarsa yang terus menerus, berencana, berkesinambungan serta memberikan keteladanan yang baik bagi anak didik.[3]
Perlu juga kita sadari bersama bahwa tidak ada kehidupan yang tidak dijamah oleh guru. Tidak seorangpun di dunia ini yang tidak membutuhkan bimbingan seorang guru. Itulah sebabnya, di dalam konteks pembelajaran di sekolah yang perlu diprioritaskan pada era sekarang ini adalah kinerja mengajar guru secara lebih optimal, efektif dan efisien.[4]
Dalam kaitannya dengan itu, maka di dalam kegiatan pembelajaran Sosiologi sebagai suatu bidang studi yang menitik beratkan pada pembelajaran tentang kemasyarakatan, peneliti selaku guru bidang studi Sosiologi berupaya mengembangkan metode yang dapat menarik minat dan mempermudah anak didik di dalam mengikuti dan menerima bahan pembelajaran Sosiologi.
Itulah sebabnya, untuk mendukung hal tersebut di atas, maka terlebih dahulu peneliti sajikan kajian definisi mengenai metode pembelajaran, sebagai berikut:
Metode Pembelajaran
Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian metode adalah cara-cara yang teratur dan terpikir baik-baik yang dipergunakan untuk melaksanakan suatu kegiatan dalam rangka mencapai tujuan.[5]
Metode juga berarti cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai suatu tujuan.[6]
Adapun didalam kaitannya dengan pembelajaran, maka metode pembelajaran berarti cara yang dipergunakan oleh seorang guru di dalam menyampaikan bahan pembelajarannya.[7]
Dengan kata lain, metode pembelajaran adalah cara yang teratur dan sistematis yang harus dilakukan oleh guru didalam menyampaikan suatu bahan pembelajaran.[8]
Itulah sebabnya, metode pembelajaran mempunyai peranan penting dalam mencapai keberhasilan suatu pembelajaran. Apabila pemilihan metode dalam suatu pembelajaran kurang tepat, maka tentunya tujuan yang hendak dicapai akan sulit diwujudkan.[9]
Ini artinya, bahwa salah satu keberhasilan suatu pembelajaran terletak pada ketepatan dalam memilih metode pembelajaran. Dengan demikian setiap memilih metode yang akan dilaksanakan di dalam suatu pembelajaran haruslah mempunyai kesesuaian dengan bentuk-bentuk belajar tertentu. Selain itu juga harus didasarkan atas kepentingannya terhadap tujuan pembelajaran yang hendak dicapai. Dalam praktek, seringkali penggunaan suatu metode divariasikan dengan metode yang lain sehingga apabila dalam suatu kegiatan pembelajaran menggunakan metode yang tepat dengan perpaduan metode lain yang tepat pula maka akan benar-benar dapat menumbuhkan minat belajar, motivasi belajar, mengefektifkan kegiatan pembelajaran, serta lebih memudahkan anak didik didalam memahami suatu bahan pembelajaran.[10]

Peranan Metode Pembelajaran
Berdasarkan uraian singkat mengenai metode pembelajaran di atas maka dapatlah dipahami bahwa suatu metode dalam pembelajaran menempati peranan yang penting, sebab tidak ada satupun kegiatan pembelajaran yang tidak menggunakan metode.
Adapun mengenai peranan penting yang peneliti maksud, adalah bahwa metode pembelajaran merupakan alat yang dapat:
Ø menumbuhkan minat belajar kepada anak didik
Ø memberikan motivasi belajar kepada anak didik
Ø mengefektifkan kegiatan pembelajaran
Ø memudahkan anak didik di dalam memahami suatu bahan pembelajaran
Ø sebagai strategi dan alat untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Gaya mengajar guru, juga memainkan peranan penting di dalam suatu pembelajaran. Oleh karena itu apabila dilakukan dengan tepat, maka akan sangat berguna untuk menarik minat dan mendorong semangat anak didik dalam pembelajaran.[11]
Misalnya, seperti yang peneliti akses dari situs www.teachersrock.net/pdkt.htm-27k [12] mengenai strategi pembelajaran, sebagai berikut:
1. Penggunaan variasi suara, dengan cara merubah nada suara yang keras menjadi lemah, dari tinggi menjadi rendah, dari cepat berubah menjadi lambat, dari suara gembira menjadi sedih, dan sebaliknya, ataupun memberikan tekanan pada kata-kata atau kalimat tertentu adalah salah satu dari gaya mengajar guru ketika melaksanakan kegiatan pembelajaran. Di dalam menyampaikan pokok-pokok penting bahan pembelajaran, diharapkan guru memberi tekanan suara. Selain itu juga diharapkan dapat mengucapkan pokok-pokok penting bahan pembelajaran secara lambat sehingga dapat diikuti dengan jelas.
2. Pemusatan perhatian dapat dilakukan oleh guru dengan kalimat-kalimat tertentu. Misalnya: ”perhatikan baik-baik”, “nah, ini sangat penting”, “dengar baik-baik”, ini agak sukar dipahami”, “jangan lupa yang ini perlu lebih diperhatikan”, dan berbagai ungkapan kata-kata atau kalimat lain yang senada dengan itu. Pada umumnya cara pemusatan dengan ungkapan kata-kata atau kalimat ini diikuti dengan isyarat seperti menunjuk pada gambar yang tergantung pada dinding, atau pada papan tulis, kadangkala dapat dilakukan menyanyikan sebuah lagu yang ada hubungannya dengan bahan pembelajaran, ataupun dengan gerak tari, dan sebagainya.
3. Kesenyapan atau kesunyian/keheningan yang disengaja ketika guru menyampaikan suatu bahan pembelajaran merupakan gaya yang cukup baik untuk menarik perhatian. Adanya perubahan rangsangan dari adanya suara dalam kondisi tenang atau senyap atau sebaliknya dari kondisi adanya kesibukan/kegiatan lalu dihentikan, akan dapat menarik perhatian, sebab anak didik ingin mengetahui apa yang sedang terjadi. Tentu saja perubahan tersebut tidak perlu dilakukan apabila akan mengganggu berlangsungnya pembelajaran. Dalam hal mengajukan suatu pertanyaan, sebaiknya guru menggunakan waktu tunggu atau kesenyapan agar anak didik mempunyai kesempatan berpikir, terutama untuk menjawab pertanyaan yang memerlukan pemikiran yang mendalam.
4. Mengadakan kontak pandang ketika berbicara atau berinteraksi dengan anak didik. Kontak pandang ini sebaiknya diikuti juga dengan sorot mata yang tajam, berbinar-binar yang menunjukkan kehangatan dan kepekaan terhadap anak didik. Ketika kontak pandang menjelajahi seluruh kelas, hendaknya guru menunjukkan hubungan yang erat dengan mereka. Kontak pandang dapat dilakukan guru untuk menyampaikan informasi, seperti membelalakkan mata sebagai tanda tercengang, atau dapat juga dipergunakan untuk mengetahui perhatian dan pemahaman anak didik.
5. Gerakan badan dan ekspresi wajah, gerakan kepala, adalah aspek yang sangat penting dalam berkomunikasi. Hal ini bukan sekedar untuk menarik perhatian akan tetapi dapat menunjukkan sesuatu atau menyampaikan arti tertentu. Ekspresi wajah ini, misalnya: tersenyum, mengerutkan dahi, merapatkan bibir, menaikkan alis, menampakkan ketertarikan terhadap sesuatu, dan sebagainya. Gerakan kepala dapat dilakukan dengan berbagai cara, misalnya: mengangguk, menggeleng, mengangkat atau merendahkan kepala. Jari dapat dipergunakan untuk menunjukkan ukuran, jarak, arah, ataupun menyentik untuk menarik perhatian anak didik. Menggoyang-goyangkan tangan berarti “tidak”, mengangkat tangan keduanya dapat diartikan “apa lagi”, dan sebagainya. Guru dapat mengangkat bahu, berdiri di dekat bangku anak didik, berdiri diam, duduk di kursi depan ataupun di bangku anak didik yang kosong, berjalan mengelilingi bangku, mendekati ataupun juga menjauhi anak didik, ataupun juga bisa melakukan gerak kaki (sesekali dihentakkan, seperti tentara berbaris), dan sebagainya.
6. Pergantian posisi dalam kelas dapat dilakukan untuk mempertahankan perhatian anak didik. Pergantian posisi yang dimaksudkan adalah ke arah depan atau ke arah belakang, ke bagian kiri samping anak didik ataupun ke bagian kanannya. Kadang-kadang guru berdiri dan kadang-kadang duduk.

[1] Umar Tirtarahardja dan La Sula. 2000. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta, h. 132.
[2] Dasim Budimansyah. 2003. Model Pembelajaran Sosiologi. Bandung: Ganesindo, h. 7.
[3] E. Mulyasa. 2005. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya, h. 3-15.
[4] Umar Tirtarahardja dan La Sula. Op.Cit. h. 132-133.
[5] Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1990. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, h. 581.
[6] Tim Penyusun Kamus. 1994. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, h. 652.
[7] Endang. Daniel. 2005. Strategi dan Metode Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta: DEPDIKNAS, h. 17.
[8] Langkah Pengembangan Silabus. Diakses dari situs
http://www.bptpdisdik-jabar.go.id/pub/00004.pdf-309k.
[9] Sulipan. Pembelajaran yang Bermutu. Diakses dari situs http://www.geocities.com.cbet/kumpulan2.html-94k.
[10] Pendidikan. Diakses dari situs http://www.meta-mind.com/kenal.html-5k.
[11] Gaya Mengajar Guru di Kelas. Diakses dari situs
http://www.homepagez.com/izaac/tipsmengajar2.html-6k.
[12] Strategi Pembelajaran. Diakses dari situs http://www.teachersrock.net/pdkt.htm-27k

15 Februari 2008

UNTUK AYAHANDA

AYAHANDA...
KINI AYAHANDA MEMANG SUDAH TIADA...
NAMUN...
BAYANG AYAHANDA...
SENYUM AYAHANDA...
GAYA BICARA AYAHANDA...
TIADA LEPAS DARI SETIAP NAFASKU...
DENYUT NADIKU...
GERAK ... LANGKAHKU...
AYAHANDA...
KEHANGATAN KASIH SAYANG AYAHANDA
SELALU KURASAKAN...
HANGAT... DAN TAK TERGANTIKAN OLEH APAPUN...SIAPAPUN...

AYAHANDA...
AKU BISA SEPERTI SEKARANG INI KARENA AYAHANDA...
KARENA PERJUANGAN AYAHANDA...
KARENA PENGORBANAN AYAHANDA...
KARENA SEMANGAT AYAHANDA YANG SELALU MEMBARA DALAM DADA...

AYAHANDA...
MALAM INI... BELUM SELESAI KU TULIS PUISI BUAT AYAHANDA...

AYAHANDA...
WALAU AYAHANDA SUDAH TIADA...
NAMUN...
PASTI AKAN AKU SELESAIKAN PUISI INI...

AYAHANDA...
KUBIARKAN BARIS DAN BAIT PUISI INI UNTUK AKU SELESAIKAN ESOK HARI...

SUNGKEM...AYAHANDA... AKU BERHARAP AYAHANDA DITERIA DI SISI ALLAH SWT DAN DIAMPUNI SEGALA DOSA AYAHANDA
AMIN YA RABBA AL AMIN

GEMURUH HATI

MALAM INI ...
BINTANG MALAM MENYAPA ...
MALAM SUNYI ...
BINTANG DENGARIN GEMURUH HATI ...
DAG...DIG...DUG...
TERDENGAR SEPERTI ORANG MAIN BOLA ...
TAK TAHU KAPAN MASUK GAWANG ...
DAN ... KAPAN AKAN MENANG ...

MALAM INI ...
GEMURUH HATI TETAP TERDENGAR ...
NAMUN ... TIDAK SEKERAS TADI ...
BINTANG TERSENYUM ...
YANG PUNYA HATI JUGA TERSENYUM ...
BINTANG SENYUM LEGA ...
YANG PUNYA HATI SENYUM PENUH ASA ...

TOPI HITAM-PUTIH

ANAK SAYA BARU SAJA MENDAPAT KIRIMAN E-MAIL DARI TEMANNYA, TERUS DI FORWARD KE E-MAIL SAYA, TRUSSS ... SAYA TAYANGAN DECH... DI SINI UNTUK SEKEDAR REFRESHING GITU....

ti01_trisakti@yahoogroups.com
"Hardiyan Krisnanda" hardkris_zastro@yahoo.com
Sat, 9 Feb 2008 00:47:08 -0800 (PST)
[ti01_trisakti] Fwd: [81_2k1] Fw: [elektro_undip_02"nugraheni setiastuti" ninin81082@yahoo.com Add Mobile Alert Yahoo! DomainKeys has confirmed that this message was sent by yahoo.com. Learn more
Fwd: [ti01_trisakti] Fwd: [81_2k1] Fw: [elektro_undip_02] Story Topi Hitam-Putih
"Mirna Muhardina" auteamo@yahoo.com , "nurfaria hidayah" nova_2604@yahoo.com , "Tuti Juliati Rismarini" tuti300756@yahoo.com , "Subijanto Soekardji" , "Riswahyuni Widhawati" riris_w@yahoo.com , "Ariani Wijayanti" arianiwijayanti@yahoo.com

Nice Story..... mengharukan. .Story Topi Hitam-Putih
Ceritanya ada seorang anak cowok tunggal yang ditinggal mati nyokapnya pas ngelahirin dia.
Sejak itu bokapnya jadi amat sangat workaholic sekali dan nggakmarried2lagi.
Ini anak tapi baik hati dan lemah lembut walaupun cuma diurus sama pengasuh saja.
Pas TK, sementara anak2 laen udah punya sepeda dia masih jalan kaki.Pengasuhnya ngadu ke bokapnya, "Tuan, nggak kasian sama den Bagus?Masa sepeda nggak punya...apa tuan juga nggak malu?"Iya..nih..bokapnyatuh tajir banget deh.
Punya sekian perusahaan maka dipanggil-lah sianak, ditawarin mau sepeda yang kayak gimana merek apa..dan si anak cumabilang,"Aku nggak mau sepeda, Pi, aku dibeliin topi item topi putih aja.."Lho kok gitu? Bingung dong bokapnya. "Kenapa topi item dan putih?""Nggak usah diterangin deh pi. Kalo papi punya uang yaa..beliin ituaja."Yah, mengingat mereka nggak pernah ngobrol, dan ini anak juga masihTK,papinya pikir ya normal2 aja anak kecil minta topi item topi putih, jadi papinya nerima2 aja.Nggak berminat lanjutin, maka tetep-lah tu anak dibeliin sepeda generasi terbaru saat itu, yang paling canggih, plus topi item dan topi putih.Trus ni anak masuk SD lah.
Pas itu musim sepatu roda. Sekian lama pengasuh pratiin, ni anak nggak minta2 dibeliin sepatu roda sama papinya.
Sore2 cuma duduk aja. Sepedanya juga ditaruh di gudang.Lagi nggak musim, katanya.
Pengasuhnya laporan pandangan mata dong ke tuannya hingga si anak dipanggil lagi. "Nak, kamu mau dibeliin sepatu roda kayak temen2 kamu? Kok nggak bilang2 papi.
Nggak masalah cuma beli sepatu roda aja...".Si anak bilang,"nggak Pi, topi item dan topi putih saya udah rusak..dibeliin lagi aja..nggak usah beli sepatu roda.
Lagian lebih murah topikan Pi?"Yee..si papi geram dong. Ni anak ngeremehin papinya sendiri, atau sok merendah? So, tetep si papi beliin sepatu roda, plus topi item dantopiputih.
Selang beberapa taun, ni anak masuk SMP. Cerita sama terulang. Sekarang temen2nya musim roller blade.
Tren baru.
Sementara sore hari, dia masih setia sama sepatu rodanya.
Pas bokapnya pulang dari luar negri dan ngeliat anaknya doang yang pake sepatu roda, si papi malu banget. Gila, rumah gedong, perusahaan banyak, keluar negri terus...eeh anaknya ketinggalan jaman.
Besoknya, di kamar anaknya udah ada sepasang roller blade barudengan note: "Biar kamu nggakmalu".
Malemnya di ruang kerja papinya ada note balesan: "Pi, kok nggak beliin topi item dan topi putih? Aku lebih suka itu."Weleh, si papi pas liat note itu dongkol tambah bingung.
Apaan sih istimewanya topi item dan topi putih? Emang bisa bikin die beken atau nge-tren? Besoknya dan besoknya lagi si papi berkali2 nemuin note itu...hingga dia nggak tahan dan membelikan anaknya topi item dan topi putih untuk kesekian kalinya.
Bener, setelah dapet tu topi, si anak nggak ninggalin note-note buatbokapnya lagi.Pas SMA, yang jaraknya rada jauh, si anak masih ber-bis ria, temen2nya udah ada yang bawa motor en mobil ke sekolahan.
Suatu hari, tumben papinya di rumah, si anak pulang dianterin temennya yang mau ditebengin.Papi malu banget.. Masa cuma untuk anak satu nggak bisa beliin mobil?
Maka ditawarin anaknya. Si anak nolak dengan alasan mobil kurang praktis,l agian pengen topi item topi putih aja. Si bapak nggak terima penolakan.Karna anaknya udah gede, bisa berunding. Hingga tercetus keputusan si anak dibeliin motor plus topi item dan topi putih tentunya. Dan si bapakkesel juga duong... Udah berapa taun dia beberapa kali beliin dua macem topi itu tanpa tau kenapa. Tapi si anak nggak ada keinginan dan kemauan ngasih tau sih.
Hingga tibalah masa kuliah. Karna seneng dan bangga masuk PTN, si anakdikadoin mobil. Sampe beberapa bulan si anak masih naek motoor aja.
Kuliah, pacaran, naek motor aja. Pacarnya juga bingung,kan dia punya mobil? Ditanya sama pacarnya, dijawab, abis papi nggak beliin topi item topi putih. Nggak ngerti anak sendiri sih!
So, pas makan malem bersama, si pacar bilang sama papi, kenapa si om nggakbeliin topi item topi putih. Si papi sebenernya sensitif sama para topi itu..huh..sampe pacar anak gue nyuruh2 jadi dia tanya balik dong kenapa. Si pacar bilang kalo mobilnya nggak akan dipake selama nggak dikasih topi itu juga. Papi bingung dong,di kamar anaknya udah segitu banyak topi item topi putih.
Buat apa sih, pikir papi. Tapi demi gengsi, anak orang lho yang nanya, maka besoknya udah ada topi item topi putih buat anaknya.
Suatu hari anaknya gaul ke Puncak bawa mobil, sama pacarnya. Yah, namanya anak muda, pas lagi di jalan, sipacar nyium dia en dia jadi grogi dan kecelakaan!! !
Segera di bawa ke rumah sakit, si papi juga ditelpon sama rumah sakitnya.
Tabrakannya parah. Mereka berdua nggak ada yang pake seatbelt, yang cewek mati seketika dan si cowok sudah sekarat. Lalu Si papi dateng ke RS.."gimana dok, anak saya?"Dokter (dengan tampang empati penuh duka cita):"Maaf pak, kami tidak dapat berbuat banyak.. sepertinya memang sudah waktunya... sebaiknya bapak manfaatkan waktu terakhir.."Perlahan si bapak masuk, nyamperin anaknya. "Piih, maafin saya..nggak hati2 bawa mobilnya.." si anak juga nangis karna pacarnya nggaktertolong.Si papi nenangin dia...akrablah dua manusia itu beberapa saat. Hingga si papi beranggapan ini saat terakhir utk mereka berdua.
Kemudian si Papi inget rasa penasaran dia tentang kenapa si anak selama ini selalu minta dibeliin topi item dan topi putih."Nak, maafin papi selama ini yang selalu sibuk..kamu jadi kesepian..maafin papi, nak. Nggak sempet jadi orang tua yang baik."Anaknya jawab,"nggak apa-apa pi, saya ngerti kok..Cuma sempet kesel kalo papi punya uang lebih malah beliin yang macem2....saya Cuma minta topi item dan topi putih ajakan ?"Si papi rasa timing-nya tepat nih, lalu dia bertanya "KENAPA SIH KAMUSELALU MINTA TOPI ITEM TOPI PUTIH...ADA APA DENGAN TOPI2 ITU?"(pada penasaran jugakan ..?) Si anak menjawab dengan terpatah2 dan susah banget, habis sudah sekarat … dan masanya sudah hampir sampe..."sebab piiih...saya. .saya.... "**heep...hening seketika*
Kepalanya rebah dan nafasnya hilang. Si anak sudah meninggal sebelum kasih tau ke papinya kenapa dia selalu menginginkan topi hitam dan putih************ *
Nah, si papi yang udah hidup bareng anaknya selama bertahun2 aja g atau kenapa si anak suka sama topi hitam dan putih... apalagi gue yang cuma nyeritain ulang? GIMANA?!! Kesel ga sih?!Tabokin aja yang pertama kali cerita, tapi maapin yang "forward"-inneh cerita...hehehhehe...karena gue juga korban, nih! Nggak enak lho jadi korban sendirian... carilah korban2 selanjutnyaa! !!!..

10 Februari 2008

KEMBARA

MADHA KELANA
BERKELANA
MENGEMBARA DI BELANTARA ASA
MENJELAJAH HATI YANG SUNYI
MENYERUAK JIWA YANG TERKUAK
MENYOBEK KENANGAN YANG TEROBEK

MADHAH KELANA
BERKELANA
MENGEMBARA DIANTARA ASA ...
HATI YANG SUNYI ...
JIWA YANG TERKUAK ...
KENANGAN YANG TEROBEK ...

MADHAH KELANA
TERUS BERKELANA ... MENCARI JATI DIRI ...

09 Februari 2008

SEJARAH H A M

Menjelajahi sejarah Hak Azasi Manusia berarti menelusuri rentang waktu di masa lalu yang cukup panjang. Sebab sejarah tentang Hak Azasi Manusia dapat dianggap hampir sama tuanya dengan keberadaan manusia di dunia. Dikatakan demikian karena Hak Azasi Manusia memiliki sifat yang selalu melekat pada diri setiap manusia, sehingga keberadaannya tidak dapat dipisahkan dari sejarah kehidupan umat manusia.
Hak Azasi Manusia dalam wacana Barat muncul karena Revolusi di Inggris, Perancis dan Amerika Serikat pada abad ke 17 dan ke 18. Itulah sebabnya Revolusi di Inggris, Perancis dan Amerika Serikat dianggap sebagai asal-usul Hak Azasi Manusia. 7
Namun demikian menurut Budiyanto dalam bukunya yang berjudul Dasar-dasar Ilmu Negara dinyatakan bahwa walaupun Revolusi di Inggris, Perancis dan Amerika dianggap sebagai asal-usul Hak Azasi Manusia tidak berarti bahwa Hak Azasi Manusia berasal dari Barat. Selanjutnya dalam buku yang sama dijelaskan bahwa berdasarkan fakta sejarah hakekat Hak Azasi Manusia muncul karena keinsyafan manusia terhadap harkat, derajat dan martabat kemanusiaannya, sebagai akibat tindakan sewenang-wenang dari penguasa, penjajahan, perbudakan, ketidak adilan dan kezaliman (tirani) yang melanda umat manusia. 8
Adapun mengenai sejarah perkembangan Hak Azasi Manusia menurut buku tersebut di atas, dijelaskan sebagai berikut Inggris sering disebut-sebut sebagai negara yang pertama kali di dunia yang memperjuangkan Hak Azasi Manusia. Ketika itu raja Inggris yang bernama John Lackland (1119-1216) memerintah secara sewenang-wenang. Akibatnya timbulah protes dari kalangan bangsawan. Reaksi atas kesewenangan dan kekuasaan raja Inggris tersebut telah melahirkan piagam yang amat terkenal yaitu Magna Charta pada tahun 1215.
Kalau pada tahun 1215 raja berhadapan dengan kaum bangsawan yang melahirkan Magna Charta, maka perselisihan raja Charles I dengan parlemen telah menghasilkan Petition of Right pada tahun 1628. Adapun pemerintahan Charles II mempunyai arti yang sangat penting dalam perkembangan Hak Azasi Manusia yaitu lahirnya Habeas Corpus Act pada tahun 1679. Pada tahun 1689 ketika Willem III berkuasa menjadi raja Inggris (1632 – 1704) lahirlah Bill of Right. John Locke merupakan tokoh pertama yang melahirkan Hak Azasi Manusia atas hak hidup (life), hak kebebasan (liberty), hak milik (property) sebagaimana yang kemudian terlihat dalam Declaration of Independence Amerika Serikat.
Perjuangan Hak Azasi Manusia di Perancis terlihat dalam suatu naskah yang dirumuskan pada awal Revolusi Perancis. Pada tanggal 17 Juni 1789 rakyat Perancis memproklamirkan Assembly Nationale, yaitu Dewan Nasional sebagai perwakilan bangsa Perancis. Tindakan ini mempunyai arti penting, karena Dewan Nasional tadi adalah sidang seluruh rakyat tanpa adanya suatu golongan. Akhirnya masyarakat Perancis mengubah strukturnya dari feodalistis menjadi demokrasi. Pemerintahan lama dihapuskan dan Perancis menyusun pemerintahan baru. Dari negara baru ini lahirlah Declaration des Droits des L’home et du Citoyen. (Pernyataan Hak-hak Azasi Manusia dan Warga Negara) yang diumumkan pada tanggal 27 Agustus 1789. Pernyataan ini merupakan mata rantai penting bagi pertumbuhan hak-hak manusia. 9
Jadi, sepanjang sejarah manusia di dunia ini telah terjadi berbagai peristiwa yang menimpa manusia itu sendiri. Telah tercatat berbagai penderitaan manusia yang disebabkan oleh sikap dan tingkah laku manusia itu sendiri. Penderitaan itu antara lain adalah penderitaan para budak belian dan keturunannya, penderitaan para buruh karena Revolusi Industri, penderitaan bangsa-bangsa terjajah yang sampai saat ini masih terasa sisa-sisanya, serta penderitaan sebagai akibat perang yang berturut-turut melanda dunia yakni Perang Dunia Pertama, Perang Dunia Kedua. Selain itu juga Perang antar Ethnis yang berlangsung sampai saat ini di berbagai kawasan di dunia baik di Eropa maupun di Afrika, perang antar-negara yang dilatar belakangi kepentingan agama, ekonomi maupun politik dan lain lain 10.
Peristiwa-peristiwa tersebut telah mengakibatkan terinjak-injaknya harkat dan martabat manusia. Hak-hak manusia jauh dari perhatian, bahkan tidak sedikit yang terampas dan tertindas.
Bercermin dari berbagai peristiwa sejarah inilah timbul kesadaran betapa tidak dihargainya martabat manusia dalam kancah perbenturan berbagai kepentingan dan kekuasaan dunia.
Kesadaran tersebut telah menimbulkan niat dan tekad untuk menghentikan segala tindakan tercela yang tidak berperi-kemanusiaan, yaitu penghisapan manusia terhadap manusia (exploitation de l’homme), manusia merupakan serigala bagi manusia lain, perang semua lawan semua (homo homini lupus, bellum omnium centra omnes) serta untuk mengamankan generasi selanjutnya dari kesengsaraan yang disebabkan oleh manusia itu sendiri, maka tercetuslah suatu gagasan untuk menentukan atau menyatakan sikap bersama tentang perlunya martabat manusia di dunia ini dijunjung tinggi sepanjang masa, dalam bentuk suatu deklarasi yang disepakati oleh bangsa-bangsa di dunia yaitu Declaration of Human Right (Naskah Pengakuan Hak-hak Azasi Manusia). 11
Naskah Pengakuan Hak-hak Azasi Manusia (Declaration of Human Right) ini diakui dan disetujui oleh PBB pada tanggal 10 Desember 1948. Itulah sebabnya setiap tanggal 10 Desember diperingati sebagai hari Hak Azasi Manusia (HAM) 12.
7 Budiyanto, op.cit., h. 60
8 Ibid.
9 Ibid., h. 56-58
10 Tubagus Haryono, Konsepsi HAM dalam Ideologi Pancasila, (Jakarta : HANKAM, 1995), h.15
11 Ibid., h. 14
12 Hadi Setia, PBB dan HAM, (Jakarta : Hawarindo, 2000), h. 1-3

CORAK TAFSIR HAMKA

Tafsir al-Azhar ditulis oleh HAMKA ketika beliau berada dalam penjara karena tuduhan ikut terlibat menyelenggarakan rapat gelap untuk percobaan pembunuhan terhadap Presiden Soekarno. Metode tafsir yang digunakannya adalah kombinasi dari metode tafsir Tahlili dengan metode tafsir Ijmali.
Tafsir Al-azhar ini terdiri dari tiga puluh jilid buku yang terdiri dari tiga puluh juz. Secara keseluruhan ditulis berurutan dari juz satu sampai dengan juz tiga puluh.
Setiap jilid buku yang ditulis itu, HAMKA selalu memberi sajian awalnya dengan Daftar Isi kemudian Pendahuluan. Khusus untuk juz tiga puluh, HAMKA memberikan sajian awalnya dengan memberikan Kata Pengantar, baru kemudian Daftar Isi dan Pendahuluan. Daftar isinya itu merupakan judul-judul pembahasan. Sedangkan Pendahuluannya adalah kesimpulan dari ayat-ayat yang akan ditafsirkan.
Setiap pembahasan ayat-ayatnya HAMKA membuat suatu pola atau acuan penafsiran dengan sistematika awalnya selalu dilengkapi nama surat serta tempat turunnya ayat, dalam tulisan dan bahasa Indonesia. Kemudian di bawahnya dituliskan bunyi ayat-ayatnya dalam bentuk tulisan Arab berikut artinya dalam bahasa Indonesia.
Penafsiran terhadap ayat-ayatnya itu HAMKA sangat memperhatikan urutan dan rangkaian ayat-ayatnya, yakni dari satu ayat ke ayat berikutnya. Di dalam memberikan pembahasannya HAMKA mengutip sebagian pendapat ulama yang dianggap relevan. Selain itu pada umumnya adalah hasil pemikiran HAMKA sendiri.
HAMKA dalam menafsirkan ayat-ayatnya tampak sangat peduli terhadap konteks dan kondisi zaman. Selain itu HAMKA berupaya menggali petunjuk al-Qur’an mengenai persoalan-persoalan kontemporer yang dihadapi umat Islam ketika buku tafsir itu disusun.
Corak ini menitik beratkan penjelasan ayat-ayat Al-Qur’an yang dibahasnya itu pada segi ketelitian susunan kata atau redaksi bahasanya, kemudian kandungannya dalam suatu susunan kata yang sederhana dan enak untuk dibaca. Namun demikian tetap menonjolkan aspek ajaran al-Qur’an bagi kehidupan serta menghubungkan pengertian ayat-ayat yang dibahasnya itu dengan sunatullah yang berlaku dalam masyarakat.
Tidak lupa HAMKA melengkapinya dengan asbabun nuzul yang menjadi latar belakang atau sebab turunnya ayat. Selain itu HAMKA juga menyajikan munasabah terhadap ayat-ayat yang ditafsirkannya.
Karena susunan kata dan rangkaian kalimatnya yang sederhana, maka Tafsir al-Azhar sangat mudah dimengerti dan dipahami oleh siapapun pembacanya. Itulah sebabnya Tafsir al-Azhar ini sangat menarik untuk dibaca berulang-ulang.
Jika kita telah membacanya berulang-ulang, maka semakin lama semakin kita sadari bahwa tafsir ini bermaksud memahami pernyataan-pernyataan al-Qur’an sehingga bisa membawa kepada perbuatan dalam rangka merealisasikan misi al-Qur’an sebagai hudan wa rahmatan.
Ada hal yang menarik dari Tafsir Al-Azhar ini, yaitu bahwa Tafsir Al-Azhar berawal dari ceramah-ceramah di depan umum dan kemudian dirumuskan dalam bentuk tulisan. Karenanya tidaklah mengherankan jika muatan tafsir ini bersifat komunikatif dan memiliki kaitan yang sangat dekat dengan kebutuhan masyarakat yang menjadi sasaran ceramah tafsir tersebut.
Sebagai seorang yang memiliki banyak pengalaman di berbagai bidang, HAMKA memang pandai membaca situasi dan kondisi. Karena itulah tidak mengherankan pula jika muatan tafsirnya sangat memperhatikan situasi dan kondisi yang terjadi ketika itu. Dengan demikian tafsir ini memang tepat dipergunakan sebagai salah satu rujukan dalam upaya mendaya gunakan al-Qur’an.

BIOGRAFI HAMKA, SALAH SEORANG ISNPIRATORKU

Penjelasan tenyang biografi diambil dari Ensiklopedi Oxford Dunia Islam Modern. HAMKA akronim dari Haji Abdullah Malik Karim Amrullah adalah seorang ulama dan penulis Islam Indonesia. Beliau lahir di desa kecil Sungai Batang, Maninjau, Sumatera Barat, pada tanggal 17 Pebruari 1908 dan wafat tanggal 24 Juli 1981 di Jakarta. Ibunya dari keluarga bangsawan. Ayahnya adalah seorang dokter yang bernama Haji Abdul Karim Amrullah alias Haji Rasul. Haji Rasul ini pernah belajar agama selama sepuluh tahun di Mekah dan dia berasal dari keluarga ulama. Kakek HAMKA bernama Amrullah, adalah seorang ulama terkenal di Minangkabau, Sumatera Barat.
Dalam usia enam tahun HAMKA dibawa ayahnya ke Padang Panjang dan memulai pendidikan formalnya di “Sekolah Diniyah” di sana, yaitu sekolah keagamaan pertama yang menggunakan sistem pendidikan modern. Malamnya HAMKA belajar mengaji Al-Qur’an pada ayahnya sendiri sampai tamat
Pada tahun 1922, HAMKA pindah sekolah ke Parabek, Bukitinggi kemudian tahun 1924 pergi ke Jawa. Di Jawa beliau mendapat kesempatan mengikuti kuliah-kuliah umum yang diberikan oleh pemimpin-pemimpin muslim terkemuka yaitu H.O.S. Tjokroaminoto, R.M. Soerjopranoto. Dari beliau-beliau itulah HAMKA mulai mempelajari pergerakan-pergerakan Islam yang waktu itu sedang bergelora.
Tahun 1925, HAMKA pulang ke Padang Panjang. Waktu itulah timbul bakatnya sebagai pengarang dan mulailah beliau mengarang. Buku pertama yang dikarangnya berjudul Chatibul Ummah. Sejak saat itu beliau memasuki dunia jurnalisme dengan mengirim artikel-artikelnya ke harian “Hindia Belanda” yang dieditori Haji Agus Salim. Di Padang Panjang, beliau mendirikan jurnal Muhammadiyah pertama yang diberi nama “Chatibul Ummah”. Dari sinilah beliau mulai berkarir sebagai penulis dan mengadopsi nama HAMKA.
Pada tahun 1927 HAMKA menunaikan ibadah haji yang pertama kali. Pengenalan singkat namun intensif pada dunia Arab tidak hanya meningkatkan kemampuan bahasanya, tetapi juga membuatnya mengenal khasanah sastera Arab. Pengalaman naik haji ini memberi ilham yang sangat kuat bagi HAMKA yang nantinya dituangkan dalam romannya yang pertama yang berjudul Di bawah Lindungan Ka’bah.
Selama di Mekah itu HAMKA juga bekerja sebagai responden dari harian Pelita Andalas di Medan. Pulang dari sana beliau menulis di majalah Seruan Islam Tanjung Pura (Langkat) dan membantu Bintang Islam serta Suara Muhammadiyah Yogyakarta.
Pada tahun 1928 terbitlah buku ceriteranya dalam bahasa Minang, Si Sabariah. Ketika itu beliau memimpin majalah Kemauan Zaman yang terbit hanya beberapa nomor saja.
Pada tahun 1928 ini juga terbit buku-buku : Agama dan Perempuan, Pembela Islam, Ringkasan Tarich umat Islam, Adat Minangkabau dan Agama Islam, Kepentingan Tabligh, Ayat-ayat Mi’raj dan beberapa yang lain.Tahun 1928 ini juga beliau menjadi peserta muktamar Muhammadiyah di Solo.
Aktivitasnya di Muhammadiyah membawanya ke Makasar (1932-1934) sebagai pengajar. Di sini, diterbitkannya majalah Al-Madhi. Perkenalan HAMKA dengan adat Bugis, Makasar memberinya bahan ceritera yang kemudian disusunnya dengan indah dalam romannya yang kedua yang berjudul Tenggelamnya Kapal Van Der Wijk. Tahun itu juga beliau pergi ke Medan. Pengalamannya ini kemudian oleh beliau dituangkan dalam novelnya yang berjudul Merantau ke Deli.
Tahun 1932 menjadi mubaliq Muhammadiyah. Tahun 1934 menjadi Majelis Konsul Muhammadiyah. Tahun 1936, bersama kawan-kawannya HAMKA menerbitkan mingguan Islam yang mencapai puncak kejayannya sebelum perang dan beliau menjadi memimpinnya yaitu majalah Pedoman Masyarakat di Medan. Melalui majalah tersebut terbit karangan-karangannya baik mengenai agama, filsafat, tasawuf, ceritera pendek, novel mapun roman.
HAMKA menjadi pemimpin Muhammadiyah di Sumatera Timur pada tahun 1942. Pada tahun 1945-1949 beliau tinggal di Sumatera Barat.
Pada tahun 1946 berlangsung muktamar Muhammadiyah di Padang Panjang. Beliau terpilih sebagai ketuanya. Namun pada tahun 1947 terjadi agresi militer pertama yang menyebabkan walikota Padang Bagindo Azis Chan wafat ditembak Belanda, sehingga bangkitlah perlawanan bersenjata. Untuk keperluan perlawanan ini didirikanlah suatu badan yang dikenal dengan nama FPN (Forum Pertahanan Nasional) dan HAMKA dipercaya sebagai ketua sekretariatnya.
Pada tahun 1949 HAMKA pindah ke Jakarta, di mana nantinya setelah 25 (dua puluh lima) tahun di Jakarta, tercatat tidak kurang dari 60 (enam puluh) buku ditulisnya.
Pada tahun 1950 beliau memulai karirnya sebagai pegawai negeri di Departemen Agama. Dalam tahun itu pula beliau menunaikan ibadah haji yang ke dua. Dalam kesempatan tersebut beliau bertemu dengan pengarang-pengarang Mesir, antara lain adalah Thaha Husein dan Fikri Abadah. Karena beliau sangat menguasai bahasa Arab, maka beliau mampu membaca secara luas literatur Arab.
Tahun 1952 beliau berkunjung ke Amerika Serikat. Kemudian pada tahun 1953 beliau menjadi anggota Pimpinan Pusat Muhammadiyah.
Tahun 1955, setelah berlangsung Pemilihan Umum, HAMKA terpilih sebagai anggota Majelis Konstituante mewakili partai politik Islam Masyumi. Tahun 1958 menjadi delegasi Indonesia untuk simposium Islam di Lahore.
Tahun 1958 ini pula beliau diundang oleh pemerintah Mesir dan beliau mendapat gelar kehormatan dari Universitas al-Azhar, Cairo (1958) dan Universitas Kebangsaan di Kuala Lumpur (1974).
Tahun 1959 beliau memimpin majalah tengah bulanan Panji Masyarakat, adalah majalah pengetahuan dan budaya Islam.
Majalah ini dihentikan penerbitannya tahun 1960 karena memuat tulisan Dr. Moh. Hatta, Demokrasi kita.
Tahun 1960 HAMKA turut mendirikan majalah Gema Islam. Majalah ini merupakan majalah pengetahuan dan budaya Islam. Dalam majalah inilah ceramah-ceramah HAMKA mengenai tafsir al-Qur’an di masjid al-Azhar - yang nantinya tersusun suatu buku – dimuat secara berkala. Pada tahun itu pula beliau terpilih menjadi Imam Besar Masjid al-Azhar.
Pada masa Demokrasi Terpimpin dibawah pemerintahan Presiden Soekarno, HAMKA dituduh terlibat ikut menyelenggarakan rapat gelap untuk melakukan percobaan pembunuhan terhadap Presiden Soekarno. Ini adalah tuduhan palsu. Karena tuduhan palsu tersebut, HAMKA ditahan dan dijebloskannya ke penjara pada tahun 1964.
Selama 20 bulan berada di tahanan (penjara), beliau menyusun naskah “Tafsir al-Azhar” sebanyak tiga puluh jilid. Setelah kejatuhan Soekarno, beliau dibebaskan dan kembali menjadi Imam Besar Masjid al-Azhar yang memiliki sekolah dasar dan menengah.
Dengan keahliannya sebagai sasterawan, beliau pernah diangkat oleh pemerintah sebagai anggota Badan Pertimbangan Kebudayaan dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Beliau juga pernah menjabat sebagai dosen luar biasa pada Perguruan Tinggi Islam dan Universitas Islam di Makasar. Beliau pun pernah pula menjadi penasehat pada Kementerian Agama.
Tahun 1975, beliau menjadi Ketua MUI (Majelis Ulama Indonesia) dan terpilih kembali pada tahun 1980. Pada tahun yang sama, beliau mendapat kehormatan dari harian Berita Buana sebagai “Tokoh Tahun ini”. Beliau juga mendapat gelar “Bapak Spiritual” dari sebagian besar orang-orang Cina yang baru masuk Islam.
Karena ketekunannya di dalam mengkaji sejarah, HAMKA tidak saja menghidupkan masa lalu yang terlupakan, akan tetapi juga tidak pernah gagal menemukan pesan-pesan moral sejarah untuk masa kini. Karya-karyanya memperlihatkan kepeduliannya terhadap penderitaan orang-orang pada lapisan bawah.

HAM DALAM DIRI

Sejarah tidak dapat dipisahkan dari hidup manusia, sebab ia merupakan rangkaian tak terpisahkan dari hidup itu sendiri. Sejarah merupakan mata rantai dari kehidupan sebelumnya, sekarang dan akan datang. Demikian pula dengan sejarah kehidupan bangsa Indonesia.
Bangsa Indonesia yang terdiri atas lebih dari 300 suku bangsa atau ethnis yang mempunyai karakteristik masing-masing dalam hal kepercayaan dan agama serta kebudayaan itu dalam beberapa kurun waktu lampau dapat hidup berdampingan secara harmonis. Mereka saling menghormati hak-hak azasi masing-masing, sehingga dapat menjalani hidupnya jauh dari permusuhan dan prasangka-prasangka buruk.[1] Itulah sebabnya para pendiri negeri kita tercinta ini merumuskan konsep “Bhinneka Tunggal Ika” sebagai semboyan negara. 2
Namun kini, jika kita membaca di media cetak ataupun mendengarkan berita-berita dari media elektronik, terdapat berita-berita yang membawa kengerian sangat dalam di lubuk hati kita. Sebab, di beberapa daerah di wilayah negeri tercinta ini sedang koyak moyak dilanda keprihatinan dengan ketidak pastian kehidupan yang terasa semakin hari semakin gersang 3. Sementara krisis ekonomi belum mau beranjak meninggalkan kita.
Keprihatinan ini semakin memilukan ketika diduga bahwa faktor-faktor yang dijadikan pemicu adalah pelanggaran Hak Azasi Manusia yang pada akhirnya melahirkan berbagai benturan dan konflik.
Sering juga kita menjumpai bahwa keyakinan agama menimbulkan sikap egois dan cenderung kepada pelangggaran Hak Azasi Manusia. Loyalitas agama hanya menyatukan beberapa orang yang tertentu dan memisahkan yang lainnya. Oknum-oknum tertentu menjadikan masalah agama dan ethnis sebagai pembenaran untuk melakukan pelanggaran hak-hak azasi manusia.
Kasus Aceh, Ambon, Banyuwangi, Cipayung, Ciracas, Kalimantan Barat, Ketapang, Kupang, Maluku Utara, peledakan bom di Katedral-Jakarta, peledakan bom di Legian – Bali, peledakan bom di Masjid Istiqlal, kasus Poso, Tanjung Priok (yang lebih tepat disebut “Priok Massacre”) dan tempat-tempat lain sebenarnya merupakan pelanggaran Hak Azasi Manusia (HAM) berat. 4
Kondisi ini mestinya menyadarkan kita, bahwa fenomena-fenomena yang tengah kita hadapi ini akan terus berlangsung dan akan bertambah parah cenderung ke kondisi yang serba kelabu dan kemungkinan akan terjadi semakin terpuruk berkepanjangan jika tidak segera diatasi.
Persoalannya bukanlah masalah superioritas, akan tetapi hal terpenting adalah apakah umat Islam sebagai penduduk terbesar bangsa ini memiliki kesamaan pemahaman yang kualitatif terhadap ayat-ayat al-Qur’an dalam segala konsep dan ajaran-ajarannya. Termasuk di dalamnya ajaran-ajaran yang mengandung tata nilai perlindungan dan penegakan Hak Azasi Manusia. Sebab, kenyataannya telah menunjukkan bahwa di antara umat Islam itu sendiri terpecah belah.
Ada sebagian umat Islam terlihat begitu gigih meneriakkan kata-kata hak-hak azasi manusia seolah-olah merekalah pembela hak-hak azasi manusia terdepan. Sebagian yang lain begitu acuh sehingga asing dengan kata Hak Azasi Manusia. Mereka juga tidak peduli apakah Hak Azasi Manusia dilaksanakan atau tidak. Sebagian lagi malah justru giat melanggar dan menginjak-injak Hak Azasi Manusia. Sebagian umat Islam yang lain tidak begitu tahu apa Hak Azasi Manusia itu. Tidak heran jika Hak Azasi Manusia mereka dilanggarpun, mereka hanya pasrah atau tak tahu harus berbuat apa. 5
Padahal Hak Azasi Manusia adalah suatu fenomena yang mustahil dihindari. Sebab Hak Azasi Manusia merupakan sesuatu yang fundamental, yang melekat pada setiap manusia.
Hal ini mestinya disadari dan dipahami oleh setiap umat Islam, bahwa baik konsep, ajaran maupun dalam praktek, Islam meletakkan dasar-dasar dan ajaran-ajaran yang mengandung tata nilai universal dan abadi. Tata nilai yang universal dan abadi itu adalah perlindungan dan penegakan terhadap hak hak azasi manusia. Hak-hak azasi manusia itu antara lain adalah hak azasi manusia dalam beragama.
Islam, juga memiliki kelenturan untuk menampung keaneka-ragaman dalam kehidupan. Itu pula sebabnya dalam penerapan hak azasi manusia dalam beragama, Islam menghendaki umatnya di manapun dia berada dan pada zaman kapanpun agar dalam berinteraksi sosial memperhatikan dan menegakkan tata nilai perlindungan hak-hak azasi manusia dalam kehidupan beragama.
Ayat al-Qur’an yang mengandung tata nilai perlindungan dan penegakan Hak Azasi Manusia Beragama tercermin dalam Q.S. al-Kafirun (109) ayat 6, yaitu :
لَكُمْ دِ يْنُكُمْ وَ لِىَ دِ يْن ِ

(…“Untukmulah agamamu dan untukkulah agamaku”)
Selain ayat tersebut di atas penyusun menemukan pula 3 (tiga) ayat yang mempunyai tema sama, yaitu Q.S. al-Baqarah (2) ayat 256, Q.S. al-Kahfi (18) ayat 29 dan Q.S. asy-Syuura (42) ayat 15.
Terhadap Q.S. al-Kafirun ayat 6 itu , HAMKA dalam tafsirnya “Tafsir al-Azhar” menafsirkan sebagai ayat yang memberikan pedoman tegas bagi umat Islam bahwa aqidah Islam tidak dapat dikompromikan dengan aqidah agama lain. Menurut HAMKA bahwa aqidah Islam tidak mengenal sinkretisme atau penyesuaian.
Dengan demikian pengamalan masing-masing agama sepenuhnya diarahkan kepada penganut masing-masing agama itu sendiri 6, sehingga tidak ada alasan bagi masing-masing penganut agama untuk saling mengganggu, menyerang atau melakukan perbuatan apa saja yang mengarah kepada kerusakan yang dapat menimbulkan kerugian dan penyesalan.
[1] Daniel , Sosiologi kelas III untuk SMU, (Jakarta : Galaxy Puspa Mega, 1996), h. 23 dan Sosial dan Agama, Republika, (Jakarta), 28 Pebruari 2003, h. 27
2 GBHN, (Jakarta : Simplek, 1993), h.72
3 Imam B. Prasojo, “Analisis”, Jawa Pos (Surabaya), 20 Desember 2001, h. 3
4 Sonny, “Potret Konflik Poso”, Jawa Pos, (Surabaya), 20 Desember 2001, h. 4 dan Maluku Hari ini, Buletin, (Jakarta), 7 Maret 2001, h. 4 dan Achmad Satori, “Teror dalam Pandangan Islam”, Tafakkur” (Jakarta), V, 208 (Oktober, 2002), 1-4
5 Munawir Sjadzali, Bunga Rampai Wawasan Islam Dewasa ini, ( Jakarta : UI Press, 1994), h. 24.
6 HAMKA, Tafsir al-Azhar, (Surabaya : Yay. Latimojong, 1984), h. 262

ARTI ORGANISASI BAGI KEGIATAN PENDIDIKAN FORMAL

Kebutuhan manusia itu bermacam-macam. Ada kebutuhan yang bersifat Kebendaan , misalnya : Kebutuhan Sandang (Pakaian), Kebutuhan Pangan, Kebutuhan Papan (Tempat Tinggal), dan lain-lain.
Ada juga kebutuhan yang bersifat Kerukhanian, misalnya : Pergaulan, Kasih Sayang, Keamanan, Pendidikan , dan lain-lain.
Perihal Pendidikan ini telah difirmankan Allah SWT dalam :
Q.S. al-“Alaq (96) : 1- 5 :
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang Menciptakan (1)
“Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah”(2)
“Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah” (3)
“Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan Kalam” (4)
“Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya” (5) [1]

Apabila kita membaca ayat di atas, maka dapatlah dipahami betapa utamanya dan pentingnya Pendidikan itu.
Perintah untuk “membaca” dalam ayat di atas merupakan perintah kepada seluruh umatnya.
“Membaca” adalah sarana untuk belajar dan kuncinya adalah ilmu pengetahuan, baik secara etimologis berupa membaca huruf-huruf yang tertulis dalam buku-buku, maupun terminologis, yakni membaca dalam arti yang lebih luas.
Maksudnya, membaca alam semesta (ayatul – kaun).
Seperti diungkapkan dalam sebuah syair : [2]

Bacalah isyarat alam semesta yang diciptakan untukmu
Niscaya akan kamu dapatkan.
Sesungguhnya selain Allah adalah batil [3]

Kata “Kalam” disebut dalam ayat di atas, lebih memperjelas makna hakiki membaca, yaitu sebagai alat belajar.
Kemudian di dalam Q.S. al-Qalam : 1 :
“Nuun, Demi Kalam dan apa yang mereka tulis”, mengisyaratkan Bahwa Allah SWT bersumpah dengan kata yang amat penting itu, yaitu “Kalam”. Dengannya, Ilmu dapat ditransfer dari individu ke individu, dari generasi ke generasi, atau dari umat ke umat yang lain. [4]
Untuk mewujudkannya itu manusia dituntut menciptakan sesuatu yang dinamis, efektif, dan dapat mengantarkannya pada kebahagiaan hidup di dunia dan kebahagiaan hidup di akherat. Cara mewujudkannya itu tentunya dapat dilakukan melalui Pendidikan.
Salah satu sarana dan prasarana yang dapat menunjang kelancaran pelaksanaan Pendidikan adalah suatu lembaga resmi yang telah terorganisir secara teratur, konsisten dan sistematis, yaitu suatu Organisasi Formal.
Organisasi Formal yang bergerak di dalam Pendidikan lazim disebut dengan Sekolah.
Dalam buku yang disusun oleh Sutarto yang berjudul “Dasar-Dasar Organisasi”, Herbert G. Hicks menyatakan bahwa ada pembedaan organisasi menurut Dasar Tingkat Kepastian Struktur.
Pembedaan organisasi menurut Dasar Tingkat Kepastian Struktur,[5] yaitu :

Organisasi Formal
Ciri-ciri Organisasi Formal, sebagai berikut :
Mempunyai struktur yang dinyatakan dengan baik yang dapat menggambarkan hubungan-hubungan, diantaranya adalah wewenang, kekuasaan, akuntabilitas, dan tanggung jawab.
Mempunyai perincian pekerjaan yang jelas bagi tiap-tiap anggota.
Ada kerja sama dan aturan-aturan yang jelas dan tersusun rapi.
Jenjang tujuan organisasi formal dinyatakan dengan tegas dan dikontrol secara baik.
Organisasi formal tahan lama dan terencana.
Organisasi Formal terdiri dari beberapa unsur yang tersebut di atas tidak dapat dipisahkan, saling berkaitan.

Organisasi Informal
Ciri-ciri Organisasi Informal, sebagai berikut :
Disusun secara bebas, fleksibel, tak pasti, dan spontan.

Dari uraian di atas dapatlah diambil suatu kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan Organisasi Formal adalah suatu sistem mengenai segala aktivitas kerjasama yang teratur dan efektif untuk mewujudkan atau mencapai tujuan yang diinginkan, di bawah suatu kepemimpinan bersama dengan alat-alat yang tepat.
Sedangkan yang dimaksud dengan Organisasi Informal adalah segala aktivitas yang keanggotaannya bebas, fleksibel dan tak pasti.
Dalam buku yang sama dengan yang telah disebutkan di atas, Sutarto menjelaskan bahwa pengertian Organisasi Formal adalah rangkaian aktivitas menyusun suatu kerangka yang menjadi wadah bagi segenap kegiatan dengan jalan membagi dan mengelompokkan pekerjaan-pekerjaan yang harus dilaksanakan, serta menetapkan dan menyusun jalinan hubungan kerja.[6]
Sebagai Organisasi Formal, Sekolah harus dilengkapi dengan berbagai sarana yang diwujudkan dalam bentuk Gedung Sekolah, Sarana dan Prasarana, Perlengkapan Belajar-Mengajar, Proses atau Kegiatan Belajar-Mengajar, Materi Belajar-Mengajar, Guru-Guru, Siswa-Siswa, Pimpinan Sekolah (Kepala Sekolah), Kurikulum Sekolah, dan segala sesuatu yang menunjang keberlangsungan sekolah.
Untuk merealisasikan terselenggaranya “Kegiatan Pendidikan Formal”, maka diperlukan suatu Organisasi Formal yang berupa Sekolah. Organisasi Formal dalam bentuk Sekolah Formal sangatlah diperlukan dalam rangka pengembangan nalar serta penataan perilaku serta emosi manusia.
Dalam sejarah perkembangan Islam, kita akan menemukan bagaimana kaum intelektual Islam memberikan perhatian besar terhadap terselenggarakannya Organisasi Formal untuk mewujudkan pelaksanaan Kegiatan Pendidikan Formal.
Organisasi Formal yang dimaksud adalah Sekolah-Sekolah Formal, dimana di dalamnya terdapat komponen-komponen Sekolah sebagaimana telah disebutkan di atas.
Sekolah-sekolah formal yang didirikan kaum intelektual Islam itu merupakan Sekolah-Sekolah yang tetap berpegang teguh pada tujuan fundamental.
Tujuan fundamental manusia dalam kehidupan ini sangatlah penting. Oleh karena itu menurut Islam Lembaga Pendidikan atau Sekolah yang didirikan haruslah memiliki tujuan yang sama dengan tujuan penciptan manusia, yaitu merealisasikan pendidikan Islam demi terwujudnya ketaatan kepada Allah SWT, sebagai refleksi penghambaan manusia kepada Allah SWT secara individual maupun secara sosial.[7]
Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT di dalam ;
Q.S. adz-Dzariat (51) : 56 :
“Dan Aku tidak menciptakan Jin dan Manusia melainkan supaya untuk beribadah kepada-KU” [8]

Dengan demikian, maka arti Organisasi Formal ( dalam hal ini adalah Sekolah) bagi Kegiatan Pendidikan Formal adalah berkiprahnya individu-individu yang bertanggung jawab pada tujuan pendidikan, sehingga di sana akan tercipta sebuah komunitas yang harmonis yang memberikan berbagai kemanfaatan, baik itu dalam bidang sosial, ekonomi, keamanan, maupun demokrasi. [9]
Oleh karena itulah Organisasi Sekolah mempunyai banyak fungsi, diantara nya adalah sebagai media atau wadah untuk merealisasikan pendidikan berdasarkan tujuan pemikiran, aqidah, dan syariat Islam demi terwujudnya penghambaan diri kepada Allah SWT serta sikap meng-Esakan Allah SWT dan mengembangkan segala bakat atau potensi manusia sesuai fitrahnya sehingga menusia terhindar dari berbagai penyimpangan. [10]

[1] Yassin, H, B, “Bacaan Mulia”, (Jakarta : Djambatan, 1978), 870.
[2] Shihab, M, Quraish, “Wawasan al-Qur’an”, (Bandung : Mizan , 2000), 6.
[3] Qardhawi, Yusuf, “Al-Qur’an Berbicara tentang Akal dan Ilmu Pengetahuan”, (Jakarta : Gema Insani, 1999), 236.
[4] Shihab, M, Quraish, Op.Cit, 436.
[5] Sutarto, “Dasar-Dasar Organisasi”, (Yogjakarta : Gajah Mada, 1992), 6-8.
[6] Sutarto, Ibid, 21-36.
[7] An-Nahlawi, Abdurarrahman, “Pendidikan Islam di Rumah, Sekolah dan Masyarakat”, (Jakarta : Gema Insani, 1995), 117.
[8] Jassin, H, B, Op.Cit, 733.
[9] An-Nahlawi, Adurrahman, Op.Cit, 146.
[10] An-Nahlawi, Abdurrahman, Ibid, 152-162.

Manusia, menurut al-Qur’an memiliki potensi untuk meraih ilmu dan mengembangkannya dengan seizin Allah SWT.
Karena itu bertebaran ayat-ayat yang memerintahkan manusia menempuh berbagai cara untuk mewujudkan hal tersebut. Berkali-kali pula al-Qur’an menunjukkan betapa tinggi kedudukan orang-orang yang berpengetahuan, sebagaimanan difirmankan Allah dalam :
Q.S. al-Mujadilah (58) : 11 :
“Hai orang-orang yang beriman ! Bila dikatakan kepadamu :’Berilah ruang dalam persidangan”, maka berilah ruang dan Allah SWT akan memebrimu ruang. Dan bila dikatakan kepadamu :’Berdirilah’, maka berdirilah kamu. Allah SWT akan menaikkan derajat orang yang beriman. Dan yang diberi pengetahuan diantara kamu. Dan Allah SWT tahu benar apa yang kamu lakukan”. [1]
Hal ini menunjukkan bahwa al-Qur’an menganggap ilmu sebagai kehidupan dan cahaya. Sedangkan kebodohan merupakan kematian dan kegelapan.[2]
Menurut pandangan al-Qur’an, sebagaimana telah diisyaratkan oleh wahyu pertama, ilmu terdiri dari dua macam.
Pertama ilmu yang diperoleh tanpa upaya manusia, dinamai “ilmu iladunni”, seperti diinformasikan Allah SWT, antara lain dalam
Q.S. al-Kahfi (18) : 65 :
“Lalu mereka (Musa dan muridnya) bertemu dengan seseorang hamba dari hamba-hamba Kami, yang telah Kami anugerahkan kepadanya rakhmat dari sisi Kami dan telah Kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami”. [3]
Kedua adalah ilmu yang diperoleh karena usaha manusia, dinamai “ilmu kasbi”. Hal ini tergambar dari perintah Allah SWT yang memerintahkan manusia untuk berpikir tentang alam raya, dan sebagainya dengan menggunakan sarana mata, telinga dan pikirannya.
Perintah Allah SWT itu difirmankan dalam :
Q.S. Yunus (10) : 101 :
“Perhatikanlah apa yang telah terdapat di langit dan di bumi. Akan tetapi tiada berguna ayat-ayat maupun peringatan bagi kaum yang tiada beriman”.[4]

Oleh karena itulah maka Lembaga Pendidikan Formal ( Sekolah) harus diorganisir secara teratur, konsisten dan sistematis, sebab apabila tidak diorganisisr maka pendidikan yang dilaksanakan tidak tercapai atau akan mengalami kegagalan.
Sebagai Lembaga Pendidikan Formal, Sekolah memiliki banyak fungsi, antara lain adalah sebagai berikut :
Sebagai penyederhanaan dan penyimpulan
Pada dasarnya kemerosotan moral (dekadensi moral), tersebarnya materialisme, dan berlomba-lombanya manusia dalam mencari keuntungan yang sejalan dengan lajunya arus komunikasi dan migrasi penduduk merupakan kondisi yang harus diwaspadai.
Ketika siswa bersinggungan langsung dengan kondisi tersebut, guru dituntut memberikan pemahaman yang sederhana , sehingga mereka mampu memahami suasana dunia baru tanpa perasaan takut, gamang, silau, atau kekaguman yang berlebihan.
Dalam praktiknya, penyederhanaan pemahaman itu membutuhkan penerapan ilmu pengetahuan tentang berbagai hal yang kemudian disarikan dalam bentuk hukum, kaidah, atau prinsip-prinsip yang mudah dipahami siswa-siswa. Melalui sarana itu siswa-siswa diharapkan mampu menyeleksi setiap pengaruh luar serta memanfaatkannya dalam komunikasi dengan sesame manusia dan bersyukur kepada Allah SWT. [5]

Sebagai pensucian dan pembersihan
Ilmu pengetahuan dan konsep akidah berpindah dari satu generasi ke generasi selanjutnya.
Oleh karena itu wajarlah apabila sejalan dengan perkembangan umat manusia, sedikit demi sedikit, pengetahuan dan konsep akidah itu bergeser dari yang semestinya.
Dalam hal ini tugas lembaga pendidikan, yaitu Sekolah, adalah menyaring buku-buku yang dijadikan referensi untuk siswa.
Sekolah harus berpegang teguh pada niat untuk membersihkan dan mensucikan akidah siswa-siswa dari berbagai kotoran. [6]

Fungsi ini merupakan bagian terpenting dalam penentuan karakteristik pendidikan Islam yang didasarkan pada pertimbangan menurut :
v Q.S. asy-Syam (91) : 8 :
“Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketaqwaan”.[7]

v Q.S. al-Isra’ (17) : 36 :
“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungjawabannya”.[8]

v Menurut Sabda Rasulullah :
“Cukuplah seorang dikatakan berdusta jika dia menceriterakan segala hal yang dia dengar”[9].

Sebagai sarana memperluas wawasan dan pengalaman siswa melalui transfer tradisi
Sekolah, tidak cukup hanya mengembangkan perolehan pengalaman-pengalaman siswa melalui peniruan atau pemaksaan atas kondisi tertentu. Lebih dari itu, Sekolah harus mampu mengupayakan perolehan pengalaman melalui pengalaman generasi-generasi terdahulu. Islam, mendefinisikannya sebagai menghidupkan kembali tradisi, warisan bahasa, atau transfer potensi, baik potensi intelektual, konsep-konsep keagamaan, atau kitab-kitab samawi dari generasi salaf ke generasi khalaf. Warisan itu merupakan buah kreasi, peradaban, penelitian, dan eksplorasi kaum salaf. [10]

Untuk itu, Allah SWT telah berfirman dalam :
v Q.S. al-‘Araf (7) : 169 :
“Sesudah mereka menyusul keturunan (lain) yang mewarisi al-Kitab. Tapi mereka mengambil harta duniawi. Katanya : “Kami akan memberi ampunan. Dan Jika dating (sekali lagi) harta semacam itu, Mereka akan mengambilnya (pula). Tiadakah mereka terikat perjanjian dalam al-Kitab, bahwa mereka tiada mengatakan sesuatu tentang Allah SWT kecuali kebenaran. Dan mempelajari apa yang terkandung di dalamnya. Tetapi kampong akherat lebih baik bagi orang yang taqwa. Maka tiadakah kamu mengerti juga ?” [11]

v Q.S. al-Fathir (35) : 32 :
“Kemudian Kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di anatra hamba-hamba Kami”. Maka diantara mereka ada yang menganiaya dirinya sendiri Dan di antara mereka ada yang mengikuti jalan tengah. Dan diantara mereka ada pula yang unggul. Dalam perbuatan-perbuatan baik dengan seizing Allah SWT. Itulah karunia yang paling besar”.[12]

v Q.S. al-Baqarah (2) : 170 :
“Dan apabila dikatakan kepada mereka :’Ikutilah apa yang telah diturunkan Allah SWT, ‘ mereka menjawab : ‘ (TIdak), tetapi kami hanya mengikuti apa yang telah kami dapati dari (perbuatan) nenek moyang kami.’ ‘(Apakah mereka akan mengikuti juga?), walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui suatu apapun, dan tidak mendapat petunjuk ?”.[13]

v Q.S. az-Zukhruf (43) : 33-35 :
“Dan sekiranya bukan karena hendak menghindari manusia menjadi umat yang satu (dalam kekafiran) (33)
“Tentulah Kami buatkan bagi orang-orang yang kafir kepada Tuhan Yang Maha Pemurah loteng-loteng perak bagi rumah mereka dan (juga) tangga-tangga (perak) yang mereka menaikinya” (34)
“Dan (Kami) buatkan pula pintu-pintu (perak) bagi rumah-rumah mereka dan (begitu pula) dipan-dipan yang mereka bertelekan di atasnya. Dan (Kami buatkan pula) perhiasan-perhiasan (dari emas untuk mereka. Dan semuanya itu tidak lain hanyalah kesenangan kehidupan di dunia, dan kehidupan di akherat nanti itu di sisi Tuhanmu adalah bagi orang-orang yang bertaqwa (35)”.[14]

v Q.S. al-Hajj (22) : 39-41 :
“Telah diizinkan (berperang) bagi oang-orang yang diperangi, karena sesungguhnya mereka telah dianiaya. Dan sesungguhnya Allah SWT, benar-benar Maha Kuasa menolong mereka itu” (39) “(Yaitu) orang-orang yang telah diusir dari kampung halaman mereka tanpa alasan yang benar, kecuali mereka berkata :”Tuhan kami hanyalah Allah SWT.’ Dan sekiranya Allah SWT tiada menolak (keganasan) sebagian manusia dengan sebagian yang lain, tentulah telah dirobohkan biara-biara Nasrani, Gereja-gereja, rumah-rumah ibdah orang Yahudi dan Masjid-masjid yang di dalamnya banyak disebut Allah SWT. Sesungguhnya Allah Swt pasti menolong orang yang menolong (agama)-Nya. Sesungguhnya Allah SWT benar-benar Maha Kuat lagi Maha Perkasa” (40)
“(Yaitu) orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukannya niscaya mereka mendirikan Sembahyang, Menunaikan Zakat, Menyuruh berbuat Ma’ruf dan Mencegah dari perbuatan yang munkan, dan kepada Allah SWT lah kembali segala urusan” (41) [15]

Keinginan untuk memelihara warisan intelektual dan cultural merupakan modal untuk mentransfer pengalaman-pengalaman agung generasi lampau kepada generasi berikutnya.

Sebagai wadah untuk mewujudkan keterikatan, integrasi, homogenitas, dan keharmonisan antar siswa
Sekolah didatangi oleh ratusan siswa yang berasal dari lingkungan yang bervariasi, baik itu dalam hal kekayaannya, status sosialnya, dan lain-lain. Sekolah-sekolah pun sarat dengan siswa yang bervariasi dalam kebiasaannya, dialek bahasanya, konsep hidupnya, atau berbeda dalam hal kondisi daerahnya sehingga berbeda pula dalam memandang hidup. Oleh karena itu, Sekolah harus berupaya menyatukan mereka dan meminimalisasi perbedaan-perbedaan di antara mereka, sehingga mereka disatukan oleh prinsip ketundukan kepada Allah SWT, Sang Pencipta Alam Semesta. [16]
Prinsip tersebut sejalan dengan :
Q.S. al-Anfal (8) : 63 :
“Walaupun kamu membelanjakan semua (kekayaan) yang berada di bumi, niscaya kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka, akan tetapi Allah SWT telah mempersatukan hati mereka. Sesungguhnya Dia Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”[17]

Sebagai penataan dan validasi sarana pendidikan
Pendidikan yang baik melibatkan berbagai faktor yang satu sama lain saling menunjang, misalnya : berita-berita dunia yang berlebihan, siaran-siaran radio yang mewakili satu golongan, serta lagu-lagu yang berusak akhlak generasi muda, segala sesuatu yang lain yang bertentangan dengan ilmu pengetahuan yang diberikan di Sekolah. Untuk itu Sekolah berkewajiban menata kembali sarana-sarana tersebut. [18]

Mengingat betapa sangat pentingnya fungsi Sekolah bagi pendidikan, maka Sekolah sebagai suatu Organisasi Formal harus diorganisisr sedemikian rupa sehingga kelancaran antar komponen di dalam Sekolah tersebut berjalan dengan sukses demi terwujudnya pendidikan sesuai dengan yang diharapkan. [19]

Sebelum menguraikan lebih lanjut mengenai Sekolah sebagai Lembaga Formal (Organisasi Formal). Terlebih dahulu penyusun uraikan : “Pengertian Organisasi”
Pengertian Organisasi, adalah :
Ø Menurut Bahasa , “Organisasi” berasal dari kata : “Organ” yang berarti tubuh atau badan, seperti tubuh manusia yang terdiri dari beberapa anggota badan di mana masing-masing mempunyai tugas tertentu. Maka “Organisasi” dapat diartikan tersusun dan teratur.
Ø Menurut istilah “Organisasi”, berkumpulnya sekelompok manusia yang mengadakan kerja sama untuk mencapai suatu tujuan yang sama disertai aturan-aturan yang tersusun rapi.
Ø Unsur-unsur Organisasi terdiri dari Dasar Organisasi, Tujuan, Pimpinan, Anggota, Kerjasama. Unsur-unsur tersebut tidan dapat dipisahkan. Satu sama lain saling berkaitan. Selain itu unsur-unsur Non Fisik sebagaimana telah disebutkan di atas, Organisasi juga terdiri dari unsur-unsur fisik, misalnya : Bangunan, Sarana dan Prasarana.

v Dasar Organisasi, merupakan prinsip atau landasan setiap perjuangan.

v Tujuan Organisasi, merupakan perumusan yang jelas dan dapat dimengerti oleh para anggota. Hal inilah yang menjadikan kemantapan bagi anggota organisasi itu sendiri. Tanpa tujuan, organsisasi tidak ada artinya. Tujuan merupakan dasar bertindak.

v Pimpinan Organisasi, merupakan aktifitas untuk mempengaruhi anggota agar mereka melakukan usaha untuk mencapai sasaran-sasaran yang menguntungkan.

v Anggota, merupakan komponen non fisik yang harus sanggup bekerjasama berdasarkan ketentuan-ketentuan ataupun ketetapan-ketetapan yang telah dibuat atau disepakati bersama di dalam suatu organisasi tersebut.

v Kerjasama, identik dengan usaha bersama. Tujuan dan dasar memerlukan realita, sedangkan pelaksanaannya adalah usaha menurut apa yang mereka tentukan untuk mencapai tuuan tersebut.

Semua unusr-unsur Organisasi yang tersebut di atas merupakan kesatuan unsur organisasi. Selain unsure-unsur di atas, masih ada unsur-unsur lain yang menunjang berdirinya suatu organisasi, yaitu berupa unsur-unsur fisik. [20]

Bagi Kegiatan Pendidikan Formal, istilah atau penyebutan Organisasi merupakan Lembaga Pendidikan yang lazim dinamkan dengan “Sekolah”.
Tentu saja Sekolah adalah merupakan Lembaga Pendidikan Formal , maka Sekolah juga mempunyai unsur-unsur keorganisasian sebagaimana telah diuraikan di atas.
Unsur-unsur Organisasi Sekolah memang agak berbeda dengan Organisasi lainnya, namun pada prinsipnya unsure-unsur organisasi itu penyelenggaraannya sama.
Unsur-unsur Organisasi Sekolah itu, penyelenggaraannya meliputi berbagai bidang antara lain :
Dasar Pendidikan, Tujuan Pendidikan, Pimpinan Sekolah (Kepala Sekolah), Anggota yang merupakan warga sekolah terdiri dari Para Guru, Para Siswa dan Tata Usaha dan Karyawan Sekolah, Kerjasama, Sarana dan Prasarana, serta unsur-unsur lainnya yang menunjang keberlangsungan pendidikan, misalnya : Kurikulum, Proses atau Kegiatan Belajar-Mengajar serta perangkat pembelajaran lainnya, Tata Tertib dan Hubungan Sekolah dengan Masyarakat.[21]

Unsur-unsur tersebut merupakan kesatuan unsur-unsur Kegiatan Pendidikan Formal (Sekolah), yang mana antara unsure yang satu dengan unsur yang lainnya saling terkait dan tidak terpisahkan, serta saling menunjang. Apabila ada salah satu unsur saja yang tidak ada atau tidak berfungsi ataupun yang tidak menunjang , maka Kegiatan Pendidikan Formal ( Sekolah) akan mengalami ketimpangan, gangguan dan ketidak-lancaran sehingga pelaksanaannya tidak akan berjalan dengan sempurna. Ini berarti Tujuan Kegiatan Pendidikannya tidak akan tercapai.
Oleh karena itu Kegiatan Pendidikan Formal di Sekolah-Sekolah harus diorganisir sedemikian rupa, sehingga tercipta suasana yang, konsisten, teratur, tertib, lancer, serta saling menunjang dalam suasana yang kondusif. Apabila semuanya itu telah terpenuhi, maka InsyaAllah Tujuan Pendidikan akan tercapai dengan gemilang (sukses).
Berdasarkan semua uraian di atas, maka dapatlah ditetapkan suatu kesimpulan, yaitu :
Bahwa Organisasi bagi Kegiatan Pendidikan Formal (dalam hal ini yang dimaksud adalah kegiatan pendidikan di Sekolah) adalah “sangat penting dan sangat berarti” bagi kehidupan manusia.
Bahwa Sekolah, sebagai Lembaga Pendidikan Formal , yang memang sangat penting dan sangat berarti bagi kehidupan manusia “harus diorganisir” secara baik, tertib dan teratur, serta konsisten , agar Tujuan Pendidikannya dapat terwujud atau tercapai sesuai dengan yang diharapkan
[1] Jassin, H, B, Op.Cit, 769.
[2] Shihab, M, Quraish, Loc.Cit.
[3] Jassin, H, B, Op.Cit, 408.
[4] Jassin, H, B, Ibid, 292.
[5] An-Nahlawi, Abdurrahman, Op.Cit, 152.
[6] An-Nahlawi, Abdurrahman, Ibid, 154.
[7] Jassin, H, B, Op.Cit, 864.
[8] Jassin, H, B, Ibid, 385.
[9] An-Nahlawi, Abdurrahman, Op.Cit, 155.
[10] An-Nahlawi, Abdurrahman, Ibid, 156.
[11] Jassin, H, B, Op.Cit, 227.
[12] Jassin, H, B, Ibid, 605.
[13] Jassin, H, B, Ibid, 33.
[14] Jassin, H, B, Ibid, 685.
[15] Jassin, H, B, Ibid, 461.
[16] An-Nahlawi, Op.cit, 160.
[17] Jassin, H, B, Op.Cit, 245.
[18] An-Nahlawi, Abdurrahman, Op.Cit, 161.
[19] Sutarto, Op.Cit, 11-12.
[20] Yusuf, Chusnan, “Kemuhamadiyahan”, (Yogjakarta : Aditya Media, 1995), 1-3.
[21] Tim Penyusun Buku, “Pedoman Penciptaan Suasana Sekolah Yang Kondusif dalam Rangka Pembudayaan Budi Pekerti Luhur bagi Warga Sekolah”, (Jakarta : DEPDIKNAS, 2001), 16-45.

OBSESI ???

Apabila dunia Ilmu Pengetahuan dan Teknologi terus berkembang seirama dengan perkembangan zaman dan tak pernah berhenti, maka guru harus tetap mengikuti perkembangan tersebut sebagai salah satu tanggung jawab guru terhadap profesinya dalam meningkatkan mutu sumber daya siswa. Sebab tanpa kualitas maupun kuantitas, maka tidak mungkin seorang siswa mampu mengatasi berbagai permasalahan dan tantangan.
Sampai saat ini kehadiran guru itu tidak tidak dapat digantikan dengan alat, mialnya : mesin, radio, tape recorder ataupun dengan komputer sekalipun. Sebab proses Belajar – Mengajar masih terlelu banyak diperlukan unsur manusiawinya, seperti : sikap, nilai, perasaan, , kepribadian, motivasi untuk menggelorakan semangat dan memberikan prakarsa yang terus menerus , berencana dan berkesinambungan serta memberikan suri tauladan yang baik bagi siswa.
Selain itu tidak ada kehidupan yang tidak dijamah oleh guru. Tidak seorangpun didunia ini yang tidak membutuhkan bimbingan guru, maka hal yang tidak boleh diabaikan adalah bahwa untuk meningkatkan kemampuan profesional guru dalam bidang disiplin ilmu yang dimilikinya, bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi itu tidak hanya dengan Program Penyetaraan, Porgram kuliah ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi dari pendidikan sebelumnya, penyelenggaraan KKG (Kelompok Kerja Guru), MGBS (Musyawarah Guru Bidang Studi), MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran), Penataran-penataran dan Pelatihan-pelatihan, pemberian angka kredit point, untuk menjadi pengajar itu harus mempunyai Akta Mengajar.
Ada satu hal yang menjadi obesesi penyusun, bahwa untuk meningkatkan kemampuan profesional guru dalam rangka meningkatkan mutu sumber daya siswa itu adalah dengan membentuk suatu Teachers Center. Teacher Center ini difungsikan sebagai lembaga yang secara berkala memberikan pembekalan kepada guru tentang berbagai nilai, norma dan budi pekerti atau akhlaqul karimah.
Jadi, selama seseorang itu menjadi guru, maka seseorang itu tidak hanya sekali untuk keharusan mengikuti pembekalan itu. Sebab, faktanya selama ini ternyata keteladanan sikap dan perilaku guru adalah sangat dominan ditiru oleh anak didik atau siswa. Demikian pula masyarakat sangat kritis di dalam menilai segala sikap dan tingkah laku guru.
Banyak temuan di lapangan bahwa dengan semakin pesatnya perkembangan Globalisasi Ilmu Pengetahuan dan Teknologi nampaknya, nilai-nilai dan norma telah banyak bergeser yang pada akhirnya lambat laun akan hilang dari peredaran. Hal ini nampak gejalanya dari fakta-fakta yang ada saat ini adalah LP (Lembaga Pemasyarakatan) tak pernah kosong dari anak-anak yang terkena hukuman karena melakukan perbuatan kriminal . Lembaga rehabilitasi tumbuh seperti jamur di musim hujan untuk menjadi tempat pengobatan anak-anak korban NARKOBA, Klinik-klinik “bersalin” banyak dikunjungi remaja puteri yang akan melakukan aborsi. Walaupun tempat itu tidak selalu menjamin pelaku (anak-anak) yang keluar dari tempat tersebut benar-benar pulih dan sadar akan perbuatannya. Bahkan sangat mungkin permasalahan baru muncul setelah itu. Setelah keluar dari LP anak tetap dicurigari oleh lingkungannya, korban NARKOBA saat lingkungannya tidak mendukung secara psikologis kembali melarikan diri ke kesenangan semula melalui NARKOBA yang semakin mudah diperoleh, dan remaja puteri pasca aborsi sulit untuk melepaskan diri dari rasa berdosa setelah sadar tentang kesalahannya dan sulit berbuat jujur kepada orang tuanya tentang hal yang telah terjadi pada dirinya.Terbukanya akar permasalahan dengan fakta yang terlihat jelas di depan mata membawa kengerian yang sangat dalam di lubuk hati.
Sementara itu perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi sangat berpengaruh terhadap semua sitem kehidupan manusia. Perubahan sistem kehidupan ini membutuhkan pengetahuan, sikap dan tindakan tertentu yang dapat membuat seseorang mampu mengikuti perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi serta perubahan dalam sistem kehidupannya.
Pengetahuan yang memadai akan membantu seseorang bersikap dan berperilaku benar. Dasar-dasar pengetahuan dan juga perkembangan pengetahuan dapat diperoleh anak di lembaga pendidikan atau sekolah melalui pengajaran yang berjenjang sesuai dengan perkembangan anak.
Dari hal tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa lembaga pendidikan diharapkan mampu membekali siswanya dengan pengetahuan, ketrampilan dan keteladanan yang sesuai dengan kebutuhan manusia untuk bertahan hidup dan mempertahankan kehidupannya agar tidak terlindas oleh teknologi yang seharusnya memberi kebaikan dan kemudahan.
Yang dibutuhkan pada era sekarang ini adalah manusia-manusia terdidik yang bukan saja mengetahui banyak fakta, akan tetapi yang utama adalah mampu memecahkan berbagai macam masalah. Ketrampilan menyelesaikan masalah akan dimiliki oleh seorang apabila seseorang sudah memiliki pengetahuan yang memadai, dapat memperoleh informasi dengan cepat, terampil berpikir logis dan kritis, dan tentu saja mempunyai sikap yang kuat berupa keyakinan dan prinsip hidup dalam bentuk norma dan nilai-nilai agama.
Sikap yang kuat berupa keyakinan dan prinsip hidup dalam bentuk norma dan nilai-nilai agama akan dimiliki anak apabila anak dapat memperolehnya melalui pendidikan yang dijalaninya.
Pendidikan untuk menanamkan sikap dan keyakinan kepada siswa dapat dilakukan dengan memberikan pendidikan agama. Selama ini pendidikan agama dalam kurikulum DIKNAS diberikan satu kali dalam sepekan selama sembilan puluh menit. Materi yang diberikan tak lain adalah pengetahuan yang merupakan ranah cognitif semata. Padahal keyakinan maupun keimanan tidak cukup berupa kepemilikan pengetahuan tentangnya semata, melainkan suatu perkara yang diakui oleh hati dan dibenarkan melalui perilaku. Hal tersebut dapat terpenuhi apabila pendidikan juga memperhatikan ranah afektif dan ranah psikomotor anak.
Akan tetapi pada kenyatannya semua lembaga pendidikan dalam melaksanakan keinginannya lebih menitik beratkan kepada aspek kognitif semata. Bahkan seorang guru dalam merencanakan pelajaran yang akan dilaksanakan lebih banyak pada sasaran ranah kognitif. Sementara ranah afektif dan psikomotor lebih banyak terabaikan. Kalaupun ada lebih cenderung hanya sebagai pelengkap dari pendidikan ranah kognitif yang diberikan, dan pada pelaksananannya kembali ke pemahaman verbalisme semata.
Pendidikan Agama Islam didefinisikan dalam pengertian yang sempit yaitu pelajran agama saja. Padahal sesungguhnya sekolah sebagai sebuah lembaga pendidikan, seharusnya memberikan pendidikan kepada siswa dalam bingkai keislaman secara menyeluruh. Pelajaran agama bukan hanya sekedar pemberian materi-materi agama dalam bentuk kognitif di dalam kelas yang harus dihafalkan anak, dan kalau memang ada ranah psikomotornya nampak sangat sedikit prosentasenya. Selain itu pendidikan agama harus diberikan dalam bentuk teladan dan lingkungan yang kondusif yang diberikan bukan hanya oleh guru, akan tetapi juga Kepala Sekolah, Tenaga Administrasi, Tenaga Kebersihan, Pegawai Kantin, dan seluruh orang yang terlibat di dalam pelaksanaan pendidikan tersebut. Hasil dari pemberian teladan dalam bentuk sikap dan perilaku di ling kungannya itu diharapkan menjadi nilai-nilai yang terinternalisasi dalam diri siswa, yang kemudian menjadi bentuk hasil belajar agama yang pada akhirnya akan memberikan bekal keimanan yang kuat bagi siswa.
Dapatkah pendidikan menyentuh ranah afektif dan psikomotor serta berhasil dengan baik bila unsur-unsur pelaksana pendidikan tersebut masih bersikap dan berperilaku tidak mendidik sebagaimana telah penyusun sajikan di atas.
Saat ini, cara yang tepat ditempuh untuk mengatasi segala permasalahan di atas adalah Teachers Center itu. Walaupun ide ini merupakan suatu fenomena yang sulit untuk dilaksanakan secara serentak dan menyeluruh, akan tetapi barangkali sebagai tahap pertama dapat diusahakan untuk dilaksanakan secara bertahap-tahap mulai dari sekolah-sekolah unggulan, dituangkan dalam tata tertib dan tentu saja memlalui pembiasaan yang disampaikan dan dicontohkan guru.
Selain itu barangkali solusi yang tepat adalah dibentuknya Komite-komite semacam komite sekolah yang terdiri dari komponen Pengawas dan Msyarakat. Ini artinya bahwa seorang pengawas mengemban tugas dan tanggung jawab tambahan untuk bersama-sama dengan masyarakat berkala mengadakan pembekalan tentang nilai-nilai dan norma-norma serta budi pekerti atau akhlaqul karimah.
Bahkan kalau perlu siapapun yang berada dan terlibat kontak dengan siswa di suatu sekolah , misalnya di Kantin, Tata Usaha, Pesuruh dan lainnya, maka sebelum bergabung dengan sekolah perlu mendapatkan pembekalan semacam itu, misalnya tentang kebersihan lingkungan. Selama ini mereka-mereka itu termarjinalkan, padahal mereka itu juga mempunyai peranan dalam keteladanan.

SEBUAH KEWAJIBAN ???????????????

Telah kita sadari bersama bahwa sebutan "Guru" merupakan sebutan yang sudah tidak asing lagi bagi masyarakat Indonesia dari semua golongan usia, mulai dari anak-anak TK sampai dengan orang tua bahkan para pemuda dan remaja.
Dalam ungkapan Jawa, "Guru"adalah figur manusia yang harus di "gugu" dan di "tiru". Begitu melekatnya sebutan digugu dan ditiru ini, sehingga mereka tidak menyadari bahawa guru adalah manusia juga. Sebagai manusia, tentu saja guru memiliki kelebihan dan kekurangan sebagaimana layaknya manusia lainnya.
Sebagai tenaga profesional edukatif, Guru mengemban tugas dan tanggung jawab terhadap pendidikan keimanan, moral (akhlak), intelektual, psikologi , fisik, sosial dan seksual. Atau dengan kata lain Guru harus memperhatikan aspek kognitif, afektif dan psikomotor.
Ini artinya bahwa Guru, dituntut untuk tidak saja sebagai pengajar, akan tetapi juga sebagai pendidik. Guru sebagai pendidik harus bisa mendorong, membimbing dan membantu anak didiknya ke arah kedewasaan yang diharapkan serta mampu membentuk kepribadian dan akhlak yang baik sehingga anak didiknya memperoleh aktualisasi ke arah kedewasaan sebagaimana yang didambakan oleh keluarga, masyarakat, bangsa dan negara.
Demikian besarnya jasa guru dalam membentuk manusia yang berkualitas, sehingga layaklah apabila guru mendapat gelar sebagai "PAHLAWAN TANPA TANDA JASA".
Dalam kaitannya dengan semakin pesat berkembangnya Ilmu dan Teknologi serta majunya arus Globalisasi, maka bertambah berat pula tugas guru dalam dunia pendidikan. Baik pendidikan formal maupun pendidikan non formal dan pendidikan in formal, pendidikan fisik maupun pendidikan non fisik (spiritual), baik sebagai pendidik di depan kelas ataupun tampil di tengah-tengah masyarakat. Jadi Guru itu memang harus bebar-benar menjadi tauladan dalam segala hal.
Dalam hal keteladanan, Guru merupakan figur sentral yang paling utama bagi masyarakat dan terutama bagi anak didik. Oleh sebab itu, hendaknya seorang Guru selalu menghindari hal-hal yang negatif. Akan tetapi pada kenyataannya masih banyak Guru yang belum berperilaku sebagai pendidik, masih belum dapat dijadikan orang yang digugu dan ditiru atau dijadikan suri tauladan. Misalnya : terhadap suatu larangan untuk siswa, tetapi dilakukan oleh Guru, yaitu antara lain : duduk di meja, merokok, berpakaian tidak sopan, makan sambil bicara, memberi dengan menggunakan tangan kiri, dengan teman guru hanya memanggil namanya saja, malah ada Guru yang memperkosa anak didiknya, ada juga Guru yang berantem, ada Guru menjadi pengedar shabu-shabu dan penjual obat-obat terlarang lainya serta perilaku lain yang seharusnya tidak dilakukan oleh seorang yang berpredikat sebagai Guru.
Akibat dari itu, tentu saja tidak dapat disalahkan sepenuhnya apabila terjadi kenakalan-kenakalan sebagaimana yang terjadi pada akhir-akhir ini melalui tayangan Televisi, berita-berita dari koran ataupun dari media cetak serta media eletronik lainnya.
Kenakalan-kenakalan yang dimaksud antara lain adalah mengenai perilaku anak-anak yang semakin menjadi lebih tidak terarah dan bahkan mengarah ke brutalisme, terutama anak-anak remaja. Bahkan dibeberapa daerah sering terjadi tawuran pelajar antar sekolah, yang tak jarang sampai menelan korban jiwa, bahkan ada yang sampai memacetkan lalu lintas. Putaw dan obat-obat terlarang berkembang dengan cepat di kalangan anak remaja putera maupun puteri. Ketergantungan terhadap obat terlarang pun menjadi agenda tambahan yang harus diperhatikan. Belum lagi perilaku remaja puteri yang menjadikan mal-mal sebagai terminal mereka sepulang sekolah dan melakukan perilaku negatif.
Untuk mengatasi atau memperbaiki keadaan yang demikian itu, maka hal yang patut dilakukan antara lain adalah ketauladanan, menciptakan lingkungan belajar yang baik. Atau ada juga alternatif lain yaitu Pelaksanaan Pendidikan Secara Terpadu.
Dalam kaitannya dengan keteladanan Guru, maka memperbaiki Perilaku Guru. Adalah sesuatu yang kewajiban.

PEDOMAN PENYUSUNAN KARYA TULIS SISWA/SISWI KBS

PEDOMAN PENYUSUNAN KARYA TULIS BAGI SISWA-SISWI KEBANGSAAN

A. BAGIAN AWAL, terdiri dari :
- HALAMAN SAMPUL
- LEMBAR LOGO (KALAU ADA)
- HALAMAN JUDUL
- HALAMAN PERSETUJUAN (PEMBIMBING DAN PENGUJI)
- KATA PENGANTAR
- DAFTAR ISI
- DAFTAR TABEL (KALAU ADA)
- DAFTAR GAMBAR / FOTO (KALAU ADA)
- DAFTAR LAMPIRAN (KALAU ADA)

B. BAGIAN TENGAH, terdiri dari :
- PENDAHULUAN
- PEMBAHASAN YANG DIBAGI MENJADI BAB-BAB
- KESIMPULAN

C. BAGIAN AKHIR, terdiri ada :
- DAFTAR PUSTAKA
- LAMPIRAN ATAU APENDIKS (KALAU ADA)

D. BAGIAN PALING AKHIR :
- DAFTAR RIWAYAT HIDUP

- PENJELASAN :

A. BAGIAN AWAL, terdiri dari :

- HALAMAN SAMPUL dan HALAMAN JUDUL :
Isi Halaman Sampul dan Halaman Judul, terdiri dari :
1. JUDUL KARYA TULIS
2. NAMA PENULIS dan NOMOR INDUK
3. NAMA SEKOLAH dan ALAMAT
4. TAHUN PENYUSUNAN KARYA TULIS

- HALAMAN PERSETUJUAN (PEMBIMBING DAN PENGUJI)
Halaman Persetujuan Pembimbing berisi seperti Halaman Sampul dan Halaman Judul, dengan tambahan :
1. Keterangan Judul, di bawah Judul diberi Formulasi singkat mengenai Tujuan Penyusunan.
2. Nomor Induk Siswa dicantumkan langsung di bawah
Nama Penyusun. Nama Penyusun diberi garis bawah.
3. Nama Pembimbing diletakkan di atas Nama Sekolah, di atasnya dicantumkan kata “Di Bawah Bimbingan”.
Halaman ini ditanda-tangani oleh Pembimbing setelah karya tulis dikoreksi, disetujui dan siap disajikan.

- KATA PENGANTAR
Kata Pengantar berisi ucapan rasa syukur dan terimakasih kepada berbagai pihak atas terselesaikannya karya tulis.
Ucapan terimakasih itu ditulis sesudah rasa syukur dan ditujukan kepada berbagai pihak yang telah membantu penyelesaian karya tulis. Urutannya sebagai berikut :
1. Kepala Sekolah
2. Wali Kelas
3. Pembimbing
4. Pihak-pihak yang telah memberikan informasi-informasi sehubungan dengan karya tulis.
5. Pihak-pihak lain yang benar-benar memberi bantuan.

Ucapan terimakasih disampaikan secara wajar, tidak berlebihan, tidak terlalu merendahkan diri.

- DAFTAR ISI
Daftar Isi memuat keterangan tentang pokok-pokok karya tulis.
Di sini dicantumkan judul-judul dari bagian-bagian karya tulis, masing-masing diberi nomor dan halaman yang memuatnya.

Adapun cara-cara penyusunan bagian-bagian itu adalah :
Karya tulis menggunakan kata “BAB” ditepi sebelah kiri, kemudian diikuti nomor bab dan judul bab.
Selanjutnya di bawah judul dari bagian bab dicantumkan nomor dan judul-judul dari bagian bab.
Nomor halaman dicantumkan di sebelah kanan dihubungkan dengan titik-titik dengan bagian yang diberi nomor itu.

- DAFTAR TABEL (KALAU ADA)
Kalau dalam karya tulis lebih dari 5 (lima) buah tabel, maka perlu dibuat daftar tabel tersendiri dan nomor halaman.
Kata-kata “DAFTAR TABEL” dicantumkan di tengah-tengah. Selanjutnya judul-judul tabel dicantumkan secara berurutan, masing-masing diikuti nomor halaman yang memuatnya.

- DAFTAR GAMBAR / FOTO (KALAU ADA)
Cara sama seperti pada penyusunan daftar tabel

- DAFTAR LAMPIRAN (KALAU ADA)
Cara sama seperti pada penyusunan daftar tabel

B. BAGIAN TENGAH, terdiri dari :

- PENDAHULUAN
Isi Pendahuluan merupakan penjelasan-penjelasan yang erat hubungannya dengan masalah yang dibahas dalam bab-bab.
Penjelasan-penjelasan itu dirinci sebagai berikut :
1. Latar Belakang Msalah
2. Tujuan Penelitian
3. Pembatasan dan Perumusan Masalah
4. Metode Penelitian
5. Sistematika Penyusunan

- PEMBAHASAN YANG DIBAGI MENJADI BAB-BAB
Memuat tafsiran-tafsiran, analisis terhadap data yang berhasil dikumpulkan dan sebagainya yang merupakan jawaban terinci atas persoalan yang berhubungan dengan pokok-pokok pembahasan secara proporsional.
Uraian tentang hal-hal yang bersifat teoritis yang data-datanya sebagian besar diperoleh dari hasil penelitian kepustakaan ditempatkan pada permulaan penguraian masalah.
Data-data beserta analisisnya yang diperoleh melalui penelitian lapangan dibahas sesudah itu.

- KESIMPULAN
Kesimpulan di tarik dari pembuktian atau dari uraian yang ditulis terdahulu dan berhubungan dengan pokok masalah, dengan demikian tidak dapat dibenarkan apabila sesuatu yang dibahas dalam bab-bab penguraian diambil sebagai kesimpulan.
Kesimpulan bukanlah merupakan ikhtisar dari apa yang ditulis terdahulu. Ikhtisar dapat dilakukan akan tetapi dengan tujuan untuk mencapai hubungan atau sekelompok data dan pokok masalah agar sampai kepada kesimpulan-kesimpulan tertentu.
Bab ini juga dapat memuat uraian yang menunjukkan proses pemikiran untuk sampai pada kesimpulan itu.

C. BAGIAN AKHIR, terdiri ada :
- DAFTAR PUSTAKA
Semua sumber kepustakaan. Cara penulisannya sebagai berikut :
1. Tanpa gelar dan dimulai dengan Nama Belakang, Nama Tengah, Nama Depan.
Misalnya : Dra. Tuti J. Rismarini S.Ag, M.Pd.
Maka penulisannya : Rismarini, J, Tuti
2. Judul buku, diberi tanda petik di awal dan akhir
3. Nama kota
4. Nama Penerbit
5. Tahun Penerbitan
6. Cetakan ke (kalau ada)
7. Jilid ke (kalau ada)

- LAMPIRAN ATAU APENDIKS (KALAU ADA)
1. Isi Lampiran adalah hal-hal yang merupakan kelengkapan pembahasan, tetapi tidak mempunyai kaitan yang terlalu langsung dengan masalah yang dibahas, misalnya : angket, tanda-tanda bukti penelitian, hasil wawancara, dan lain lain.

2. Urutan Lampiran harus disusun seseuai dengan urutan antara masalah-masalah yang dibahas dalam karya tulis.
Menyusun lampirannya harus berurutan dari yang berkaitan dengan bab awal ke berikutnya.

TEKNIK PENULISAN

PENGGUNAAN BAHASA :
Disajikan secara formal, tepat, tidak berbelit-belit, bahasa yang lugas dan menggunakan ejaan yang berpedoman kepada EYD.
Tanda-tanda baca seperti koma, titik dan sebagainya digunakan sebagaimana mestinya.

BENTUK TULISAN JUDUL :
Judul karya tulis dan judul bab ditulis dengan huruf capital semua tanpa titik dan tanpa garis bawah. Judul ditulis di tengah-tengah halaman bagian atas karya tulis. Judul yang panjang disusun sedemikian rupa dengan memperhatikan estetika penulisan.

Judul Sub-bab dan bagian-bagiannya yang lebih kecil lagi ditulis dengan kapitalisasi, artinya setiap huruf awal kata, kecuali partikel, seperti : ke, dalam, dari, dan sebagainya ditulis dengan huruf capital.

KUTIPAN LANGSUNG :
Kutipan langsung tidak boleh lebih dari 1 (satu) halaman. Kutipan langsung sama dengan bentuk asli yang dikutip dalam hal susunan kata dan tanda bacanya.

UKURAN KERTAS :
Naskah diketik di atas kertas putih ukuran A 4 : 21,0 X 29, 7 cm, dengan berat 80 gram. Apabila ada tabel, gambar, lampiran-lampiran lain, dan sejenisnya, yang melebihi ukuran kertas, dipersilahkan untuk dilipat.

E. S A M P U L : dari karton tebal, warna sesuai dengan ketentuan
Sekolah ( KEBANGSAAN ).

MARGIN (MARJIN) :
Batas tepi pengetikan (marjin), sebagai berikut :
Margin Kiri : 4 cm
Marjin Atas : 4 cm
Marjin Kanan : 3 cm
Marjin Bawah : 3 cm

S P A S I :
Jarak antara Spasi (Baris) pengetikan naskah adalah 2 (dua) spasi. Pengetikan Judul Tabel dan Judul Gambar yang lebih dari 1 (satu) adalah 1 (satu) spasi.
Daftar Kepustakaan diketik 1 (satu) spasi, sedangkan jarak pengetikan antara 2 (dua) sumber kepurtakaan adalah 2 (dua) spasi.

PARAGRAF :
Pengetikan Alinea Baru (Paragraf) dimulai pada ketukan ke 6 (enam) dari marjin kiri, sedangkan jarak antar paragraph 2 (dua) spasi.

H U R U F :
Naskah diketik dengan computer, menggunakan huruf yang standar, yakni nomor 12 untuk Times New Roman atau Arial pada paket program MS Word, atau Roman 10 pada program WS atau setara keduanya.

BAGIAN PALING AKHIR :
Pada bagian paling akhir, dilampirkan DAFTAR RIWAYAT HIDUP SISWA, yang tersusun sebagai berikut :

- Bagian Awal ditulis kata : DAFTAR RIWAYAT HIDUP. Ditulis dengan huruf capital tanpa garis bawah, dan ditulis di tengah

- Bagian Tengah :
Antara kata DAFTAR RIWAYAT HIDUP dengan susunan berikutnya diberi jarak 4 (empat) spasi.
Kemudian ditulis secara berurutan sesuai dengan susunan berikut di bawah ini :

Nama Penyusun Karya Tulis
Tempat dan Tanggal Lahir
Riwayat Pendidikan :
o TK (kalau ada) : dari tahun ……… s/d tahun ………..
o SD : dari tahun ……… s/d tahun ………..
o SLTA / SMP : dari tahun ……… s/d tahun ………..
o SMA (sekarang) : kelas …… tahun pembelajaran …….
4. Ketrampilan lain (kalau ada)

- Bagian Akhir ditulis kalimat :

Demikian Daftar Riwayat Hidup dibuat dengan sebenarnya sebagai kelengkapan karya tulis ini.

TUTI JR