08 Februari 2008

PENCIPTAAN MANUSIA

Al-Qur’an adalah “Kitab Petunjuk” bagi manusia untuk kebahagian dunia dan akherat, maka tidak heran apabila di dalamnya terdapat berbagai petunjuk tersirat dan tersurat yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan, guna mendukung fungsinya sebagai kitab petunujuk.
Hakikat-hakikat ilmu pengetahuan di dalam al-Qur’an dipaparkan dengan redaksi yang singkat dan sarat makna yang perlu pemikiran dan perenungan, diantaranya adalah “Ihwal Reproduksi Manusia” .
“Ihwal Repruduksi Manusia” tersebar dibeberapa ayat dalam al-Qur’an, antara lain di dalam Q.S. AL – MU’MINUUN (23) : 12 – 16, Q.S. AL – ‘ALAQ (96) : 2, Q.S. AL – INSAAN (76) : 2, Q.S. AL – FURQAN (25) : 54.
Q.S. AL – MU’MINUUN (23) ayat 12 – 16, Q.S. AL – ‘ALAQ (96) ayat 2, Q.S. AL – INSAAN (76) ayat 2, Q.S. AL – FURQAN (25) ayat 54 akan penyusun analisis pada bab berikut.

ANALISA Q.S. AL – MU’MINUUN (23) AYAT 12 – 16

لَقَدْ خَلَقْنَا اْلأِنْسَانَ مِنْ سُلَ لَةٍ مِّنْ طِيْن ٍ
ثُمَّ جَعَلْنَا هُ نُطْفَةً فِى قُرَارٍ مُّكِيْنٍ
ثُمَّ خَلَقْنَا النَّطْفةً عَلَقَةً فَخَلَقْنَا الْعَلَقَةَ مُضْغَةً فَخَلَقْنَا الْمُضْغَةَ عِظَامًا . فَكَسَوْنَا العِظَامَ لَحْمًا ثُمَّ أَنْسَأْنَا
هُ خَلقًا اْخَرَ. فَتَبَا رَكَاللَّهُ اَهْسَنُ الْخَالِقِِيْنَ

ARTINYA :
“Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu sari pati yang (berasal) dari tanah” (12)
“Kemudian Kami jadikan sari pati itu air mani (sperma) (yang tersimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim)” (13)
“Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging, kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maha Suci Allah Pencipta Yang Paling Baik”(14)

ANALISANYA :
Q.S. al-Mu’minuun (23) ayat 12-14 menerangkan tentang proses terjadinya manusia (embriologi) dari sejak pertemuan antara spermatozoom dengan ovum sampai terbentuknya janin.
Pada Q.S. al-Mu’minuun (23) ayat 12 diterangkan bahwa manusia diciptakan dari sari pati tanah (sulala tin min thin).
Yang dimaksud dengan sari pati tanah adalah zat-zat yang antara lain mengandung molekul-molekul NH4, NH3, H2 dan H2O yang merupakan unsur-unsur penting pembentuk asam amino sebagai zat pembangun protein. Protein adalah zat pembangun protoplasma yang merupakan substansi dasar kehidupan.
Unsur-unsur molekul tersebut kemudian diserap oleh tumbuh-tumbuhan. Tumbuh-tumbuhan ini dimakan oleh hewan dan manusia. Kadang-kadang hewan dimakan oleh manusia. Zat-zat makanan (yang berasal dari tumbuhan dan hewan) yang ada dalam tubuh manusia sebagian menjadi sperma (pada pria) dan ovum (pada wanita).
Pertemuan antara sel sperma dengan sel ovum dalam tabung faloppi mengakibatkan pembuahan dan terjadilah persatuan inti sel sperma dengan inti sel ovum kemudian membentuk zigot (alaqah) yang mengandung separuh sifat ayah dan separuh sifat ibu. Selanjutnya zigot membelah sampai 32 sel yang disebut dengan morula (mudghoh), kemudian morula menyerap cairan yang dikeluarkan oleh tabung faloppi dan segera didalamnya terbentuk rongga blatasoel. Bentuk ini disebut dengan blastosit. Lapisan luar blastosit disebut trafobles ; yang merupakan dinding blastosit yang berfungsi untuk menyerap makanan calon ari-ari (plasenta).
Sedangkan masa didalamnya disebut simpul embrio atau janin (calon manusia).
Dijelaskan dalam Q.S. al-Mu’minuun (23) ayat 13-14, bahwa setelah bertemunya sel (nutfah) antara sel (nutfah) sperma dengan sel (nutfah) ovum kemudian persatuan antara sel sperma dan ovum ini menjadi segumpal darah (mudgoh), kemudian setelah beberapa waktu segumpal darah ini menjadi segumpal daging (‘alaqah), lalu segumpal daging ini menjadi tulang belulang (idzamun). Akhirnya tulang belulang ini dibungkus dengan daging. Setelah itu Allah menciptakannya menjadi bentuk lain (khalqan akhor) yaitu janin manusia.
Pada umur embrio satu bulan, panjangnya mencapai kurang lebih 5 mm. Pada embrio berumur enam minggu, panjangnya mencapai kurang lebih 12 mm; sudah berbentuk kepala, kaki dan tangan. Pada embrio berumur dua bulan panjangnya 25 mm, pada daerah kepala sudah berbentuk bakal mata, telinga dan hidung. Pada umur embrio tiga bulan, bentuk embrio manusia sudah lengkap. Hal ini dinamakan “fetus” dengan panjang kurang lebih 75 mm. Pada umur embrio lima bulan, panjangnya kurang lebih 250 mm, rambut sudah tumbuh pada tubuh dan bagian kepala. Pada bulan keenam, alis dan bulu mata tumbuh. Pada bulan ketujuh, “fetus” mirip bentuk orang tua dengan kulit merah keriput. Pada bulan kedelapan dan kesembilan, kulit terisi lemak sehingga menghilangkan keriput-keriput. Pada umur sembilan bulan, panjangnya kurang lebih mencapai 50 cm dan bayi siap untuk dilahirkan. Lamanya bayi terkandung dalam rahim ibu mencapai 280 hari (40 minggu) dari permulaan masa haid yang terakhir.
Di dalam HADITS yang diriwayatkan oleh Mas’ud menjelaskan tentang proses terbentuknya manusia sebagai berikut :


عَنْ اَبِى عَبْدِ الرَّ حْمَنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَسْعُوْ دٍ قَلَ : حَدَّ ثَنَا رَ سُوْلُ اللَّهِ وَهُوَ الصَّا دِ قُ الْمَصْدُ وْقُ : اِنَّ يُجْمَعُ جَلْقُهُ فِى بَطْنِ امُّهِ اَربِعِيْنَ يَوْمَا ، ثُمَّ يَكُوْنُ عَلَقَةً مِثْلَ ذَالِكَ , ثُمَّ يَكُوْنُ مُضْغَةً مِثْلُ ذَالِكَ ثُمَّ يُرْ سَلُ اِلَيْهِ الْمَلَكُ فَيُنْغَخُ فِيْهِ الرَّوْحُ و يُؤْمِرُ بِاَرْبَعَ كَلِمَاتٍ : بِكَتْبِ رِزْقِهِ وَاَجَلِهِ وَسَقِئىٌ اَوْسَعِدٌ . اِلَى اَخِرِ الْحَدِيْثِ رَوَاهُ الْبُخَارِ ى وَالْمُسْلِمُ

ARTINYA :
“Dari Abi Adirrahman yaitu Abdullah Bin Mas’ud ia berkata : Rasulullah menceriterakan kepadaku sesungguhnya tiap-tiap kamu kejadiannya dikumpulkan di dalam perut ibunya selama empat puluh hari, kemudian menjadi segumpal darah selama empat puluh hari juga. Setelah itu menjadi segumpal daging selama empat puluh hari. Kemudian diutuslah Malaikat untuk meniupkan ruh kepadanya dan menentukan empat hal yaitu rizkinya, ajalnya, amalnya, susah dan senangnya.”
(H.R. Bukhari dan Muslim).

Hadits ini menjelaskan proses terjadinya manusia dari sejak bertemunya (nutfah) yaitu sel sperma dan sel ovum hingga terbentuknya janin manusia sebagaimana yang diterangkan di dalam Q.S. al-Mu’minuun (23) ayat 13-14 selama kurang lebih 120 hari atau selama 4 bulan agar bayi yang kelak dilahirkannya itu menjadi manusia.
Untuk lebih jelasnya proses terjadinya manusia menurut Q.S. al-Mu’minuun (23) ayat 12-14 dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Asal mula manusia berasal dari sari pati tanah
2. Allah menjadikan sari pati tanah yang telah diserap tumbuh-tumbuhan. Tumbuh-tumbuhan dimakan hewan. Tumbuh-tumbuhan dan hewan tersebut dimakan oleh manusia, lalu menjadi sel sperma pada pria dan sel ovum pada wanita.
3. Pertemuan antara sel perma dan sel ovum yang kemudian tersimpan di dalam rahim ibu setelah melalui beberapa tahap selama 120 hari akhirnya menjadi janin manusia.
4. Ketika janin berumur 4 bulan Allah meniupkan ruh kepadanya dan ditentukan rizki serta umurnya.
5. Janin akan lahir dari rahim ibunya setelah berumur kurang lebih 9 bulan 1

Demikianlah Q.S. al-Mu’minuun (23) ayat 12-14 menyatakan tentang reproduksi manusia serta tahap-tahap terciptanya sebagai manusia, khususnya yang berkaitan dengan tahap pembuahan atau pertemuan sperma dan ovum2.

Perihal sel sperma/mani disebutkan pula dalam :

a. Q.S. al-Qiyamah (75) ayat 36 – 39 sebagai berikut :

اَيَحْسَبُاْلأِ نْسَانُ اَنْ يُّتْرَكَ سُدًى. اَلَمْ يَكُ نُطْفَةً مِّنْ مَّنِيٍّ يُّمْنَىَ. ثُمَّ كَانَ عَلَقَةً فَخَلَقَ فَسَوَّ ى. فَجَعَلَ مِنْهُ ا لزَّ وْ جَيْنِ ا لذَّكَرَ وَ أ لأُنْثَى

Artinya :
“Apakah manusia mengira bahwa ia akan ditinggalkan begitu saja (tanpa pertanggung jawaban)? Bukankah ia dahulu sel nutfah (sperma/mani) yang dituangkan (kedalam rahim), kemudian ia menjadi alaqah (segumpal daging), lalu Allah menciptakannya dan menyempurnakannya ? Lalu Allah menjadikan darinya pria dan wanita”
Dalam Q.S. al-Qiyamah (75) ayat 36 – 39 tersebut di atas secara tegas menyatakan bahwa sel (nutfah) merupakan bagian kecil dari sperma/mani yang dituangkan ke dalam rahim. Hal ini sejalan dengan penemuan ilmiah pada abad XX ini yang menginformasikan bahwa pancaran mani yang menyembur dari alat kelamin pria mengandung sekitar dua ratus juta benih manusia, sedangkan yang berhasil bertemu dengan ovum hanya satu saja.

b. Q.S. an-Najm (53) ayat 45 – 46 :

وَ اَنذَهُ جَلَقَ ا لزَّ وْ جَيْنِ ا لذَّ كَرَ وَ ا ْلأُ نْثَى . مِنْ نُّطْفَةٍ اِذَ ا تُمْنَى

Artinya :
“Dan bahwa sesungguhnya Dialah yang menciptakan berpasang-pasangan, pria dan wanita dari sel (nutfah) apabila dipancarkan”
Di dalam Q.S. an-Najm (53) ayat 45 - 46 ini menginformasikan bahwa dari nutfah yang memancar itu Allah menciptakan ke dua jenis manusia yaitu pria dan wanita.
Penelitian ilmiah membuktikan adanya dua macam kandungan sperma (mani laki-laki) yang dilambangkan dengan huruf “Y” dan kromoson perempuan yang dilambangkan dengan huruf “X”. Sedangkan ovum (milik perempuan) hanya semacam, yaitu yang dilambangkan dengan “X”. Jika yang membuahi ovum adalah sperma yang memiliki kromoson “Y”, maka anak yang dikandung adalah laki-laki. Jika “X” bertemu dengan “X” maka anak yang dikandung adalah perempuan. Jika demikian yang menentukan jenis kelamin adalah sel (nutfah) yang dituangkan sang ayah itu.

Ayat lain yang mengisyaratkan peranan sperma dalam menentukan jenis kelamin anak adalah Q.S. Al-Baqarah (2) ayat 223 :

نِسَآ ؤُ كُمْ حَرْثٌ لَّكُمْ . فَْ تُوْا حَرْ ثَكُمْ اَنَّى شِءْتُمْ

Artinya :
“Isteri-isteri kamu adalah ladang untukmu, maka garaplah ladangmu sebagaimana kamu kehendaki”
Apabila petani menanam tomat diladangnya, maka jangan harapkan yang tumbuh adalah buah selain tomat, karena ladang hanya menerima benih.
Ini berarti yang menentukan jenis tanaman yang berbuah adalah petani bukan ladangnya. Perempuan atau isteri oleh ayat di atas diibaratkan dengan ladang. Jika demikian bukan wanita yang menentukan jenis kelamin anak, tetapi yang menentukan adalah benih yang ditanam ayah ke dalam rahim.
Pada tahun 1883, Van Bender membuktikan bahwa sperma dan ovum memiliki peranan yang sama dalam pembentukan benih yang telah bertemu itu.
Pada tahun 1912, Morgan membuktikan peranan kromoson dalam pembentukan janin.

c. Q.S. al-Waqi’ah (56) ayat 58 – 59 :

ا فَرَءَيْتُمْ مَّا تُمْنُوْ نَ . ءَ اَ نْتُمْ تَخْلُقُوْ نَهُ .اَمْ نَحْنُ اْلخَا لِقُ و ن َ

Artinya :
“Maka terangkanlah kepada-Ku tentang apa yang kamu pancarkan (sperma/mani). Kamukah yang menciptakannya atau Kami ?”

Ayat ini mengisyaratkan bahwa sperma atau mani itu, sesungguhnya Allah Swt yang menciptakan. . Sungguh, Maha Kuasa Allah Swt atas segala sesuatu.


ANALISA Q.S. AL – ‘ALAQ (96) AYAT 2

خلق الإنسان من علق

ARTINYA :
“Allah Swt telah menciptakan manusia dari segumpal darah”

ANALISANYA :
Di dalam Ayat ini Allah Swt menciptakan manusia dari segumpal darah. Segumpal daging itu pada awalnya adalah air mani yang bercampur, kemudian menempel di dinding rahim.
Para pakar embriologi menegaskan bahwa fase-fase pertumbuhan manusia itu adalah setelah terjadi pembuahan, kemudian menjadi segumpal darah, dan kemudian menjadi segumpal daging. Daging itu oleh Allah Swt dijadikan tulang, tulang itu dibungkus daging.
Kemudian Allah Swt meniupkan rukh, sebagaimana Firman Allah Swt dalam Q.S. al-Hijr (15) ayat 29 yang artinya : “Maka apabila Aku telah menyempurnakan kejadian (fisiknya), dan telah meniupkan ke dalamnya Rukh (ciptaan)-Ku, …”. Setelah itu terciptalah manusia dalam bentuk yang sempurna baik secara fisik maupun non fisik. Selain itu juga secara faktual manusia dikaruniai dengan akal pikiran, perasaan, ilmu pengetahuan.
Ayat ini menyiratkan bukti bahwa Allah Swt menciptakan manusia dalam keadaan hidup dan berbicara. Manusia itu awalnya merupakan sesuatu yang tidak ada tanda-tanda kehidupannya, tidak bisa berbicara serta tidak ada bentuknya secara jelas, karena berupa segumpal darah.
Mengenai asal-usul manusia, banyak pakar ilmuwan berbeda pendapat. Namun sebagai umat Islam, kita harus yakin bahwa manusia tercipta dari segumpal darah.
Adapun mengenai Rukh, tidak usah dipertanyakan dan dipersoalkan. Sebab mengenai Rukh ini merupakan rahasia Illahi, dan Rukh inlah yang menjadikan manusia menjadi unik dibandingkan dengan makhluk-makhluk lain.
Sungguh menakjubkan manusia itu. Tubuhnya tersusun atas sejumlah sistem, setiap sistem melakukan fungsi tertentu, dan semua sistem berhubungan dan berkomunikasi satu dengan lain melalui darah dan saraf. Ada sistem rangka, yang menunjang tubuh dan melindungi organ-organ dalam, ada sistem otot, yang dengannya terjadi pergerakan baik disadari maupun tidak, ada sistem saraf yang mengirim sinyal dari dan ke otak. Ada sistem pencernaan, pernafasan, uriner dan masih banyak sistem-sistem lainnya.
Sistem tubuh terbentuk dari organ-organ yang mengandung berbagai macam jaringan. Suatu jaringan merupakan kumpulan sel-sel yang sama, yang melakukan satu fungsi tertentu. Tubuh orang dewasa mengandung lebih dari lima puluh trilun sel. Tiga milyar sel tubuh mati setiap menit, kemudian digantikan dengan yang baru.
Manusia dikaruniai sendi dan otot yang memungkinkan dia bergerak dengan kisaran yang sangat luas. Gerakan manusia sungguh menakjubkan. Sendi peluru pada bahu merupakan sendi yang memungkinkan gerakan lengan ke atas, ke bawah, ke depan, ke belakang, ke kiri dan ke kanan mengelilingi sisi tubuh. Tangan manusia, misalnya, merupakan salah satu keajaiban yang luar biasa. Sulit, bahkan mustahil dapat diciptakan oleh manusia satu alat yang serupa dengan manusia, dari segi kesederhanaan serta kemampuan dan kecepatan beraksi. Apabila kita akan membaca, maka tangan kita mengambil bacaan itu kemudian memantapkan letaknya yang sesuai, agar kita dapat nyaman dalam membaca. Tanganlah yang menyesuaikan secara otomatis. Ketika kita membalik salah satu lembaran buku, maka kita meletakkan jari-jari kita di bawah kertas dengan sangat mudah, kemudian menekannya dengan kekuatan yang memungkinkan untuk dibalik, lalu tekanan itu menghilang dari lembaran tersebut dengan sendirinya. Tangan memegang pena dan menulis, tangan juga menggunakan aneka alat, seperti sendok, pisau, atau alat tulis menulis. Tangan yang membuka dan menutup jendela, tangan juga yang membawa apa yang hendak kita bawa. Manusia dengan tangannya dapat membedakan kehalusan maupun kekasaran suatu permukaan atau barang-barang lainnya. Kedua tangan kita terdiri dari dua puluh tujuh tulang, dan sembilan kelompok otot pada masing-masing dari ke dua tangan itu. Sungguh, luar biasa dan sangat mengagumkan.
Telinga, lain pula keajaibannya. Satu bagian dari telinga manusia (telinga bagian tengah) merupakan rangkaian dari empat ribu lekukan yang sangat halus dan kompleks, yang tersusun dalam satu sistem yang sangat rapi dalam kadar dan bentuknya.Dapat dikatakan bahwa lekukan-lekukan itu mirip dengan instrumen (alat) musik.
Jelas bahwa hal itu telah dipersiapkan Allah Swtsedemikian rupa, sehingga dapat menerima dan mengirim ke otak dengan satu cara, setiap bisikan suara atau dentuman keras, demikian jug setiap geledekan guntur, atau desir daun, disamping keaneka-ragaman yang demikian indah dari nada setiap alat musik dalam satu orkestra yang kesatuannya sangat serasi. [1]
Organ-organ tubuh manusia yang demikian hebat itu, kemungkinan dimiliki pula oleh makhluk lainnya. Akan tetapi manusia memiliki keistimewaan dan kekhususan tersendiri, yaitu rukh, akal, perasaan yang tidak dimiliki oleh maklhuk lainnya. “Sungguh Maha Kuasa Allah lagi Maha Pencipta”!

ANALISA Q.S. AL – INSAAN (76) AYAT 2

انا خلقنا الإنسان من نطفة أمشاج نبتليه فجعلنه سميعا بصيرا

ARTINYA :
“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari setetes mani yang bercampur yang Kami hendak mengujinya (dengan Perintah dan Larangan), karena itu Kami jadikan dia mendengar dan melihat”

ANALISANYA :
Ayat ini memaparkan bahwa asal usul kejadian manusia adalah dari setetes mani yang bercampur yaitu bercampur antara benih lelaki (sperma) dengan benih perempuan (ovum), kemudian menjadi segumpal darah, lalu menjadi segumpal daging atau nuthfah.
Jadi, Nuthfah ini adalah bibit dari mani laki-laki (sperma) dengan bibit dari mani perempuan (oevum). Setelah ke dua mani ini telah bertemu, maka mereka saling melekat, kemudian menjadi segumpal darah dan kemudian menjadi segumpal daging, yang disebut dengan nuthfah tadi.
Nuthfah itu kemudian disimpan secara rapi dan tersembunyi di tempat yang kokoh, yaitu dalam rahim atau kandungan (peranakan) perempuan. Ini, adalah bibit manusia.
Dari bibit laki-laki (sperma) dan bibit perempuan (ovum) itu pula telah terjadi persediaan seorang anak. Seorang anak akan menyerupai bentuk seperti ayahnya atau ibunya, bahkan ada juga yang merupakan perpaduan atau “kombinasi”.
Sejak menjadi nuthfah , dia tinggal di perut ibunya dengan nyaman dan hangat dengan suhu yang teratur. Dia memperoleh makanan dari zat-zat yang telah dimakan oleh ibunya. Setelah sampai bilangan bulannya, yaitu selama sembilan bula sepuluh hari, maka lahirlah dia sebagai anak manusia bergerak dan menangis. Hidup yang senang dalam suhu teratur dalam rahim atau kandungan ibunya, tiba-tiba berubah. Sejak itu mulai dia harus menantang udara[2].
Dia menangis karena dia terkejut. Diapun bergerak, hal ini menandakan bahwa dia hidup dan ingin hidup. Melalui proses dan tahapan, dia harus mulai menyesuaikan dirinya dengan lingkungannya.
Alat pertama hanya menangis dan menangis. Akan tetapi semuanya itu dengan berangsur-angsur akan diatasinya. ……”maka Kami jadikanlah dia mendengar, lagi melihat” (akhir ayat 2).
Manusia akan bisa melalui proses kehidupan di alam raya ini, yaitu dari kecil, ia akan tumbuh semakin hari semakin besar.
Dari anak dalam pangkuan, dia akan tegak, dia akan berlari, dia akan berjuang mengatasi hidup ini. Maka Allah Swt memberikan kepada manusia dua lat yang sangat penting bagi menyambungnya kehidupan pribadinya dengan alam sekelilingnya itu.
Manusia diberi pendengaran dan penglihatan. Maka pendengaran dan penglihatan itu adalah untuk mengontakkan pribadi si manusia dengan alam sekelilingnya tadi. Supaya didengarnya suara, kemudian diperbedakannya mana yang nyaring dan mana yang tidak, mana suara yang dekat dan mana suara yang jauh.
Dengan penglihatan dilihatnya sesuatu yang besar dan sesuatu yang kecil, jauh dan dekat, atas dan bawah, indah dan buruk.
Semakin hari, dia semakin tumbuh dan berkembang.
Setelah tiba masanya untuk dapat membedakan mana yang baik dan mana yang buruk, mana yang seharuskan dilakukan dan mana yang seharusnya ditinggalkan, maka Allah Swt mengujinya dengan “Perintah dan Larangan”.
Bagi yang melanggar “Larangan” Allah Swt, maka dia akan menerima azab yang sangat pedih. Sebaliknya, bagi yang melaksanakan “Perintah” Allah Swt, maka dia akan memperoleh ganjaran yang tiada putus-putusnya dan akan meraih kebahagiaan di dunia dan akherat.


ANALISA Q.S. AL-FURQỠN (25) AYAT 54

وهو الذى خلق من الماء بشرا فجعله نسبا وصهرا وكان ربك قديرا

ARTINYA :
“Dan Dia menciptakan manusia dari air, lalu Dia jadikan manusia itu mempunyai keturunan dan mushaharah (hubungan kekeluargaan yang berasal dari perkawinan seperti menantu, ipar, mertua dan sebagainya), dan adalah Tuhanmu Maha Kuasa”
ANALISANYA :
Melalui Ayat ini Allah Swt memberitahukan kepada manusia bahwa penciptaan manusia itu berasal dari air. “Air” yang dimaksud adalah air yang berupa air mani laki-laki (sperma) dan air mani perempuan (ovum). Air ini merupakan bibit manusia, yang kemudian bercampur, lalu menjadi segumpal darah, dan kemudian menjadi segumpal daging atau “nuthfah”. Dari nuthfah ini, maka melalui tahapan-tahapan, seiring berjalannya waktu kemudian terciptalah sosok manusia yang lengkap dan sempurna.
Kemudian secara berpola terjadilah suatu proses yang kemudian melahirkan keturunan-keturunan dari suatu generasi ke generasi berikutnya. Mereka kemudian berkembang dan pada akhirnya menyebar keseluruh dunia.
Mereka ditautkan satu sama lain melalui perkawinan dan berketurunan. Dengan perkawinan terbentuklah suatu hubungan kekeluargaan. Hubungan kekeluargaan yang terbentuk sebagai hasil dari perkawinan itu, dapat berupa hubungan kekeluargaan melalui hubungan darah atau keturunan maupun hubungan kekerabatan lainnya.
Secara berangsur-angsur manusia-manusia mengalami pertumbuhan. Pertumbuhan awalnya adalah ketiadaan dengan cara kelahiran, dan kemudian akan berakhir dengan ketiadaan pula dengan cara kematian.
Setelah kematin, kemudian mereka akan dibangkitkan pada hari kiamat. Kemudian seluruh makhluk pun dihitung atau dihisab amalnya ketika masih hidup (berada) di dunia. Setiap manusia akan dibalas sesuai dengan amalnya. Apabila amalnya baik, maka dibalas dengan kebaikan dan apabila amalnya buruk, maka akan dibalas dengan keburukan. Sungguh Allah Swt Maha Adil dan Maha Bijaksana.[3]

Dari uraian tentang Ayat-Ayat tersebut di atas, maka penyusun mencoba memberikan kesimpulan sebagai berikut :
1. Bahwa proses terjadinya manusia itu asal mulanya adalah dari saripati tanah
2. Allah Swt menjadikan saripati tanah diserap oleh tumbuh-tumbuhan
3. Allah menjadikan sari pati tanah yang telah diserap tumbuh-tumbuhan itu dimakan oleh hewan.
4. Tumbuh-tumbuhan dan hewan tersebut dimakan oleh manusia
5. Makanan yang dimakan oleh manusia itu, kemudian menjadi air.
6. Air yang dimaksud adalah air yang menjadi bibit atau benih yang disebut dengan sel sperma pada pria dan sel ovum pada wanita.
7. Pertemuan antara sel perma dan sel ovum, kemudian tersimpan di dalam tempat yang tersembunyi dan kokoh, yaitu rahim atau kandungan ibu
8. Setelah melalui beberapa tahap, akhirnya menjadi janin manusia.
9. Janin manusia itu, melalui tahapan-tahapan perkembangan dan masa tertentu sampailah waktunya pada proses kelahiran. Tumbuh, berketurunan dan tersebar ke seluruh dunia. Membentuk keluarga melalui hubungan perkawinan
10. Allah Swt menganugerahkan pula pendengaran, penglihatan, akal dan perasaan
11. Dengan pendengaran, penglihatan, akal dan perasaan, manusia menghadapi tantangan hidup, seiring dengan “Perintah” dan “Larangan” dari Allah Swt


REFERENSI
- Harun, Dudung, Abdullah, “Mengenal Fase-fase Kejadian Kehidupan”, Jakarta : Kalam Mulia, 1993
- Mahmud, Musthafa, “Rahasia dalam Al-Qur’an”, Jakarta : Pustaka Azzam , 1992
- Qardhawi, Yusuf, “Al-Qur’an Akal dan Ilmu Pengetahuan”, : Jakarta : Gema Insani, Jakarta, 1999
- Shihab, Quraish, M, “Mu’jizat Al-Qur’an”, Jakarta : Mizan, 2001
- Shihab, Quraish, M, Dia Dimana-mana ‘Tangan’ Tuhan Dibalik Setiap Fenomena”, Jakarta : Lentera Hati, 2004
1 Harun, Dudung Abdullah, Mengenal fase-fase kejadian kehidupan, (Jakarta: Kalam Mulia, 1993), h.3
2 Shihab, M, Quraish, Mu’jizat Al-Qur’an, (Jakarta: Mizan, 2001), h. 167
[1] Shihab, Quraish, M, “Dia dimana-mana ‘Tangan’ Tuhan Di balik Fenomena”, (Jakarta : Lentera Hati, 2004), h. 111-115
[2] Mahmud, Musthafa, “Rahasia dalam Al-qur’an”, (Jakarta : Pustaka Azzam, 1992), h. 115-140
[3] Shihab, Quraish, M, Dia Dimana-mana ‘Tangan’ Tuhan Di balik Setiap Fenomena”, (Jakarta : Lentera Hati, 2004), h. 3-18

Tidak ada komentar: