08 Februari 2008

ANALISIS SOAL

Secara umum Analisis Soal merupakan suatu tindakan atau proses menentukan Reliabilitas dan Validitas suatu soal, Fungsi Pengecoh dari soal yang telah di tes kan kepada peserta didik atau siswa. Analisis Soal yang dilaksanakan itu tentu saja mempunyai tujuan, antara lain adalah untuk mengetahui seberapa besar atau seberapa tinggi Tingkat Kesukaran suatu soal yang telah di tes kan kepada peserta didik atau siswa. Selain itu Analisis Soal dilaksanakan agar dapat diketahui Daya Pembedanya dan memberikan gambaran secara empirik dihitung reliabilitasnya.
Analisis Soal seharusnya dilaksanakan oleh guru pada setiap selesai mengadakan tes (Analisis Soal lebih tepat dilaksanakan setelah tes semester). Akan tetapi hal ini jarang terjadi. Bahkan penyusun pernah menjumpai seorang guru tidak pernah melaksanakan Analisis Soal. Hal ini dimungkinkan karena berbagai hal atau faktor penyebab. Diantaranya adalah karena tidak tahu cara menyusun Analisis Soal. Ketidak tahuan cara menyusun Analisis Sosial ini tidak hanya dialami oleh penyusun saja, nampaknya oleh sebagian besar guru, termasuk penyusun.
Itulah sebabnya, timbul suatu pertanyaan : Bagaimana cara menganalisis suatu soal !?!. Akhirnya dengan berbagai kekurangan, penyusun mencoba menyusun suatu Analisis Soal, baik yang Kualitatif maupun yang Kuantitatif.

Tujuan penyusunan Analisis Soal ini adalah, antara lain :
Untuk mengidentifikasi soal dalam rangka menentukan Tingkat Kesukaran dan Daya Pembeda soal yang di tes kan, sehingga dapat diketahui mana soal yang baik, mana soal yang kurang baik yang memerlukan perbaikan dan mana soal yang jelek yang tidak boleh dipakai.
Untuk memberikan kontribusi terhadap peningkatan efektifitas di dalam penyusunan soal, sehingga soal memiliki Realibilitas dan Validitas yang dapat dipertanggung jawabkan.
Untuk mengetahui berfungsi atau tidak terhadap soal yang di tes kan kepada peserta didik, untuk mengambil langkah-langkah di dalam peningkatan kualitas suatu soal.

Analisis Soal terhadap yang telah di tes kan, tentu saja mempunyai manfaat, antara lain :
Analisis Soal bermanfaat sebagai alat untuk mengukur seberapa besar Daya Pembeda dan Tingkat Kesukaran terhadap soal yang telah disusun serta telah dilaksanakan tes.
Analisis Soal bermanfaat sebagai pedoman di dalam penyusunan soal yang akan datang beradasarkan hasil tes, sehingga tercapai penyempurnaan soal-soal tes untuk kepentingan lebih lanjut.
Untuk memberikan informasi yang jelas mengenai Reabilitas dan Validitas suatu soal yang telah di tes kan.

ANALISIS KUALITATIF
Analisis Kualitatif lazim disebut sebagai Validitas Logis, yaitu Penelaahan terhadap suatu soal ditinjau dari segi teknis, isi dan editorial. Analisis secara teknis adalah penelaahan ditinjau dari prinsip-prinsip pengukuran dan format penulisan soal.
Analisis secara isi adalah penelaahan khusus berkaitan dengan kelayakan pengetahuan yang ditanyakan.
Analisis secara editorial adalah penelaahan khususnya berkaitan dengan keseluruhan format dan keajegan editorial dari soal yang satu ke soal yang lainnya.
Tinjauan lainnya dapat dikategorikan dari segi materi, konstruksi dan bahasa.
Tinjauan materi berkaitan dengan substansi keilmuan yang ditanyakan di dalam soal serta tingkat kemampuan yang sesuai dengan soal.
Tingkat kemampuan yang diukur soal dapat berupa ranah kognitif seperti yang diuraikan dalam taksonomi Bloom, yaitu mulai dari ingatan sampai pada evaluasi atau kemampuan. Tinjauan konstruksi umumnya berkaitan dengan teknik penulisan soal.
Melalui analisis kualitatif dapat diketahui berfungsi tidaknya sebuah soal.

ANALISIS KUANTITATIF
Setelah soal selesai ditulis dan dianalisis secara kualitatif (direview), maka langkah selanjutnya adalah mengumpulkan data empiris melalui ujicoba sebagai landasan atau sebagai pedoman untuk melihat lebih berfungsinya sebuah soal.
Hasil analisis dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana soal dapat membedakan antara peserta didik yang kemampuannya tinggi dalah hal yang didefinisikan oleh kriteria dengan peserta didik yang kemampuannya rendah.
Dalam hal memilih kriteria yang akan digunakan orang menginginkan adanya ukuran yang baik untuk kemampuan ataupun keterampilan yang diukur oleh soal.
Analisis soal secara kuantitatif menekankan pada analisis karakteristik internal tes melalui data yang diperoleh secara empiris.
Karekterisrik internal secara kuantitatif dimaksudkan meliputi tingkat kesukaran, daya pembeda (validitas), dan reliabilitas.
Khusus mengenai soal pilihan ganda, dua tambahan karakteristik yaitu dilihat dari peluang untuk menebak atau menjawab soal benar dan apakah semua option sudah berfungsi secara baik yaitu penyebaran semua alternatif jawaban dari subyek-subyek yang dites.

a. TINGKAT KESUKARAN
Tingkat Kesukaran adalah suatu hasil analisis soal yang ditentukan oleh kedalaman soal, kompleksitas, atau hal-hal lain yang berkaitan dengan kemampuan yang diukur oleh soal. Namun demikian, ketika kita mengkaji lebih mendalah terhadap tingkat kesukaran soal, akan sangat sulit menentukan mengapa sebuah soal lebih sukar dibandingkan dengan soal yang lain.
Para psikometrisian menentukan tingkat kesukaran berdasarkan seberapa banyak peserta tes dapat menjawab benar pada soal yang diberikan. Jika semua peserta tes dapat menjawab benar pada satu soal, maka soal tersebut dikatakan mudah.
Sebaliknya jika dari 100 orang hanya satu orang saja yang dapat menjawab benar pada satu soal, maka soal tersebut dikategorikan sangat sukar.
Secara umum, menurut teori klasik, tingkat kesukaran dapat dinyatakan melalui beberapa cara diantaranya : Proporsi menjawab benar, Skala Kesukaran Linier, Indeks Davis, Skala Bivariat.
Adapun Proporsi jawaban benar (p), yaitu : Jumlah peserta tes yang menjawab benar pada butir soal yang dianalisis dibandingkan dengan jumlah peserta tes seluruhnya merupakan tingkat kesukaran yang paling umum digunakan.
Persamaan yang digunakan untuk menentukan tingkat kesukaran adalah :

∑x
p= ---------------
S m N
p = Proporsi menjawab benar atau tingkat kesukaran
∑x = Banyaknya peserta tes yang menjawab benar
Sm = Skor maksimum
N = Jumlah peserta tes

b. VALIDITAS SOAL
Dengan penelitian empiris dan pembuktian-pembuktiannya bergantung kepada macam validitas yang digunakan. Validitas tes perlu dilakukan untuk mengetahui kualitas sub tes dalam kaitannya untuk menyatakan bahwa suatu tes mengukur hal yang seharusnya diukur. Data analisis yang baik sesuai dengan apa adanya disebut : Data Valid. Agar dapat diperoleh data yang valid, maka instrumennya harus valid.
Menurut Anastasi (1988) Validitas adalah suatu tingkatan yang menyatakan bahwa suatu alat ukur telah sesuai dengan apa yang diukur. Sedangkan Gronlund (1985) mengatakan bahwa validitas berkaitan dengan hasil suatu alat ukur, menunjukkan tingkatan, dan bersifat khusus sesuai dengan tujuan pengukuran yang akan dilakukan.
Para pengembang tes memiliki tanggung jawab dalam mebuat tes yang benar-benar reliable dan valid. Oleh karena itu validitas dapat digunakan dalam memeriksa secara langsung seberapa jauh suatu alat telah berfungsi.
Anastasi (1988) membedakan validitas kedalam tiga bagian yaitu : Content-Related Validity, Criterion-Related-Validity, Construct-Related Validity.
Validitas juga dapat dibedakan menjadi beberapa bagian yaitu
(1). Face Validity, (2). Content Validity, (3). Construct Validity, (4). Predictive Validity, (5). Concurrent Validity, 6. Factorial Validity.
Face Validity mengandung arti bahwa suatu alat ukur dipandang valid apabila nampaknya telah mengukur apa yang hendak diukur.
Content Validity mengandung arti bahwa suatu alat ukur dipandang valid apabila sesuai dengan isi yang hendak diukur.
Construct Validity mengandung arti bahwa suatu alat ukur dikatakan valid apabila telah cocok dengan konstruksi teoritik dimana tes itu dibuat.
Predicitive Validity menunjuk kepada hubungan antara tes skor yang diperoleh peserta didik dengan keadaan yang akan terjadi di waktu yang akan datang.
Concurent Validity menunjuk pada hubungan antara tes skor dengan yang dicapai dengan dengan keadaan sekarang.
Factorial Validity adalah suatu tinjauan valid tidaknya tes diuji dari faktor-faktor yang akan diukur.

c. RELIABILITAS SOAL
Reabilitas adalah suatu hal yang sangat penting pada suatu alat pengukuran yang standar. Dengan demikian penelitian mengenai reabilitas perlu dilakukan dalam pengembangan alat ukur yang baku seperti dalam pengembangan ataupun penggunaan perangkat ujian.
Menurut teori klasik Reabilitas dihubungkan dengan pengertian adanya ketepatan suatu tes dalam pengukurannya. Nunnaly (1970), Allen dan Yen (1979), dan Anastasi (1986) menyatakan bahwa Reabilitas adalah kestabilan skor yang diperoleh orang yang sama ketika diuji ulang dengan tes yang sama pada situasi yang berbeda atau dari satu pengukuran ke pengukuran lainnya. Jadi Reabilitas dapat menyatakan sebagai tingkat konsistensi atau kemantapan hasil dari hasil dua pengukuran terhadap hal yang sama. Hasil pengukuran itu diharapkan akan sama apabila pengukuan itu diulangi.
Reabilitas memiliki dua konsistensi.
1. Konsistensi yang pertama adalah Konsistensi Internal, yakni tingkat sejauh mana butir soal itu homogen baik dari segi tingkat kesukaran maupun bentuk soalnya.
2. Konsistensi yang ke dua yaitu Konsistensi Eksternal, yakni tingkat sejauh mana skor dihasilkan tetap sama sepanjang kemampuan orang yang diukur belum berubah.
Ada berbagai macam Teknik Korelasi yang dikenal dalam menentukan Reabilitas, antara lain : Internal Konsistensi. Teknik ini didasarkan pada Homogenitas atau Korelasi antar skor jawaban pada setiap butir tes.
Nunnaly (1972) menyatakan bahwa tehnik ini didasarkan pada Homogenitas atau Korelasi antara skor jawaban pada setiap butir tes.

Tidak ada komentar: