CURUG WETAN
JALAN BERLOBANG
BIKIN BADAN BERGOYANG
TANGAN BERLENGGANG
KEPALA MENJADI TEGANG
CURUG WETAN
SEBUAH PENANTIAN
SEBUAH PERMAINAN
SEBUAH PEREKAYASAAN
SEBUAH TANTANGAN
CURUG WETAN
TEMPAT MERAJUT KEKUATAN
MENOREHKAN KENANGAN
MEMBIASKAN PENGABDIAN
MENEGUHKAN TUJUAN
CURUG WETAN
JALAN PANJANG
TONGGAK PERJUANGAN
MENGUKIR PRESTASI
MEMBANGUN GENERASI YANG CINTA KEPADA IBU PERTIWI
BLOG INI SEBAGAI BAGIAN DARI PEMBELAJARAN, INFORMASI DAN RUANG EKSPRESI SERTA IMAJINASI. OLEH KARENA ITU TEGUR-SAPA, SARAN-KRITIK YANG BERSIFAT MEMBANGUN SANGAT DIHARAPKAN. SEIRING DENGAN ITU, TENTU AKAN DAKU TERIMA DENGAN SEGALA SENANG HATI.
27 April 2008
PEDOMAN KARYA TULIS UTK KEBANGSAAN
SELURUH SISWA KEBANGSAAN YANG AKAN MENYUSUN KARYA TULIS DIWAJIBKAN MENGIKUTI PEDOMAN, SEBAGAI BERIKUT:
A. BAGIAN AWAL, terdiri dari :
- HALAMAN SAMPUL
- LEMBAR LOGO (KALAU ADA)
- HALAMAN JUDUL
- HALAMAN PERSETUJUAN (PEMBIMBING DAN PENGUJI)
- KATA PENGANTAR
- DAFTAR ISI
- DAFTAR TABEL (KALAU ADA)
- DAFTAR GAMBAR / FOTO (KALAU ADA)
- DAFTAR LAMPIRAN (KALAU ADA)
B. BAGIAN TENGAH, terdiri dari :
- PENDAHULUAN
- PEMBAHASAN YANG DIBAGI MENJADI BAB-BAB
- KESIMPULAN
C. BAGIAN AKHIR, terdiri ada :
- DAFTAR PUSTAKA
- LAMPIRAN ATAU APENDIKS (KALAU ADA)
D. BAGIAN PALING AKHIR :
- DAFTAR RIWAYAT HIDUP
- PENJELASAN :
A. BAGIAN AWAL, terdiri dari :
- HALAMAN SAMPUL dan HALAMAN JUDUL :
Isi Halaman Sampul dan Halaman Judul, terdiri dari :
1. JUDUL KARYA TULIS
2. NAMA PENULIS dan NOMOR INDUK
3. NAMA SEKOLAH dan ALAMAT
4. TAHUN PENYUSUNAN KARYA TULIS
- HALAMAN PERSETUJUAN (PEMBIMBING DAN PENGUJI)
Halaman Persetujuan Pembimbing berisi seperti Halaman Sampul dan Halaman Judul, dengan tambahan :
1. Keterangan Judul, di bawah Judul diberi Formulasi singkat mengenai Tujuan Penyusunan.
2. Nomor Induk Siswa dicantumkan langsung di bawah
Nama Penyusun. Nama Penyusun diberi garis bawah.
3. Nama Pembimbing diletakkan di atas Nama Sekolah, di atasnya dicantumkan kata “Di Bawah Bimbingan”.
Halaman ini ditanda-tangani oleh Pembimbing setelah karya tulis dikoreksi, disetujui dan siap disajikan.
- KATA PENGANTAR
Kata Pengantar berisi ucapan rasa syukur dan terimakasih kepada berbagai pihak atas terselesaikannya karya tulis.
Ucapan terimakasih itu ditulis sesudah rasa syukur dan ditujukan kepada berbagai pihak yang telah membantu penyelesaian karya tulis. Urutannya sebagai berikut :
1. Kepala Sekolah
2. Wali Kelas
3. Pembimbing
4. Pihak-pihak yang telah memberikan informasi-informasi sehubungan dengan karya tulis.
5. Pihak-pihak lain yang benar-benar memberi bantuan.
Ucapan terimakasih disampaikan secara wajar, tidak berlebihan, tidak terlalu merendahkan diri.
- DAFTAR ISI
Daftar Isi memuat keterangan tentang pokok-pokok karya tulis.
Di sini dicantumkan judul-judul dari bagian-bagian karya tulis, masing-masing diberi nomor dan halaman yang memuatnya.
Adapun cara-cara penyusunan bagian-bagian itu adalah :
Karya tulis menggunakan kata “BAB” ditepi sebelah kiri, kemudian diikuti nomor bab dan judul bab.
Selanjutnya di bawah judul dari bagian bab dicantumkan nomor dan judul-judul dari bagian bab.
Nomor halaman dicantumkan di sebelah kanan dihubungkan dengan titik-titik dengan bagian yang diberi nomor itu.
- DAFTAR TABEL (KALAU ADA)
Kalau dalam karya tulis lebih dari 5 (lima) buah tabel, maka perlu dibuat daftar tabel tersendiri dan nomor halaman.
Kata-kata “DAFTAR TABEL” dicantumkan di tengah-tengah. Selanjutnya judul-judul tabel dicantumkan secara berurutan, masing-masing diikuti nomor halaman yang memuatnya.
- DAFTAR GAMBAR / FOTO (KALAU ADA)
Cara sama seperti pada penyusunan daftar tabel
- DAFTAR LAMPIRAN (KALAU ADA)
Cara sama seperti pada penyusunan daftar tabel
B. BAGIAN TENGAH, terdiri dari :
- PENDAHULUAN
Isi Pendahuluan merupakan penjelasan-penjelasan yang erat hubungannya dengan masalah yang dibahas dalam bab-bab.
Penjelasan-penjelasan itu dirinci sebagai berikut :
1. Latar Belakang Masalah
2. Tujuan Penelitian
3. Pembatasan dan Perumusan Masalah
4. Metode Penelitian
5. Sistematika Penyusunan
- PEMBAHASAN YANG DIBAGI MENJADI BAB-BAB
Memuat tafsiran-tafsiran, analisis terhadap data yang berhasil dikumpulkan dan sebagainya yang merupakan jawaban terinci atas persoalan yang berhubungan dengan pokok-pokok pembahasan secara proporsional.
Uraian tentang hal-hal yang bersifat teoritis yang data-datanya sebagian besar diperoleh dari hasil penelitian kepustakaan ditempatkan pada permulaan penguraian masalah.
Data-data beserta analisisnya yang diperoleh melalui penelitian lapangan dibahas sesudah itu.
- KESIMPULAN
Kesimpulan di tarik dari pembuktian atau dari uraian yang ditulis terdahulu dan berhubungan dengan pokok masalah, dengan demikian tidak dapat dibenarkan apabila sesuatu yang dibahas dalam bab-bab penguraian diambil sebagai kesimpulan.
Kesimpulan bukanlah merupakan ikhtisar dari apa yang ditulis terdahulu. Ikhtisar dapat dilakukan akan tetapi dengan tujuan untuk mencapai hubungan atau sekelompok data dan pokok masalah agar sampai kepada kesimpulan-kesimpulan tertentu.
Bab ini juga dapat memuat uraian yang menunjukkan proses pemikiran untuk sampai pada kesimpulan itu.
C. BAGIAN AKHIR, terdiri ada :
- DAFTAR PUSTAKA
Semua sumber kepustakaan. Cara penulisannya sebagai berikut :
1. Tanpa gelar dan dimulai dengan Nama Belakang, Nama Depan, Nama Tengah.
Misalnya : Tuti J. Rismarini, S.Ag, M.Pd.
Maka penulisannya : Rismarini, Tuti, J.
2. Judul buku, diberi tanda petik di awal dan akhir
3. Nama kota
4. Nama Penerbit
5. Tahun Penerbitan
6. Cetakan ke (kalau ada)
7. Jilid ke (kalau ada)
- LAMPIRAN ATAU APENDIKS (KALAU ADA)
1. Isi Lampiran adalah hal-hal yang merupakan kelengkapan pembahasan, tetapi tidak mempunyai kaitan yang terlalu langsung dengan masalah yang dibahas, misalnya : angket, tanda-tanda bukti penelitian, hasil wawancara, dan lain lain.
2. Urutan Lampiran harus disusun seseuai dengan urutan antara masalah-masalah yang dibahas dalam karya tulis.
Menyusun lampirannya harus berurutan dari yang berkaitan dengan bab awal ke berikutnya.
TEKNIK PENULISAN
PENGGUNAAN BAHASA :
Disajikan secara formal, tepat, tidak berbelit-belit, bahasa yang lugas dan menggunakan ejaan yang berpedoman kepada EYD.
Tanda-tanda baca seperti koma, titik dan sebagainya digunakan sebagaimana mestinya.
BENTUK TULISAN JUDUL :
Judul karya tulis dan judul bab ditulis dengan huruf capital semua tanpa titik dan tanpa garis bawah. Judul ditulis di tengah-tengah halaman bagian atas karya tulis. Judul yang panjang disusun sedemikian rupa dengan memperhatikan estetika penulisan.
Judul Sub-bab dan bagian-bagiannya yang lebih kecil lagi ditulis dengan kapitalisasi, artinya setiap huruf awal kata, kecuali partikel, seperti : ke, dalam, dari, dan sebagainya ditulis dengan huruf capital.
KUTIPAN LANGSUNG :
Kutipan langsung tidak boleh lebih dari 1 (satu) halaman. Kutipan langsung sama dengan bentuk asli yang dikutip dalam hal susunan kata dan tanda bacanya.
UKURAN KERTAS :
Naskah diketik di atas kertas putih ukuran A 4 : 21,0 X 29, 7 cm, dengan berat 80 gram. Apabila ada tabel, gambar, lampiran-lampiran lain, dan sejenisnya, yang melebihi ukuran kertas, dipersilahkan untuk dilipat.
E. S A M P U L : dari karton tebal, warna sesuai dengan ketentuan
Sekolah ( KEBANGSAAN ).
MARGIN (MARJIN) :
Batas tepi pengetikan (marjin), sebagai berikut :
Margin Kiri : 4 cm
Marjin Atas : 4 cm
Marjin Kanan : 3 cm
Marjin Bawah : 3 cm
S P A S I :
Jarak antara Spasi (Baris) pengetikan naskah adalah 2 (dua) spasi. Pengetikan Judul Tabel dan Judul Gambar yang lebih dari 1 (satu) adalah 1 (satu) spasi.
Daftar Kepustakaan diketik 1 (satu) spasi, sedangkan jarak pengetikan antara 2 (dua) sumber kepurtakaan adalah 2 (dua) spasi.
PARAGRAF :
Pengetikan Alinea Baru (Paragraf) dimulai pada ketukan ke 6 (enam) dari marjin kiri, sedangkan jarak antar paragraph 2 (dua) spasi.
H U R U F :
Naskah diketik dengan computer, menggunakan huruf yang standar, yakni nomor 12 untuk Times New Roman atau Arial pada paket program MS Word, atau Roman 10 pada program WS atau setara keduanya.
BAGIAN PALING AKHIR :
Pada bagian paling akhir, dilampirkan DAFTAR RIWAYAT HIDUP SISWA, yang tersusun sebagai berikut :
- Bagian Awal ditulis kata : DAFTAR RIWAYAT HIDUP. Ditulis dengan huruf capital tanpa garis bawah, dan ditulis di tengah
- Bagian Tengah :
Antara kata DAFTAR RIWAYAT HIDUP dengan susunan berikutnya diberi jarak 4 (empat) spasi.
Kemudian ditulis secara berurutan sesuai dengan susunan berikut di bawah ini :
Nama Penyusun Karya Tulis
Tempat dan Tanggal Lahir
Riwayat Pendidikan :
o TK (kalau ada) : dari tahun ……… s/d tahun ………..
o SD : dari tahun ……… s/d tahun ………..
o SLTA / SMP : dari tahun ……… s/d tahun ………..
o SMA (sekarang) : kelas …… tahun pembelajaran …….
4. Ketrampilan lain (kalau ada)
- Bagian Akhir ditulis kalimat :
Demikian Daftar Riwayat Hidup dibuat dengan sebenarnya sebagai kelengkapan karya tulis ini.
24 April 2008
KIRIMAN DARI SESAMA MILIS
23/04/2008 23:38 PendidikanSiswi SMA Dicambuk Karena Bawa Ponsel Liputan6.com, Gorontalo: Citra Agustina, siswi SMAWira Bhakti Gorontalo, harus menerima hukuman cambuk karena ketahuanmembawa telepon seluler ke sekolah, Sabtu pekan lalu. Akibatnya, kakiCitra menderita luka lebam. Hingga kini rasa sakit masih terasa, meskisudah dirawat di Rumah Sakit Mansur Mohammad Dunda, Limboto, seharikemudian. Siswi kelas satu ini tidak berhenti menggenggam tangan ibunyakarena tidak kuasa menahan perih.Citra mengaku ia memang salah karena membawa telepon genggam kesekolah. Karena itu ia pun bersedia menjalani hukuman sesuai aturanyang berlaku di sekolah. Ironisnya, hukuman cambuk itu dilakukanpuluhan siswa-siswi serta disaksikan oleh gurunya tanpa ada yangmencegah meski korban sempat pingsan. Yusnandar Kadir, ayah korban,menyatakan tidak terima dengan perlakuan terhadap anaknya.Saat kasus ini dikonfirmasi, wartawan dilarang masuk ke sekolah yangdidirikan mantan Panglima TNI Wiranto itu. Hanya seorang anggota TNIberpakaian dinas yang menemui wartawan di luar kompleks sekolahunggulan itu. Namun, ia juga tidak bersedia dikonfirmasi soal kasuspenganiayaan tersebut.(ADO/ Syamsu Panna)****Bagi rekan - rekan guru mari salurkan aktifitas dan minat siswa pada kegiatan yang positifseperti ikut dalam aktifitas olahraga agar siswa dapat menunjukkan jadi diri sebagai yang terbaik.Yang berminat Beladiri bisa ikut Silat, Karate, atau lainnya. Mereka bisa ikut perandingan yang hasilnya bisa membuat mereka bangga dan nama sekolah juga menjadi baik dan memiliki siswa yang berprestasi.Salam,Chandra
Bagaimana kalau pendidikan diserahkan kepada provinsi, dimana pemerintah daerah provinsi bekerjasama dengan pemerintah daerah kabupaten dalam membuat strategi penyelenggaraan pendidikan yang disesuaikan dengan kebutuhan dari masing-masing daerah.Kebutuhan bisa dalam berbagai aspek seperti aspek historis, aspek kultur, aspek kondisi geografis, aspek fisiografis, aspek sumberdaya material, aspek karakter etnik kedaerahan dan berbagai aspek lainnya yang masih dapat digali sehingga sistim pendidikan yang diterapkan akan dapat terlaksana dengan baik dan mencapai sasaran yang diinginkan yaitu mencerdaskan bangsa ini.Dalam hal ini tidak diperlukan standar yang sama dalam penilaian kualifikasi atau kompetensi peserta didik untuk masing-masing daerah, karena memang tidak dibutuhkan keseragaman standar yang dimaksud, peserta didik masing-masing akan memiliki kemampuan yang sesuai dengan pendidikan yang dilaluinya.Diharapkan masing-masing daerah akan mendapat tenaga-tenaga yang menguasai kondisi dan kebutuhan dalam membangun daerahnyaKalau toh diinginkan untuk tetap adanya semacam standarisasi kompetensi peserta didik, sebaiknya masing-masing daerah yang menetapkan penilaian standar bagi daerahnya masing-masing, dan secara bertahap akan terpacu untuk selalu menaikan standar penilaian sesuai dengan kecepatan kemajuan pendidikan daerah tersebut.Saya rasa hal tersebut di atas tidak akan mengurangi munculnya atau dihasilkannya generasi yang unggul secara nasional.salam,chairilsd
Mungkin apa tidak ya.......... ...bila produsen barang yang kemasannya dapat di daur ulang agar DIWAJIBKAN oleh Undang2 untuk membeli kembali kemasan bekas barang produksi yang telah di buang oleh konsumen?Mudah-mudahan kewajiban ini akan secara otomatis membentuk sendiri mekanisme perolehan kemasan bekas tersebut bila pihak produsen mengumumkan kepada masyarakat bahwa kemasan bekas dapat dijual kembali ke produsen barang dengan kemasan tersebut.Masyarakat secara alamiah (bagian dari pendidikan) akan terbiasa mengumpulkan atau memilah kemasan bekas tersebut karena mengetahui adanya nilai tambah yang bisa didapat dengan menjualnya atau bisa disumbangkan kepada pemulung.sala,chairilsd
Bagaimana kalau pendidikan diserahkan kepada provinsi, dimana pemerintah daerah provinsi bekerjasama dengan pemerintah daerah kabupaten dalam membuat strategi penyelenggaraan pendidikan yang disesuaikan dengan kebutuhan dari masing-masing daerah.Kebutuhan bisa dalam berbagai aspek seperti aspek historis, aspek kultur, aspek kondisi geografis, aspek fisiografis, aspek sumberdaya material, aspek karakter etnik kedaerahan dan berbagai aspek lainnya yang masih dapat digali sehingga sistim pendidikan yang diterapkan akan dapat terlaksana dengan baik dan mencapai sasaran yang diinginkan yaitu mencerdaskan bangsa ini.Dalam hal ini tidak diperlukan standar yang sama dalam penilaian kualifikasi atau kompetensi peserta didik untuk masing-masing daerah, karena memang tidak dibutuhkan keseragaman standar yang dimaksud, peserta didik masing-masing akan memiliki kemampuan yang sesuai dengan pendidikan yang dilaluinya.Diharapkan masing-masing daerah akan mendapat tenaga-tenaga yang menguasai kondisi dan kebutuhan dalam membangun daerahnyaKalau toh diinginkan untuk tetap adanya semacam standarisasi kompetensi peserta didik, sebaiknya masing-masing daerah yang menetapkan penilaian standar bagi daerahnya masing-masing, dan secara bertahap akan terpacu untuk selalu menaikan standar penilaian sesuai dengan kecepatan kemajuan pendidikan daerah tersebut.Saya rasa hal tersebut di atas tidak akan mengurangi munculnya atau dihasilkannya generasi yang unggul secara nasional.salam,chairilsd
Mungkin apa tidak ya.......... ...bila produsen barang yang kemasannya dapat di daur ulang agar DIWAJIBKAN oleh Undang2 untuk membeli kembali kemasan bekas barang produksi yang telah di buang oleh konsumen?Mudah-mudahan kewajiban ini akan secara otomatis membentuk sendiri mekanisme perolehan kemasan bekas tersebut bila pihak produsen mengumumkan kepada masyarakat bahwa kemasan bekas dapat dijual kembali ke produsen barang dengan kemasan tersebut.Masyarakat secara alamiah (bagian dari pendidikan) akan terbiasa mengumpulkan atau memilah kemasan bekas tersebut karena mengetahui adanya nilai tambah yang bisa didapat dengan menjualnya atau bisa disumbangkan kepada pemulung.sala,chairilsd
22 April 2008
TIPE-TIPE BELAJAR
SAYA BARU SAJA CHANING-CHANING MENGENAI TIPE-TIPE BELAJAR, DARI E-MAIL
AND SUMBER DARI buku yang berjudul ”Teori Belajar dan Pembelajaran”, Prof. DR. H. Aminuddin Rasyad menjelaskan bahwa secara umum tipe belajar anak didik adalah tipe visual, tipe auditif, tipe taktil, tipe olfaktoris, tipe gustatif, dan tipe campuran (kombinatif), penjelasannya,
TERUS DIRANGKUM, SEBAGAI BERIKUT:
TIPE BELAJAR VISUAL
Ciri-ciri tipe belajar visual: lebih mementingkan pada penampilan dalam berpakaian/presentasi, tidak mudah terganggu oleh keributan, mengingat yang dilihat dari pada yang didengar, lebih suka membaca dari pada dibacakan, seringkali mengetahui apa yang harus dikatakan, tapi tidak pandai memilih kata-kata, lebih suka melakukan demonstrasi dari pada pidato. Anak didik yang mempunyai tipe visual pada umumnya lebih suka musik, mempunyai masalah untuk mengingat instruksi verbal kecuali jika ditulis, dan seringkali minta bantuan orang untuk mengulanginya, mengingat dengan asosiasi visual. Jadi anak didik yang memiliki tipe visual mengandalkan aktivitas belajarnya pada materi pelajaran yang dilihatnya. Di sini yang memegang peranan penting adalah indera mata atau penglihatan (visual). Anak didik tipe ini gerbang pengetahuannya adalah indera mata, karena satu-satunya indera yang aktif dan dominan dalam dirinya adalah mata atau penglihatan. Baginya alat peraga sangat penting artinya untuk membantunya dalam penyerapan materi pelajaran. Dengan demikian pemilihan media yang tepat dalam pembelajaran sangat membantu untuk anak didik tipe ini.
TIPE AUDITORIAL
Ciri-ciri tipe belajar auditorial: gampang mengingat apa pun yang didengarnya. Bila menghafal ia sering membacanya keras-keras karena suara keras yang didengarnya memudahkannya mengerti. Ia juga suka diskusi dan berbicara dengan logika dan nada yang terpola.
TIPE KINESTETIK
Ciri-ciri tipe belajar kinestetik: belajarnya selalu menanggapi setiap pelajaran yang diterima dengan gerak fisik. Makanya ia cenderung mengajak lawan bicaranya disertai gerak fisik, maupun menggunakan jari dan tangan saat belajar. Ia pun lebih menyukai pelajaran yang diberikan dalam bentuk permainan karena pada dasarnya ia tidak dapat duduk dan berdiam lama saat belajar.
TIPE BELAJAR AUDITIF
Ciri-ciri tipe belajar auditif : saat bekerja suka berbicara kepada diri sendiri, mudah terganggu oleh keributan, belajar dengan mendengarkan dan mengingat apa yang didiskusikan dari pada yang dilihat, senang membaca dengan keras dengan mengucapkan tulisan di buku ketika membaca. Anak didik yang mempunyai tipe auditif pada umumnya pandai berbicara atau sebagai pembicara yang fasih, lebih pandai mengeja dengan keras daripada menuliskannya, lebih suka gurauan lisan daripada membaca komik. Anak didik yang mempunyai tipe auditif biasanya mempunyai masalah-masalah yang berkaitan dengan pekerjaan-pekerjaan yang melibatkan visual, berbicara dalam irama yang terpola, dapat mengulangi kembali dan menirukan nada, irama dan warna suara dari apa-apa yang telah didengarnya. Jadi anak didik yang memiliki tipe auditif mengandalkan aktivitas belajarnya pada indera pendengarannya. Di sini yang memegang peranan penting adalah indera telinga atau pendengarannya (auditif). Bagi anak didik tipe ini gerbang pengetahuannya adalah telinga. Karena itu baginya ucapan yang jelas dan terang dengan intonasi yang tepat sangat penting artinya untuk membantunya dalam penyerapan materi pelajaran.
TIPE BELAJAR TAKTIL
Ciri-ciri tipe belajar taktil: terampil melakukan sesuatu dengan mengandalkan sentuhan tangan. Anak didik yang bertipe belajar ini, yang memegang peranan penting adalah rabaan dan sentuhan. Anak didik yang seperti ini penyerapan hasil belajarnya melalui alat peraba, yaitu sentuhan tangan atau kulit. Misalnya: mengatur ruang ibadah, menentukan buah-buahan yang rusak (busuk), merangkai bunga, dan keterampilan-keterampilan lainnya yang sifatnya membutuhkan sentuhan tangan. Untuk itu, maka sebaiknya guru lebih menitikberatkan pada kegiatan yang secara langsung harus dikerjakan oleh anak didik. Jadi anak didik yang memiliki tipe taktil mengandalkan aktivitas belajarnya pada rabaan atau sentuhan (taktil). Di sini yang memegang peranan penting adalah indera peraba, yaitu tangan dan kulit atau bagian luar tubuh. Bagi anak didik tipe ini gerbang pengetahuannya adalah indera perabanya. Karena itu baginya sentuhan sangat penting artinya untuk mengetahui benda yang dirabanya. Ia sangat terampil apabila diberi tugas pada kegiatan yang sifatnya penataan atau pengaturan ruangan, penataan atau merangkai buah, merangkai bunga, mengatur seseatu yang membutuhkan sentuhan yangan.
TIPE BELAJAR OLFAKTORI
Ciri-ciri tipe belajar olfaktori: lebih suka belajar di laboratorium. Anak didik yang bertipe belajar ini, yang memegang peranan penting adalah ketergantunganya pada indera pencium. Anak didik seperti ini akan sangat cepat menyesuaikan dirinya dengan suasana bau lingkungan, sebab pada umumnya indera penciumnnya sangat peka terhadap bau-bauan. Untuk itu, maka sebaiknya Guru lebih menitikberatkan pada hal-hal yang berkaitan dengan indera penciuman. Jadi pada umumnya ia lebih memfungsikan indera penciuman, yaitu hidung. Jadi anak didik yang memiliki tipe olfaktoris mengandalkan aktivitas belajarnya pada alat indera penciuman. Di sini yang memegang peranan penting hidung (olfaktoris). Bagi anak didik tipe ini gerbang pengetahuannya adalah hidung. Karena itu baginya sangat cepat menyesuaikan diri dengan suasana bau lingkungan.
TIPE BELAJAR GUSTATIF
Ciri-ciri tipe belajar gustatif: lebih cepat memahami apa yang. dipelajarinya melalui indera kecapnya. Anak didik yang bertipe belajar ini, yang memegang peranan penting adalah lebih mengandalkan pada lidah (indera kecap). Untuk itu, maka sebaiknya Guru lebih menitikberatkan pada kegiatan belajar yang mengandalkan indera kecap, misalnya: dalam suatu kegiatan belajar yang berkaitan dengan rasa melalui lidah. Misalnya: rasa asin, manis, pahit, dan sebagainya. Jadi anak didik yang memiliki tipe gustatif mengandalkan aktivitas belajarnya pada indera pengecap. Di sini yang memegang peranan penting adalah kemampuan mencicipi (gustation=kemampuan mencicipi). Bagi anak didik tipe ini gerbang pengetahuannya adalah indera pengecap. Karena itu melalui indera pengecapnya ia dapat mengetahui berbagai rasa.
TIPE BELAJAR COMBINATIVE
Ciri-ciri tipe belajar combinative:
Anak didik yang bertipe belajar ini, yang mempunyai kemampuan mengikuti pelajaran dengan menggunakan lebih dari satu indera. Ia dapat menerima pelajaran dangan mata dan telinga sekaligus ketika belajar. Untuk itu, maka Guru tidak perlu menitik beratkan pada salah satu indera. Jadi anak didik yang memiliki tipe campuran (kombinatif) mengandalkan aktivitas belajarnya dengan menggunakan lebih dari satu inderanya. Di sini yang memegang peranan penting adalah mata, telinga, sentuhan, dan pengecap. Bagi anak didik tipe ini gerbang pengetahuannya bukan hanya mata, akan tetapi dapat menggunakan mata dan telinganya sekaligus ketika belajar.
AND SUMBER DARI buku yang berjudul ”Teori Belajar dan Pembelajaran”, Prof. DR. H. Aminuddin Rasyad menjelaskan bahwa secara umum tipe belajar anak didik adalah tipe visual, tipe auditif, tipe taktil, tipe olfaktoris, tipe gustatif, dan tipe campuran (kombinatif), penjelasannya,
TERUS DIRANGKUM, SEBAGAI BERIKUT:
TIPE BELAJAR VISUAL
Ciri-ciri tipe belajar visual: lebih mementingkan pada penampilan dalam berpakaian/presentasi, tidak mudah terganggu oleh keributan, mengingat yang dilihat dari pada yang didengar, lebih suka membaca dari pada dibacakan, seringkali mengetahui apa yang harus dikatakan, tapi tidak pandai memilih kata-kata, lebih suka melakukan demonstrasi dari pada pidato. Anak didik yang mempunyai tipe visual pada umumnya lebih suka musik, mempunyai masalah untuk mengingat instruksi verbal kecuali jika ditulis, dan seringkali minta bantuan orang untuk mengulanginya, mengingat dengan asosiasi visual. Jadi anak didik yang memiliki tipe visual mengandalkan aktivitas belajarnya pada materi pelajaran yang dilihatnya. Di sini yang memegang peranan penting adalah indera mata atau penglihatan (visual). Anak didik tipe ini gerbang pengetahuannya adalah indera mata, karena satu-satunya indera yang aktif dan dominan dalam dirinya adalah mata atau penglihatan. Baginya alat peraga sangat penting artinya untuk membantunya dalam penyerapan materi pelajaran. Dengan demikian pemilihan media yang tepat dalam pembelajaran sangat membantu untuk anak didik tipe ini.
TIPE AUDITORIAL
Ciri-ciri tipe belajar auditorial: gampang mengingat apa pun yang didengarnya. Bila menghafal ia sering membacanya keras-keras karena suara keras yang didengarnya memudahkannya mengerti. Ia juga suka diskusi dan berbicara dengan logika dan nada yang terpola.
TIPE KINESTETIK
Ciri-ciri tipe belajar kinestetik: belajarnya selalu menanggapi setiap pelajaran yang diterima dengan gerak fisik. Makanya ia cenderung mengajak lawan bicaranya disertai gerak fisik, maupun menggunakan jari dan tangan saat belajar. Ia pun lebih menyukai pelajaran yang diberikan dalam bentuk permainan karena pada dasarnya ia tidak dapat duduk dan berdiam lama saat belajar.
TIPE BELAJAR AUDITIF
Ciri-ciri tipe belajar auditif : saat bekerja suka berbicara kepada diri sendiri, mudah terganggu oleh keributan, belajar dengan mendengarkan dan mengingat apa yang didiskusikan dari pada yang dilihat, senang membaca dengan keras dengan mengucapkan tulisan di buku ketika membaca. Anak didik yang mempunyai tipe auditif pada umumnya pandai berbicara atau sebagai pembicara yang fasih, lebih pandai mengeja dengan keras daripada menuliskannya, lebih suka gurauan lisan daripada membaca komik. Anak didik yang mempunyai tipe auditif biasanya mempunyai masalah-masalah yang berkaitan dengan pekerjaan-pekerjaan yang melibatkan visual, berbicara dalam irama yang terpola, dapat mengulangi kembali dan menirukan nada, irama dan warna suara dari apa-apa yang telah didengarnya. Jadi anak didik yang memiliki tipe auditif mengandalkan aktivitas belajarnya pada indera pendengarannya. Di sini yang memegang peranan penting adalah indera telinga atau pendengarannya (auditif). Bagi anak didik tipe ini gerbang pengetahuannya adalah telinga. Karena itu baginya ucapan yang jelas dan terang dengan intonasi yang tepat sangat penting artinya untuk membantunya dalam penyerapan materi pelajaran.
TIPE BELAJAR TAKTIL
Ciri-ciri tipe belajar taktil: terampil melakukan sesuatu dengan mengandalkan sentuhan tangan. Anak didik yang bertipe belajar ini, yang memegang peranan penting adalah rabaan dan sentuhan. Anak didik yang seperti ini penyerapan hasil belajarnya melalui alat peraba, yaitu sentuhan tangan atau kulit. Misalnya: mengatur ruang ibadah, menentukan buah-buahan yang rusak (busuk), merangkai bunga, dan keterampilan-keterampilan lainnya yang sifatnya membutuhkan sentuhan tangan. Untuk itu, maka sebaiknya guru lebih menitikberatkan pada kegiatan yang secara langsung harus dikerjakan oleh anak didik. Jadi anak didik yang memiliki tipe taktil mengandalkan aktivitas belajarnya pada rabaan atau sentuhan (taktil). Di sini yang memegang peranan penting adalah indera peraba, yaitu tangan dan kulit atau bagian luar tubuh. Bagi anak didik tipe ini gerbang pengetahuannya adalah indera perabanya. Karena itu baginya sentuhan sangat penting artinya untuk mengetahui benda yang dirabanya. Ia sangat terampil apabila diberi tugas pada kegiatan yang sifatnya penataan atau pengaturan ruangan, penataan atau merangkai buah, merangkai bunga, mengatur seseatu yang membutuhkan sentuhan yangan.
TIPE BELAJAR OLFAKTORI
Ciri-ciri tipe belajar olfaktori: lebih suka belajar di laboratorium. Anak didik yang bertipe belajar ini, yang memegang peranan penting adalah ketergantunganya pada indera pencium. Anak didik seperti ini akan sangat cepat menyesuaikan dirinya dengan suasana bau lingkungan, sebab pada umumnya indera penciumnnya sangat peka terhadap bau-bauan. Untuk itu, maka sebaiknya Guru lebih menitikberatkan pada hal-hal yang berkaitan dengan indera penciuman. Jadi pada umumnya ia lebih memfungsikan indera penciuman, yaitu hidung. Jadi anak didik yang memiliki tipe olfaktoris mengandalkan aktivitas belajarnya pada alat indera penciuman. Di sini yang memegang peranan penting hidung (olfaktoris). Bagi anak didik tipe ini gerbang pengetahuannya adalah hidung. Karena itu baginya sangat cepat menyesuaikan diri dengan suasana bau lingkungan.
TIPE BELAJAR GUSTATIF
Ciri-ciri tipe belajar gustatif: lebih cepat memahami apa yang. dipelajarinya melalui indera kecapnya. Anak didik yang bertipe belajar ini, yang memegang peranan penting adalah lebih mengandalkan pada lidah (indera kecap). Untuk itu, maka sebaiknya Guru lebih menitikberatkan pada kegiatan belajar yang mengandalkan indera kecap, misalnya: dalam suatu kegiatan belajar yang berkaitan dengan rasa melalui lidah. Misalnya: rasa asin, manis, pahit, dan sebagainya. Jadi anak didik yang memiliki tipe gustatif mengandalkan aktivitas belajarnya pada indera pengecap. Di sini yang memegang peranan penting adalah kemampuan mencicipi (gustation=kemampuan mencicipi). Bagi anak didik tipe ini gerbang pengetahuannya adalah indera pengecap. Karena itu melalui indera pengecapnya ia dapat mengetahui berbagai rasa.
TIPE BELAJAR COMBINATIVE
Ciri-ciri tipe belajar combinative:
Anak didik yang bertipe belajar ini, yang mempunyai kemampuan mengikuti pelajaran dengan menggunakan lebih dari satu indera. Ia dapat menerima pelajaran dangan mata dan telinga sekaligus ketika belajar. Untuk itu, maka Guru tidak perlu menitik beratkan pada salah satu indera. Jadi anak didik yang memiliki tipe campuran (kombinatif) mengandalkan aktivitas belajarnya dengan menggunakan lebih dari satu inderanya. Di sini yang memegang peranan penting adalah mata, telinga, sentuhan, dan pengecap. Bagi anak didik tipe ini gerbang pengetahuannya bukan hanya mata, akan tetapi dapat menggunakan mata dan telinganya sekaligus ketika belajar.
KETIKA ENGKAU PERGI
KETIKA ENGKAU PERGI
MULANYA BIASA-BIASA SAJA
LEGA
KETIKA ENGKAU PERGI
KUPIKIR SATU MASALAH TELAH TERATASI
SEGALA KEGUNDAHAN HATI TELAH BERAKHIR
NAMUN
AKU SALAH
SETELAH ENGKAU PERGI
MALAH HATIKU MULAI MERINDUMU
TIDAK BIASA
KECEWA
SEMAKIN GUNDAH
SEDIH
HAMPA
MERANA
SUNYI
SEPI
MULANYA BIASA-BIASA SAJA
LEGA
KETIKA ENGKAU PERGI
KUPIKIR SATU MASALAH TELAH TERATASI
SEGALA KEGUNDAHAN HATI TELAH BERAKHIR
NAMUN
AKU SALAH
SETELAH ENGKAU PERGI
MALAH HATIKU MULAI MERINDUMU
TIDAK BIASA
KECEWA
SEMAKIN GUNDAH
SEDIH
HAMPA
MERANA
SUNYI
SEPI
20 April 2008
15 April 2008
Kenangan Tak Terlupakan
Siang terik
Deru mobil menderu tiada henti
Suara tanya lamat-lamat nduk...nduk...
Tuti mengangguk ngantuk
Tapi bapak mengartikan lain
Akhirnya salah persepsi
Tapi bapak tak marah
tuti tertawa geli
Kini
tuti menyadari
Betapa agung cinta bapak
Betapa besar kasih sayang bapak
Betapa Bapak adalah bapak terbaik di dunia
Berkorban tanpa pamrih
Apalagi mengharap balas jasa
Kini tuti merasa betapa Bapak tak kenal lelah
Melindungi putera-puteri tambatan hati
Namun... putera-puteri tak menyadari
Kini
Setelah Bapak dipanggil Illahi
tuti bersedih hati
Andai waktu bisa kembali
Ingin tuti mengulang kembali
Seperti dulu lagi
Yang terpateri menjadi kenangan dalam sanubari
Deru mobil menderu tiada henti
Suara tanya lamat-lamat nduk...nduk...
Tuti mengangguk ngantuk
Tapi bapak mengartikan lain
Akhirnya salah persepsi
Tapi bapak tak marah
tuti tertawa geli
Kini
tuti menyadari
Betapa agung cinta bapak
Betapa besar kasih sayang bapak
Betapa Bapak adalah bapak terbaik di dunia
Berkorban tanpa pamrih
Apalagi mengharap balas jasa
Kini tuti merasa betapa Bapak tak kenal lelah
Melindungi putera-puteri tambatan hati
Namun... putera-puteri tak menyadari
Kini
Setelah Bapak dipanggil Illahi
tuti bersedih hati
Andai waktu bisa kembali
Ingin tuti mengulang kembali
Seperti dulu lagi
Yang terpateri menjadi kenangan dalam sanubari
Langganan:
Postingan (Atom)